14

3.1K 733 96
                                    

"Hujannya masih belum berhenti."

Keduanya menatap jendela apartement milik si mungil, di luar sana sedang hujan deras. Tidak banyak yang berlalu lalang di jalanan, hanya terdapat mobil yang melintas dan beberapa orang dengan payung.

"Seharusnya tadi aku tidak memintamu mampir, agar kau bisa pulang cepat, hyung. Maaf karena kau harus terjebak hujan di sini." Hyungseob menyentuh kaca jendelanya yang terasa dingin karena udara dari luar. Beberapa tetesan hujan mengalir di sana.

Woojin menatap Hyungseob yang berdiri di sampingnya, "hari ini kau terlalu banyak mengucap kata maaf, dan aku kurang suka itu. Semakin kau mengucap maaf maka aku semakin merasa tidak enak padamu."

"Tapi mau bagaimana, hyung? Ini salahku, seharusnya kau sudah berada di apartementmu. Tapi kau malah terjebak hujan sampai jam 7 malam begini."

"Tidak apa, mungkin takdir memintaku untuk bersamamu lebih lama," Ujar Woojin sambil tersenyum hangat.

Hyungseob bisa merasakan pipinya yang perlahan memanas, mungkin semburat merah telah menjalar dari pipi hingga telinganya. Pria manis itu menundukkan kepalanya malu, "bi-bicara apa sih."

Woojin terkekeh pelan, "menggemaskan," tangan kanannya mencubit pipi kanan pria mungil itu.

"Sudahlah, tidak ada yang perlu disalahkan. Lebih baik kita mengisi perut sekarang." Lanjutnya sambil menggiring Hyungseob ke dapur.















Pria berumur 27 tahun itu terkejut ketika melihat ketersediaan bahan makanan di dapur milik pria kesayangannya. Hampir seluruhnya merupakan makanan instant, jikapun ada bahan makanan, itu hanya telur. Dan di kulkasnya terdapat sekotak kimchi, yang dikirim Ibunya Hyungseob.

Bisa dibilang kurang sehat bagi pria mungil itu bila ia mengkonsumsinya secara rutin.

"Hyungseob-ah, benar-benar hanya ini? Kau tidak punya bahan makanan yang lain? Dan kenapa banyak sekali ramen instant?"

"Aku selalu memakan ini setiap hari, hyung. Lagipula memasak ramen itu mudah." Hyungseob berujar dengan raut wajah polosnya yang menggemaskan, Woojin jadi tidak tega mengomelinya.

"Kau tidak makan nasi, bunny?"

"Tenang saja, hyung. Aku memiliki banyak persediaan nasi instant."

Namun sepertinya pria bermarga Park itu tidak bisa tenang memikirkan ini semua. Hyungseobnya akan semakin mengecil jika hanya mengkonsumsi makanan yang mengandung pengawet.

Woojin menggerakkan kedua tangannya untuk mencubit pipi Hyungseob pelan, "Kau tahu, sayang? Daripada memasak ramen, lebih baik kau membuat telur dadar, itu sama mudahnya. Dan lebih baik kau memasak nasi dari beras, jangan yang instant, itu lebih menyehatkan."

"Hyung, lebih baik aku terus menerus memakan ramen daripada membakar apartement ini." Pria mungil itu juga melakukan hal yang sama yang Woojin lakukan pada kedua pipinya.


"Kau tidak bisa memasak, sayang?"













Hyungseob mengangguk dan tersenyum lebar, "tepat sekali, sayang."


✈✈✈

"Ayolah, sekali lagi saja." Pria yang lebih tua menyikut lengan pria mungil di sampingnya, mereka sedang mencuci piring sehabis memakan nasi goreng kimchi buatan sang pilot.

"Mengatakan apa? Aku tidak berbicara sama sekali daritadi." Ujar Hyungseob yang sedang mengelap piring yang telah dibilas.

"Panggil aku sayang lagi. Aku senang mendengarnya,"

[√] Blind Date; JinSeobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang