Sudah lewat 2 hari sejak Hyungseob dan Woojin mendatangi sebuah pet cafe, dan bisa dibilang itu adalah pertemuan terakhir keduanya. Mereka berhenti bertemu bukan tanpa alasan, salahkan saudara kembar Woojin dengan nama Park Jihoon yang bahkan amat sangat tidak identik dengan pria berkulit kecoklatan itu.
Woojin bilang kalau Jihoon melarangnya keluar, setidaknya sampai Jihoon mendapat tugas penerbangannya, yaitu hari ini. Bahkan dengan terpaksa kedua orang yang baru bertemu lewat kencan buta itu harus membatalkan rencana mereka melihat festival tahun baru di hari Kamis kemarin. Namun tentu saja mereka tetap berhubungan via virtual.
"Heol, kalian sudah sedekat ini?" Pria dengan rambut keunguan itu menggeser layar ponsel milik lawan bicaranya yang sedang menampilkan foto-foto dua pria dan berbagai macam hewan peliharaan. Sekilas terlihat seperti sepasang kekasih.
"Daehwi-ya, kapan kau akan pulang? Satu jam lagi Woojin hyung datang." Bukannya menjawab pertanyaan dari adik sepupu seorang pilot sekaligus juniornya di kampus, Hyungseob malah menanyakan hal lain.
Pasalnya sejak pagi Daehwi sudah menyerbu apartementnya dan mewawancarainya tentang kencan buta beberapa hari lalu, dan sekarang sudah jam 2, sedangkan jam 3 nanti Hyungseob sudah berencana dengan Woojin untuk menghadiri festival yang sempat mereka batalkan.
"Aku akan pulang kalau Woojin hyung sudah datang, aku ingin melihat kedekatan kalian dengan mata kepalaku sendiri." Ucap Daehwi tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel Hyungseob yang kini menampilkan sebuah foto Woojin yang seperti memeluk Hyungseob dari belakang dengan seekor golden retriever disamping mereka, keduanya tersenyum bahagia.
Hyungseob melempar bantalnya ke Daehwi yang terbaring diatas kasur, "bicara apa kau? Aku dan Woojin hyung hanya sebatas kaka dan adik saja."
Daehwi melempar balik bantal tak bersalah kepada sang empunya sekaligus menunjukan layar ponsel Hyungseob, "mana ada kaka dan adik yang berpelukan, huh?"
"Seperti kau dan Woojin hyung tidak pernah saja," Hyungseob kembali melempar bantal itu lagi.
Daehwi menjatuhkan bantal itu ke bawah kasur, menyudahi kegiatan saling-lempar sebelum terjadi perang bantal, "tentu saja itu berbeda, hyungseob-ah! Kau ini polos atau naif? Aku bahkan ragu kalau kau empat tahun lebih tua di atasku."
"Bocah ini, sudah tahu aku lebih tua, tapi tetap enggan memanggilku hyung" Hyungseob melempar bantal satunya lagi, kali ini lebih keras hingga menekan wajah manis pria bersurai ungu tersebut.
"Yak! Berhenti melㅡ"
Ting Tong. Ting Tong.
"Eoh? Sepertinya dia datang lebih awal." Hyungseob segera berlari kecil menuju pintu, menghiraukan Daehwi yang masih bersungut kesal di kamarnya.
"Woojin hyung!" Sapanya riang setelah melihat sosok yang ditunggunya dari balik pintu.
"Halo, bunny." Woojin tersenyum diakhir kalimat pada sosok dihadapannya.
"Kau benar-benar menyamakanku dengan hewan ya, hyung," Hyungseob merungutkan wajahnya lucu. "Kenapa datang lebih awal? Masuklah dulu," sambungnya sambil sedikit bergeser untuk memberi jalan.
"Hanya mengantisipasi macet," Woojin mengusak rambut Hyungseob pelan sambil berjalan memasuki apartement pria manis itu untuk pertama kalinya.
Hyungseob mengerucutkan bibirnya kesal, "Jangan menyentuh rambutku seperti itu, hyung. Bisa-bisa aku jadi hewan peliharaan sungguhan. Kenapa tidak sekalian hyung memberiku kalung choker lalu mengikatku di rumah hyung, huh?" Tangannya bergerak merapikan tatanan rambutnya yang berantakan.
Woojin terkekeh kecil, "kalimatmu ku terjemahkan dalam konteks berbeda, Hyungseob-ah."
"Eung?" Hyungseob menatap bingung, tak paham maksud perkataan pria dewasa dihadapannya.
"Lupakan, mau berangkat sekarang?ㅡ"
"Woojin hyuunngg~" Seseorang datang dari ruangan yang Woojin tebak sebagai kamar Hyungseob.
Woojin terkejut memandangi sosok yang teramat sangat dikenalnya, orang yang sama yang mempertemukan Hyungseob dan Woojin. "Daehwi-ya, sedang apa di sini?"
"Hanya bermain," Daehwi tersenyum jail pada pria berumur 7 tahun lebih tua darinya. Daehwi berani bertaruh kalau kaka sepupunya ini benar-benar jatuh pada seorang Ahn Hyungseob. Woojin bukanlah tipe orang yang dengan senang hati mengunjungi apartement orang asing, terlebih lagi mereka baru saja kenal 4 hari yang lalu.
"Kau akan pergi ke festival juga?" Tanya Woojin.
Mahasiswa berumur 20 tahun itu menggeleng, "tentu saja aku cukup tahu diri untuk tidak mengganggu pasangan yang ingin berpacaran."
"Aku tidak berpacaran dengan hyungmu, Daehwi-ya." Protes Hyungseob.
"Lebih tepatnya belum, Seob-ah." Daehwi mencubit gemas pipi pria yang lebih tua empat tahun diatasnya, "kalau begitu aku pulang dulu, lagipula kau sudah ada Woojin hyung yang menemani. Sampai jumpa."
Setelahnya Daehwi keluar dari apartement itu, meninggalkan pria dewasa berumur 27 tahun dan pria menggemaskan berumur 24 tahun dengan suasana canggung akibat perkataannya.
"Lee Daehwi itu bicara apa, sih? Tidak usah dipikirkan, hyung. Aku mengerti kalau dia tadi hanya bercanda," Hyungseob tersenyum kaku, sebenarnya ia sempat menaruh harap pada perkataan Daehwi namun segera ia tepis.
Pria berprofesi pilot itu mengamit lengan Hyungseob lembut, "Daehwi tidak bercanda, Hyungseob-ah. Hanya saja belum waktunya, bersabarlah," Woojin tersenyum teduh.
Pria mungil itu kini bisa merasakan gemuruh di bagian dada dan perutnya seperti ada kembang api yang meletup-letup di sana. Bahkan pipinya terasa hangat hingga menjalar ke kupingnya.
"A-aku akan bersiap-siap, tunggulah se-sebentar," Hyungseob menarik lengannya dari genggaman Woojin, dan berlari masuk ke kamarnya.
ㅌㅂㅊ
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] Blind Date; JinSeob
Fanfiction[WATTYS 2019] Park Woojin × Ahn Hyungseob Tentang seorang pilot, editor, dan kencan buta mereka. ✈bxb, boys love ✈Bahasa baku ✈Rated T [15-04-2019] #1 in Jinseob Start from 01.02.2018 to 09.04.2018 ===== Kebijakan pembaca di tangan sendiri ⚠Tidak su...