34

3.3K 703 195
                                    

Jungjung membanting pintu mobilnya dengan kasar, ia merasa kesal sendiri karena kehilangan kepercayaan dirinya di hadapan Hyungseob dan Woojin. Ia juga merasa malu karena telah menyulut Hyungseob dengan mengatakan kalau Woojin berselingkuh, yang ternyata itu adalah saudara kembarnya. Sialnya, mereka berdua adalah seorang pilot. Lalu apa-apaan dengan segerombolan pegawainya yang terlihat antusias melihat mereka? Jungjung bahkan tidak pernah ditatap begitu lama dengan karyawannya sendiri.

Sepertinya mulai sekarang dia tidak akan menaiki pesawat lagi, tapi bagaimana dengan bisnisnya yang berada di luar negeri? Haruskah ia naik helikopter saja? Terasa tidak nyaman, ruangannya sempit dan tidak bisa memesan makanan. Astaga, dari semua kendaraan kenapa harus pesawat!?

Ponsel yang berada pada dashboard mobil baru saja bergetar, benda itu terletak di sana sejak Jungjung melemparnya dari saku jas. Dengan sedikit helaan nafas berat, ia meraihnya dan mengerutkan dahinya ketika kontak yang ditulis dengan huruf HanZi menelfon.

"Mama? Ada apa?" Ia berucap dengan bahasa China, menyesuaikan bahasa sang penelfon.

"..."

"Pentingkah? Aku harus memeriksa jadwal dulu..."

"..."

"Bagaimana dengan perusahaan di sini?"

"..."

"Iya-iya, aku segera meminta tiket pesawatnya pada asistenku nanti."

"..."

"Baiklah, sudah dulu. Aku harus menyetir."

Seperti biasanya, takdir selalu berkata lain. Dua hari dari sekarang Jungjung sudah harus pergi ke China. Sangat mendadak, diwaktu yang tidak tepat. Tidak ada pilihan lain selain naik pesawat, tidak mungkin juga menyewa helikopter secara dadakan begini. Terkutuklah transportasi terbang bernama pesawat itu.

✈✈✈


Sepasang kekasih yang baru berbaikan itu sedang bercanda tawa di apartement si mungil. Sesekali Woojin menghadiahi kecupan lembut di seluruh wajah Hyungseob saking gemasnya dengan sang kekasih. Kelinci manis itu bercerita kejadian Daehwi dan Jihoon yang tiba-tiba datang ke apartementnya dan kejadian Jihoon yang mengajaknya ke museum penerbangan. Hyungseob berceloteh dengan wajahnya yang menggemaskan sambil sedikit melompat-lompat dipangkuan Woojin, terkadang tangannya bergerak sesuai dengan kejadian yang diceritakannya.

Rasanya Woojin sangat bahagia bisa kembali melihat pria mungil yang berada dipangkuannya dengan tersenyum. Ia tidak begitu fokus terhadap cerita yang dibicarakan Hyungseob, tapi maniknya menatap fokus pada gerak-gerik kekasihnya yang seperti anak kecil. Sulit dipercaya kalau seseorang yang kini berada dikukungannnya sudah berumur 24 tahun.

".... Jihoon hyung juga mengatakan kalau hyung lebih liar dari yang dibayangkan. Apa maksudnya itu??" Tanya Hyungseob sambil berkedip-kedip polos pada Woojin.

Pria itu tersenyum, mempererat lingkaran tangannya pada pinggang Hyungseob untuk mendekatkan jarak mereka. Mengecup sekilas bibir ranum si mungil, "tidak perlu dihiraukan, Jihoon sering bicara omong kosong."

Hyungseob mengangguk patuh, "ngomong-ngomong apa hyung tidak kepanasan memakai baju ini terus? Tidak mau melepasnya?" Tangan kanannya memegang kerah jas Woojin, sementara tangan yang satunya mengelus dasi yang terbentuk rapi pada leher pria itu.

"Kau sendiri masih memakai jasmu, sweetheart." Ujarnya lembut.

Manik bulatnya kembali mengerjap, "apa kalau aku membuka bajuku hyung juga akan membuka punyamu??" Yang ditanya hanya tersenyum tanpa berniat menjawab.

Dengan tetap berada pada pangkuan Woojin, Hyungseob berkutat pada kancing jasnya, melepas satu persatu dan menaruh jas kantornya di atas meja ruang tamu. "Aku melepas jasku, berarti hyung juga harus melepas jasmu."

[√] Blind Date; JinSeobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang