[29] Read It For You

888 117 40
                                    

Alleshia's POV

Aku masuk kekamar, aku pernah ke Kamar ini sebelumnya. Kamar Harry. Aku telah makan malam, aku belum berani membuka surat dari Gemma.

Aku bersyukur bahwa Robin dan Suami Gemma sedang di Luar Kota, membuat lelaki tidak menatapku bagai, 'Cih, lemahnya wanita ini.'

Tapi, aku tak boleh begini terus, Alleshia yang menyedihkan.

Aku duduk dengan lemas dipinggir kasur, betapa berubahnya aku.

Aku masih menggenggam erat kertas ini, tapi tak membiarkan nya menjadi remuk atau kusut sedikit pun.

Aku menoleh kebelakang, mendapati Whitney tertidur di kasur Harry. Aku tersenyum kecut, Anak Harry itu benar-benar.

Aku kembali menoleh ke arah kertas itu, membukanya dan menemukan tulisan tangan Harry yang tak terlalu rapi, tapi ini masih bisa kubaca.

Tak bisa kupungkiri, ada beberapa titik basah dan itu adalah air mataku sedari tadi, aku menyelesaikan makan malamku tidak sampai habis, aku menahan sesuatu ditenggorokanku dan mataku, aku tidak bisa berhenti menangis.

Aku mulai membacanya.

Hai Sayang, oops! Jangan marah. Hai Alle. Apa kabarmu? Kuharap kau bahagia, Sayang. Dan kuharap kau membaca ini. Maafkan tulisanku. Aku ingin mengucapkan kata Maaf, aku tahu, aku terlalu pengecut. Aku memilih minum sedangkan ginjalku hanya satu, Maaf. Jangan marah padaku karena aku menginkari janjiku. Aku berjanji padamu agar tidak minum dan mabuk lagi, kan? Maaf, aku tak tahan. Aku tak tahan, melihat mu melupakan aku, aku tak mau. Maafkan aku juga selama ini aku tak pernah serius denganmu, sudah kubilang aku ini hanya pengecut, aku bahkan tidak berani menyatakan perasaanku. Apakah kau merasakan hal yang sama? Kuharap, Iya. Aku tahu ini terlambat sehingga semua ini terjadi. Aku akan menyusulnya, Alle. Menyusul musuh kita. Mungkin saat kau membaca ini, aku sudah tidak ada. Kumohon, jangan tangisi aku, aku tak berhak akan itu. Aku ikhlas, aku membiarkanmu hidup lebih lama lagi. Aku tahu pasti setelah meminum ini, aku sekarat. Tak apa, kau bisa menemukan lelaki lain. Maafkan aku, aku tidak tenang jika kau tidak memaafkanku, kumohon.

Aku melihat tulisan Harry semakin memburuk dan sulit dibaca, untunglah aku masih bisa membacanya sedikit-sedikit dengan lambat.

Perut sebelah kananku sakit, dan perut bagian bawahku juga sakit sekali, sudah dulu, ya! Bye, Alle! Jangan lupakan aku, aku akan menajadi malaikat pelindung mu dan anakmu kelak, kau bisa bercerita jika seorang lelaki brengsek menyakitimu, aku akan menghajarnya. Bye.

P.s maaf jika pertemuan terakhir kita adalah saat aku membentakmu karena Theo dan Lux.

All(e) The Love

London.

-HS

Aku menggelengkan kepalaku, aku benar-benar telah membunuhnya. Tak bisa.

Aku sadar, aku terlalu seperti preman dulu, berpikiran jika semuanya akan mudah dan tidak ada beban. Semakin dewasa, aku mulai sadar jika hidup tidak segampang kau menutup pintu.

Aku terlalu menganggap sepele semua hal.

Aku juga sadar, Tuhan mengambil Harry duluan pasti karena aku merepotkan Harry. Agar Harry tidak direpotkan, Tuhan mengambilnya duluan. Haha. Mirisnya aku.

Harry itu malaikat, dan aku iblisnya. Iblis tak tahu malu, penuh dengan dosa.

Harry...

Aku menatap nanar, APA YANG HARUS AKU LAKUKAN?! INI SEMUA TELAH TERJADI.

Troublesome [H.S] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang