[32] Mary

957 115 23
                                    

Vote sebelum membaca 😙😙

Alleshia's POV

"Kau bisa memakan Permen kapas milikku, Mary."

"Ah, benarkah?" Dia mendongak dan aku mengangguk dan memberikan batang permen kapas itu kepada nya.

"Terima kasih, Aunt." Aku mengangguk dan tersenyum sambil tetap fokus kejalanan yang tidak terlalu padat ini.

"Sama-sama, Ponakan Harry." Mary terkikik saat aku mengucapkan itu.

"Aku ingin kau mengurusku lagi bersama Uncle Harry." Aku tersenyum kecut dan menggeleng, itu tidak akan bisa. "Bisakan, Aunty?"

"Tidak, Mary."

"Aunty, boleh kah aku bertanya?" Tanya nya kepada ku, dia masih sibuk memakan Permen kapas milikku tadi.

"Oh, tentu. Kau mau bertanya apa?" Ujarku sambil memutar stir kekiri.

"Aunt Alle dan Uncle Harry berkelahi ya? Mengapa tidak pernah bertemu dan mengobrol lagi?" Nafas ku tercekat mendengarnya, ada yang aneh dengan Mary hari ini. Apa maksudnya? Jelas-jelas aku tidak bisa lagi bertemu Harry. Walau, aku sering melihat nya mengusap kepala ku atau mencium pipi ku atau bibir di dalam tidurku.

"Hah, tentu aku tidak bisa lagi bertemu dengan Harry, Mary Dunson." Ucap ku sambil mengusap kepalanya disampingku.

"Tapi mengapa? Uncle Harry sering berkata jika ia merindukan mu. Aku kasihan melihat Uncle Harry." Nah kan, keponakan dengan Paman sama saja. Sama-sama aneh dan sering membuatku merinding.

"K-kau bisa mengobrol dengan Harry?" Tanya ku menatap nya horror.

"Ihhh, Auntyy... tentu aku bisa. Aku saja sering melihat Uncle Harry, lalu aku bermain bersama Uncle Harry, aku makan bersama Uncle Harry, aku tidur bersama Uncle Harry, aku berenang bersama Uncle Harry, aku aku aku sering bersama Uncle Harry!!" Akhirnya dia menjerit di akhir kalimat karna geram denganku.

"Aku tak menyangka kau memiliki Indra Ke-enam, Mary." Ucap ku, "Itu bagus."

"Indra Ke-enam itu apa, Aunt?" Tanya nya kepada ku, aku rasa nya ingin membanting kan kepala ku ke-stir mobil ini.

"Indra ke-enam itu, kau bisa melihat contoh nya Hantu, Setan, atau kau bisa melihat masa depan atau sesuatu yang terjadi walau bukan disekitar mu." Ucap ku, dan dia menatap ku aneh. Dan dia tiba-tiba menggeleng.

"Aku tidak bisa melihat Hantu atau Setan, Aunt." Aku tersenyum kecut mendengarnya, rasa nya aku ingin menjawab 'Bisa, Kau sering bersosialisasi dengan Harry.'

"Sudahlah, Mary. Habiskan permen mu." Ujarku dan dia kembali mencomot permenku.

"Aunty, mau?" Tanya nya mengambil sejumput permen Kapas.

Aku mengangguk dan membuka mulutku lalu dia menyuapkan nya kepadaku, keponakan Harry ini.

Andaikan dulu Harry tidak perlu mendonorkan Ginjalnya untuk ku, pasti ia akan tetap bersama Mary. Walau sekarang mereka masih 'bisa' bertemu dan bersama. Tapi, itu tetap saja mengganjal, untung lah Harry kembali dengan sifat yang sama seperti ia hidup dulu. Jadi, ia tidak akan menyakiti Mary.

Mengapa aku baru sadar jika aku Menyayangi dan Mencintai Harry saat ia pergi? Aku baru mengerti betapa sayang dan Pahlwan nya ia dulu bagiku, saat Ibuku menitipku dengannya.

Mungkin dia tidak menunjukan sisi Sayang nya padaku, tapi Amarah, Larangan, dan peraturan nya terhadap ku mencerminkan itu, mencerminakn sayang. Aku saja yang lambat sampai-sampai baru menyadari itu semua sampai dia 'Pergi' untuk 'Selamanya'.

Dia sama sekali bukan Bajingan, Bangsat atau sejenis nya seperti yang aku sebuti dulu. Dia merawatku ketika aku sakit. Dan, sialan nya lagi, aku baru menyadari nya 'Sekarang'.

"Arrghhhh!!" Jerit ku sambil memukul Stir ini.

"Aunty? Ada apa?" Eh? Ya tuhan, aku tak sadar jika ada Mary.

"Uhmm, tak apa. Lanjutkan makan mu, Mary. Duhh, maaf ya." Ucapku sambil mengelus kepala nya.

"Kau menangis?" Tanya nya. Otomatis aku mengelap mata ku dengan kemeja ku.

"Uhmm, tadi ada debu yang masuk lewat jendela. Aku kelilipan." Alibiku, pasti ia akan menyangkal.

"Jendela ditutup, Aunty. Aku tahu kau pasti merindukan Uncle Harry, kan? Ayo mengaku, Uncle Harry juga pernah menangis setelah menceritakan Aunty Alle kepada ku. Sudah kubilang, mengapa kalian tidak bertemu saja." Kan, anak ini. Dia kira aku juga bisa melihat Harry? Jika aku bisa, aku juga mau melihat Harry.

Aku tersenyum kecut. Dulu, semasa anak-anak, ada beberapa teman ku yang bisa melihat Makhluk Halus. Aku terkagum dengan mereka, tapi aku sama sekali tidak mau jika aku bisa melihat Makhluk Halus.

Ada yang mata batin nya di tutup, ada yang dibiarkan terbuka.

Sekarang, mengapa aku menjadi kembali tergila-gila dengan 'Mata Batin' itu? Karna aku ingin melihat Harry. Tak apa jika membuka mata batin dan melihat Hantu-hantu lain selain Harry. Yang penting, aku bisa melihat Harry.

Sebenar nya, aku ingin melupakan Harry. Mulai dari, aku jarang menonton acara Gosip di TV, memblokir akun atau Web yang berisi segala tentang 'One Direction' atau 'Harry Styles'. Tapi, itu tentu saja tidak berhasil. Mengingat, Mary ada disisi ku. Mungkin jika Gemma dan Anne saja bisa untuk tidak mengobrol tentang Harry denganku karna mereka tahu bertapa hancur nya aku dulu. Tapi Mary? Dia tidak mengerti apa-apa, ia masih terlalu Kecil dan Polos untuk di beri tahu, 'Uncle Harry itu sudah tidak ada, Mary!' Aku tak bisa membayang kan itu semua. Mungkin, reaksi Mary sama seperti ku dulu.

Kami akan Hancur, bukan kata 'akan' untukku, karna aku sudah mengalami nya. Kalau Mary, mungkin iya.

Aku sangat senang karna kemarin Gemma menawarkan untuk berkerja di Sekolah Anak-anak ini. Aku berkerja di taman kanak-kanak bukan untuk mencari Uang, tapi untuk melupakan Harry. Mendekam dirumah, menulis Diary terus-menerus akan membuatku semakin ingat dengan Harry dan rencana ku untuk Melupakan Harry tentu saja tidak berhasil. Walau aku tahu, berkerja di sini mungkin belum cukup untuk melupakan Harry.

Aku tidak menghiraukan pertanyaan Mary tadi, aku memaklumi nya. Ia bisa bersosialisasi dengan Harry sedangkan aku tidak. Memangnya, dia sering bertemu Harry dimana? Rasa penasaran ku kembali muncul.

"Kau sering melihat Harry dimana, Mary?" Tanyaku melihat nya.

"Uncle Harry sering berkunjung ke Rumah ku atau rumah Grandma Anne." Kan, mungkin saja Harry juga sering berkunjung ke rumah ku, sehingga aku sering bermimpi bertemu dengan nya.

"Ohh.."

"Aunty pasti tidak percaya dengan ku," dia menaruh batang Permen kapas nya di dashboard mobil dan melipat tangan nya didada. Satu lagi, sambil cemberut. Huft, sama saja seperti paman nya.

"Tidak, aku percaya kepadamu, Dunson."

"Bohong! C'mon aunty. Apa yang harus ku lakukan agar kau percaya jika aku berbicara dengan Uncle Harry? Ah ya, kemarin juga Uncle Harry memberiku bunga, bau nya harum." Aku bergidik ngeri mendengar cerita Mary, bahaya juga anak ini. Bagaimana bisa dia diberi bunga menyeramkan itu.

"Kau berbohong, Mary."

"Aunttyyyyyy!!!" Jerit nya, uh-oh. Dia merajuk.

---
Sebenernya gw emg lagi UAS. Tapi, Chap 31 keatas gw udah lama bet nulis itu kira-kira dari bulan Juli lalu, karena gw udah kebayang ama endingnya :v

Jadi, gw tinggal pindahin chap dari 31 sampe atas dari Memo ke Draft. Gitu deh. Jadi, walopun ujian gw ttp bisa up. Syukur sih waktu nya pas bgt sm gw ujian :v

Doain yak ujian gw lancar dan nilai gw bagus-baguus.. Aminn.

Kan kalo nilai gw bagus, gw di bebasin main hp ama Laptop, jadi gw lancar deh up ini cerita :v

Makasihh..

Vomments as always, love.

Troublesome [H.S] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang