[43] Really??

1.6K 133 24
                                    

Alleshia's POV

Aku kembali merasakan mual yang amat sangat ketika mencium bau makanan yang Harry masak. Aku kembali kekamar mandi dan mengeluarkan isi perutku yang akhir-akhirnya sangat hobi untuk keluar lagi.

Lagi-lagi pintu terbuka secara kasar dan membuatku terkejut, aku menoleh dan mendapatkan Harry yang sedang mengusap wajahnya kasar. Wajahnya melembut ketika menatapku.

Aku memcuci mulutku dan Harfy membawaku keluar, dia meraih mantelnya dan memberiku mantel cokelat kebesaran miliknya.

"Pakailah ini, udara dingin tidak baik untukmu." Aku menerimanya bingung, bahkan kami sedang tidak ingin pergi keluar.

"Untuk apa?" Aku belum memakai mantelnya.

"Kita ke Rumah Sakit, sekarang." Aku menatapnya dengan tatapan bertanya. Tapi, dia segera meraih tangan ku dan membawaku keluar Rumah.

-----

Aku tidak diberi tahukan Harry kenapa ia membawaku ke Rumah Sakit ini. Aku yakin, aku tidak apa-apa selain Masuk Angin.

Aku menarik lengannya saat ia ingin memasukin Rumah Sakit ini.

"Apa?" Tanyanya, aku menggeleng dan menatap rumah sakit ini ngeri.

"Tidak, Harry. Aku tidak apa-apa. Aku bai--"

"Ada sesuatu denganmu, kau mudah lelah padahal kau hanya makan tidur-makan tidur di Rumah, kau manja kepadaku, kau sensitif, kau muntah-muntah dan yang aku amati, waktu Menstruasi-mu sudah lewat untuk bulan ini." Inilah dia, dia berlebihan. Aku bahkan tidak berpikiran jika aku Hamil, kami melakukan nya baru dua kali. Dua minggu yang lalu dan kemarin, tidak mungkin kemarin sudah jadi. Dan, jika ini adalah hasil dari dua minggu kemarin, itu tidak mungkin karena kami saat itu baru pertama kali melakukannya. Tapi, aku mudah lelah. Padahal, aku tidak mengajar untuk sebulan karena Cuti menikah.

"Jadi, kau melarangaku makan tidur terus di Rumah mu, aku dilarang manja terus denganmu, aku di--"

"Baiklah-baiklah, tidak. Aku tidak melarangmu dengan itu semua apa lagi untuk melarangmu bermanja-an denganku. Tapi, ini butuh diperiksa. Kau sangat berbeda." Mengapa dia sangat menyebalkan. Sialan. Aku kesal.

"Yasudah, kau tidak usah dekat-dekat denganku." Aku berbalik dan hendak menuju mobil.

"Hei, hei. Sayang. Tidak, shh." Dia menghapus air mata dipipiku yang baru saja aku sadari menyecer, aku menepisnya dan mengelapnya dengan Lengan Mantel Harry.

Harry meraih tanganku dan mengecup dahi-ku.

"Kumohon, aku hanya memintamu untuk periksa. Aku bukan menyinggungmu akan hal-hal itu. Aku malah senang kau melakukan itu semua. Aku lebih suka kau yang sensitif." Harry meraih pinggangku dan merangkulnya, "shh, jangan menangis."

Aku kembali mengusap Air mataku dan ia terkekeh.

"Alleshia-ku terlihat seperti bayi sekarang, pipi-mu semakin tembam, aku yakin sesuatu terjadi pada mu." Dia mengusap pipiku, "Pigmen kulit mu benar-benar berwarna seperti bayi."

Aku memukul lengannya selagi aku duduk di Ruang tunggu untuk masuk keruangan didepanku. "Aku benci mengakui ini, sewaktu Sekolah Dasar, aku sering di-ejeki Wanita Alergi."

"Kenapa bajingan-bajingan kecil itu mengejek mu dengan Wanita Alergi?"

"Karena saat dingin atau panas, pipiku mengeluarkan semburat merah yang benar-benar merah dan tidak terkontrol. Saat cuaca normal pun, ia masih saja timbul tapi tidak terlalu parah." Aku mengerucutkan bibirku. "Padahal kata Ibuku, itu normal. Ayahku saja kadang mengeluarkan Semburat merah yang lebih parah dari aku, dia sampai seluruh badannya."

Troublesome [H.S] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang