Ch 7 | Kesalah Pahaman dan Bencana (C)

85 11 7
                                    

Baca aja dulu, kalo suka baru voment

Dengan kesadaran yang masih tersisa Stevany berusaha menelpon Amel, sahabatnya yang sekarang sudah ada di Jepang melanjutkan liburannya.

'Assalamualaikum Stev ?' dengan suara yang tenang Amel menyapanya lebih dulu. Stevany terkekeh pelan

"Tumben ngucap salam, biasanya langsung nyerocos juga lo" Stevany terkekeh dengan suara yang sedikit serak, berusaha menahan tangisnya yang ingin keluar.

'Ye, sewot amat lo. Bukannya jawab salam gue, lo udah liat beritanya kan ?' Stevany hanya tediam beberapa saat

"Walaikumussalam, udah tuh. Iya gue udah liat. Kacau ya ? Bahkan foto gue aja ngga jelas. Tapi mereka tau siapa gue, serius. Gue ngga tau harus apa Mel.." dengan suara yang bergetar Stevany akhirnya kembali menangis, menumpahkan semua ketakutannya pada sahabatnya yang sedang jauh darinya itu.

'Kalo lo mau nangis, nangis aja sekarang. Tapi jangan lagi-lagi lo nangis nanti' Amel terdiam beberapa saat ketika suara tangis Stevany semakin keras.

Beberapa menit dalam keheningan, Amel kembali membuka mulutnya.

'Gue bakal minta daddy gue buat siapin pengacara buat lo. Gue minta maaf ngga bisa kesana pas lo lagi down kaya gini. Lo tenang aja, gue tau pasti Sm Entertainment bakal ngelakuin sesuatu karena skandal ini-

Sekarang, lebih baik lo istirahat lagi, tenangin diri lo. Nanti malem gue bakal telpon lo lagi. Okay ? Hati-hati disana, jangan kemana-kemana dulu. Lebih baik lo istirahat di hotel sebelum ada berita lebih lanjut dari Sm ataupun dari pengacara gue. Bye babe, baik-baik disana ya. Jangan lupa, private insta lo okay ?'

Stevany hanya mengangguk sebagai jawaban, tidak perduli kenyataan Amel tidak mengetahuinya sebelum kemudian mematikan panggilan lewat aplikasi chatting itu. Dia bukan Amel yang bisa melakukan panggilan internasional ngomong-ngomong, biayanya terlalu mahal untuk Stevany.

Dalam keadaan darurat , pun Stevany masih sadar untuk menghemat pulsa. Ngomong-ngomong ternyata Stevany baru sadar dia tidak ada pulsa.

Stevany meghela nafas dengan dengan pelan, memejamkan matanya lelah. Stevany tidak akan kuat ketika menerima banyak emosi negatif dari orang-orang. Dia akan mudah stress dan cepat lelah, apalagi keadaannya yang sedang datang bulan.

Stevany kembali membuka instagramnya, tidak memperdulikan notifikasinya yang kembali penuh. Memprivatenya dan mematikan data internetnya.

Stevany kembali membaringkan tubuhnya diatas kasur, kembali memejamkan matanya yang kembali terasa memberat. Stevany kembali tertidur lelap meski baru saja terbangun pukul 11 siang tadi.

...

Stevany mengerjapkan matanya perlahan, matanya masih terasa perih ketika bel dihotelnya berbunyi nyaring. Stevany mengerang sebelum mengecek jam dikamar hotelnya.

"Siapa coba ? Baru jam 3, ada apaan sih ?"

Stevany beranjak dari kasurnya untuk membuka pintu hotelnya. Stevany mengintip pada lubang kaca kecil yang ada dipintu. "Ngga ada siapa-siapa ? Ada apaan ya ?" Stevany membuka pintu dengan perlahan. Menatap kedepan pintu yang kosong.

"Beneran ngga ada siapa-siapa loh ini, jadi yang mencet bel siapa ? apa orang iseng doang ? Tau deh gue ngga perdu-" Stevany kembali mengantupkan mulutnya saat matanya tertuju pada sebuah kotak yang tergeletak di depan pintunya.

"Punya siapa ?" Stevany berjongkok untuk meraih sebuah kertas yang tertempel diatas kotak, "For Stev ? Buat gue ?" Stevany mengangkat kotak itu meski dengan dahi yang menyerit bingung.

Stevany membuka kotak itu dengan sebelah tangannya, Stevany terdiam kaku. Tangannya dengan perlahan meraih benda didalam kotak itu dengan tangan yang bergetar. Sebuah boneka yang hancur dan penuh lumuran cairan merah.

"Hiks, ini apaan coba ? Kenapa harus gua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hiks, ini apaan coba ? Kenapa harus gua . Hiks..." Stevany melempar boneka itu kelantai dengan kesal, meraih kertas yang tergeletak dibawah kakinya yang juga berlumuran cairan merah.

Dengan tangan bergetar Stevany mulai membaca kertas ditangannya

"You are ne-next" Stevany berlari kedalam kamarnya setelah menutup pintu dengan keras, meninggalkan barang-barang yang mungkin dikirim oleh para penggemar Jeno.

Stevany menangis dengan keras, memeluk kedua kakinya diatas kasur yang berantakan. Mulutnya bergumam dengan suara yang bercampur tangisan.

"Kenapa gue, kenapa harus gue coba. Kenapa ?!" Stevany mengerang dengan keras, dia merasa sangat takut akan kejadian yang menimpanya.

Stevany belum sadar ketika mendengar suara pintu yang terbuka, dia memang belum menguncinya lagi. Stevany terdiam kaku, merasa awas. Dia takut ada orang yang meneroror nya masuk. Dia masih menunduk menatap kedua kakinya yang terlipat.

Stevany terdiam ketika seseorang merengkuhnya dari samping, Stevany terlonjak dikasurnya "Siapa kau ?!" Stevany berteriak keras ketika orang berjaket hitam dan bermasker itu mengeratkan pelukannya.

"Stev berhenti okay ?! Ini aku, ini aku...







...

Sapa hayoo ?? Part ini berakhir sampai ini aja, tapi bencana masih
akan dataaang untuk pemeran utama. Sampai jumpa insyaallah minggu depan ya semuanya, kalo mau tau kelanjutannya. Tunggu bae ya...

Minggu, 03/11/17

Meet You | JENO | MARK (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang