Ch 26 | selesai

192 13 20
                                    


Sementara Jeno masih terdiam dengan pandangan yang Shock setelah apa yang dia dengar dari Stevany.

"Stev..." katanya lirih menatap Stevany yang berjalan pergi meninggalkannya.

Kakinya melangkah tanpa komando mengejar Stevany.

"Stev! Stev!" dengan langkah kaki yang lebar Jeno melangkah mengejar Stevany, tangannya menarik sebelah tangan Stevany hingga gadis itu mau berhenti.

"Kau..." ucap Jeno menggantung, tanpa dapat berkata apapun Jeno menatap Stevany yang ternyata.

"Kau menangis" dengan pandangan kosong Jeno menatap wajah Stevany yang dipenuhi air mata gadis itu.

"Kenapa? Kau mau menghinaku lagi? Silahkan, tapi biarkan aku pergi" dengan segukkan karena tangisnya Stevany berusaha melepaskan genggaman Jeno pada tangannya.

Hug-

Stevany terdiam dengan mata yang melebar, tangannya tidak bisa dia gerakkan saat dengan tiba-tiba Jeno memeluknya.

"Maaf maaf maaf..." Jeno terus merapalkan kalimat itu dipundak Stevany yang dipeluknya.

"Maaf, maafmu tidak akan mengubah sakit hatiku bodoh! Hiks!" ucap Stevany sembari terus memukul pundak Jeno yang memeluknya sembari menangis.

"Iya aku memang bodoh, pukul aku sekuat mungkin sampai kau puas Stev" gumam Jeno dipundak Stevany yang bergetar.

Stevany semakin menangis dengan kencang saat Jeno kembali mengeratkan pelukannya.

Sementara laki-laki itu hanya bisa mengelus punggung Stevany yang bergetar dengan penuh rasa bersalah.

"Maaf Stev maaf, aku tau aku bodoh, kau pantas untuk membenciku, tapi kumohon. Jangan pergi dari sisiku" bisik Jeno ditelinga Stevany yang telah menghentikan tangisnya.

Jeno merengkuh kepala Stevany kedadanya, gadis itu masih dengan segukkan bekas tangisnya tadi.

"Stevany?" bisik Jeno pada gadis yang masih terdiam itu.

"Stev?" tanya Jeno.

"Sayang?" tanya Jeno lagi.

"Honey?" belum Stevany jawab.

"Darl-"

Plak-

"Berhenti bodoh" ucap Stevany setelah memukul lengan Jeno pelan.

"Akhirnya Stevanyku mau bicara padaku juga" ucap Jeno dengan cengiran lebarnya pada Stevany.

"Konyol!" dengus Stevany berusaha menahan senyumnya.

"Lihat? Apa itu, apa baru saja ada bidadari tersenyum?" tunjuk Jeno pada wajah Stevany.

"Ish apa sih!" dengan kesal dan malu yang bercampur Stevany berusaha pergi, tapi dengan senyum yang setia ada dibibirnya Jeno kembali menarik Stevany kepelukannya.

" Maaf aku hanya bercanda, Jangan marah lagi okey? Aku akan sedih lagi jika kau marah" ucap Jeno sembari mengelus rambut Stevany dipelukannya.

"Huft, terserah" dengan pasrah Stevany berkata, dengan ragu tangannya membalas pelukkan Jeno. Dan merengkuh pinggang laki-laki itu dengan erat.

Jeno tersenyum dengan lebar saat Stevany membalas pelukannya. Stevany tersenyum dengan lega saat Jeno mengelus rambutnya dengan pelan, sebelum.

Kruyuk~

"Ah maaf lagi, itu suara perutku" ucap Jeno menahan malu. Stevany berusaha melepas pelukan Jeno sembari menahan tawanya.

"Yah, tidak usah dilepas!" protes Jeno kembali menahan Stevany yang ingin melepas pelukannya.

"Hahaha kenapa? Kau malu ha? Mister tsundare?" kekeh Stevany membiarkan Jeno terus memeluknya.

"Aish sudahlah aku malu kau tahu" gumam Jeno dipundak Stevany hingga membuat gadis itu geli.

Stevany terus memberontak melepas pelukan Jeno hingga laki-laki itu menyerah dan melepaskan Stevany.

"Kenapa?" tanya Jeno saat Stevany menggenggam tangannya dan berjalan menuju halte didepan hotel.

"Kau ingat tempat saat kau mentraktirku makan? Didekat jembatan sungai han waktu itu?" tanya Stevany.

"I iya aku ingat, ada apa memangnya?" jawab dan tanya Jeno dengan gugup, Stevany mengabaikannya.

"Ayo kita kesana dan isi perutmu mister tsundare" tunjuk Stevany pada perut Jeno.

"Aish kenapa memanggilku begitu?"

"Itu memang benar kan?"

"Ya biarlah, aku anggap itu panggilan sayang darimu" ucap Jeno menarik Stevany kedalam bus yang ada didepan mereka.

Stevany hanya mendelik dengan wajah memerah.

Didalam bus

"Apa yang tadi kau minum? Apa itu benar alkohol?" tanya Stevany sembari menyandarkan kepalanya pada pundak Jeno. Laki-laki itu yang memaksanya, walau Stevany juga rela sih.

"Bukan, itu hanya soda, aku bicara tidak jelas karenamu" balas Jeno sembari menjawil hidung Stevany.

"Aish, kau membuat orang khawatir saja" sambil memukul Jeno pelan.

"Oh, jadi begini rasanya dikhawatirkan pacar ya?" gumam Jeno pada dirinya sendiri.

"Siapa yang kau bilang pacar ha?" tanya Stevany dengan senyum jahil.

"Oh, jadi kau tidak mau jadi pacarku?" tanya Jeno dengan senyum miringnya.

"Yah! Kenapa kau bilang begitu, harusnya kau yang minta padaku. Cih, Mark saja jauh lebih romantis darimu" ucap Stevany sembari membuang wajahnya kearah jendela bus.

"Jadi begitu, dia lebih romantis dariku?" tanya Jeno dengan alis yang dinaikkan sebelah.

"Iya mema-"

Cup-

Pipi Stevany terasa panas saat tiba-tiba Jeno mencium pipinya.

"Masih mau bilang dia lebih romantis?" tanya Jeno dengan senyum manis diwajahnya.

Ingin rasanya Stevany pingsan.


End

...

Yeeyy selesai, ini buat kalian yang setia baca cerita gue, maksih banget walaupun banyak banget yang ngga ngasih vote atau komen. Tapi gue udah seneng banget 💕💞💗

Byebye semuanya, semoga kalian suka dan enjoy.

Salam dari Ade rahayu(littleredant)

Kamis, 22 Maret 18

Meet You | JENO | MARK (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang