Ch 25 | Jeno

116 10 5
                                    


Stevany menghembuskan napasnya yang terasa begitu sesak, dia merasa lega sekarang.

Ting-

Stevany merogoh saku celananya saat suara telponnya berbunyi.

"Dari siapa ya?" bisik Stevany pada dirinya sendiri.

Line

Jeno : Temui aku di taman belakang hotelmu. Aku tunggu Stev.

Stevany memiringkan kepalanya kekanan, dahinya mengerut dengan bingung.

"Ada apaan ya Jeno nyuru gue buat kesana?" setelah bergumam pada dirinya sendiri Stevany memilih melangkahkan kakinya menuju lantai paling bawah hotel ini.

Stevany menolehkan kepalanya kepenjuru taman yang sepi, jelas saja. Ini hampir jam 12 malam.

Stevany berjalan dengan penuh penasaran saat melihat sebuah buket bunga yang tergeletak di atas sebuah kursi dari semen.

Meraihnya dengan tangan dan menghirupnya pelan.

"Cantik, tapi udah layu. Kira-kira punya siapa ya?" gumam Stevany sebelum duduk dikursi itu.

Stevany kembali mengecek telponnya dan mengirim pesan pada Jeno yang belum terlihat hingga 10 menit setelahnya.

Stevany memeluk dirinya sendiri ketika udah dingin berhembus dengan pelan. Kepala gadis itu sibuk mengitari sekeliling sebelum dengan tiba-tiba seseorang duduk dikursi sebelahnya.

"Jeno..." lirih Stevany saat melihat laki-laki itu terduduk dengan bahu yang turun dan wajah yang datar.

"Ada apa denganmu Jen? apa kau baik-baik saja?" tanya Stevany.

Hening, sebelum.

"Akan sangat munafik jika aku bilang baik-baik saja, saat gadis yang kusukai telah dimiliki orang lain" gumam Jeno dengan pandangan lurus kedepan.

Stevany meremat buket bunga pemberian Mark ditangan kanannya, matanya menunduk menatap kedua sepatunya sendiri.

"Apa kau pernah merasakannya Stev? Ketika kau begitu mencintai seseorang dan saat kau memutuskan untuk terus bersamanya, dia telah menjadi milik orang lain" lanjut Jeno dengan tangan yang terus meremat kaleng minuman ditangannya.

Stevany hanya terus terdiam tanpa membuka mulutnya sama sekali. Jeno tertawa dengan sumbang dan kencang, suaranya terasa begitu tercekat.

"Pasti belum pernah bukan? Tidak apa-apa Stev. Biar aku saja yang merasakannya, senang rasanya melihat orang yang kau cintai bahagia" ucap Jeno dengan tegukan penuh pada kaleng minuman yang dibawanya.

Tanpa sadar dengan ucapan Jeno, Stevany memandang khawatir pada laki-laki itu yang terus meracau tidak jelas hingga Stevany dibuat bingung olehnya.

"Jeno, sebenarnya apa yang sedang kau katakan? Aku tidak mengerti sama sekali. Apa maksudmu kau sedang menyukai seseorang dan dia memilih orang lain?" Dengan suara yang sedikit keras Stevany menyela.

Stevany membuang wajahnya kearah lain dan mengusap sudut matanya yang tiba-tiba berair. Entah kenapa Stevany merasa sangat bodoh sekarang.

"Hah! Bahkan orang yang kau cintai tidak dapat mengerti dengan apa yang kau katakan Stev, apa kau bisa banyangkan?" dengan umpatan kesal Jeno kembali membuka kaleng minuman yang dibelinya dan meneguknya sampai habis.

Stevany menutup hidungnya untuk menahan air mata yang mungkin akan jatuh beberapa detik lagi.

"Sebenarnya ada apa denganmu Jen? Jangan membuat orang lain khawatir" dengan sedikit menahan isakan dimulutnya Stevany bertanya.

Jeno terdiam sebelum kembali meneguk minuman berkaleng hitam ditangannya.

"Apa Stev? apa maksudmu kau mengkhawatirkan aku? Aku senang Stev, tapi itu tidak perlu. Aku tidak membutuhkannya"

Stevany terdiam dengan kaku, untuk pertama kali dalam hidupnya dia tau bagaimana rasanya tertusuk tapi tak  berdarah.

Jeno terus meneguk minuman ditangannya dan terdiam, menatap tajam pada taman didepannya tanpa bicara apapun lagi.

"Rasanya seperti mau mati Stev, kau tidak pernah merasakannya kan? Jangan Stev, biar aku saja yang sakit hati"

"Memang aku yang bodoh, mencintai tapi terus diam, dan berharap pada gadis yang tak pasti!" lanjut Jeno dengan suara yang serak dan bergetar.

Stevany meraih tangan Jeno untuk menghadap padanya, tapi laki-laki itu tetap diam tak mau menatapnya.

Terus seperti itu hingga Stevany jengah dan melempar minuman yang akan Jeno minum lagi.

"Sebenarnya ada apa denganmu Jen? Dan apa yang kau minum itu? Apa kau minum alkohol? Sebodoh itukah kau  hanya karena gadis yang kau bilang kau cintai?!"

Dengan menahan tangisnya Stevany terus berkata, gadis itu tersentak ketika tiba-tiba Jeno menepis tangannya.

"Bukan urusanmu! Aku mabuk dan matipun itu bukan urusanmu! Apa pedulimu ha?! Kau itu bukan siapa-siapa Stev" dengan teriakan tepat didepan wajah Stevany Jeno berkata.

Stevany bergetar tanpa dapat dicegah, matanya berkaca-kaca siap untuk meneteskan air matanya.

"Apa peduliku ha?! Kau juga tidak tau apapaun tentang apa yang aku rasakan, orang sepertimu memang tidak berhak dicintai!" balas Stevany dengan teriakan yang sama kencangnya.

Jeno berdiri dari duduknya dengan penuh emosi, jarinya menunjuk pada Stevany dengan marah.

"Ya, itu memang benar Stev, laki-laki sepertiku memang tidak berhak untuk dicintai, tidak seperti Mark yang begitu sempurna untukmu!" teriak Jeno.

"Lantas kenapa sekarang kau mau menemuiku, kenapa tidak pergi dengan Mark dan tidur bersamanya Stev!" lanjut Jeno.

Plak-

Jeno terdiam dengan tangan memegang sebelah pipinya, matanya menatap Stevany yang bergetar menahan tangis.

"Itu bahkan belum cukup untuk membalas kata kasarmu padaku Jen, aku tidak tau kau akan sebodoh ini karena orang yang kau cintai itu, tapi tidak sepantasnya kau berkata kasar padaku Jen. Menyesal aku sudah menolak Mark, ternyata kau sebodoh ini untuk diperjuangkan"

Dengan kesabaran yang sudah habis Stevany pergi meninggalkan Jeno.

Sementara laki-laki itu masih terdiam dengan pandangan yang Shock setelah  apa yang dia dengar dari Stevany.

"Stev..." katanya lirih menatap Stevany yang berjalan pergi meninggalkannya.


...
Wedew tidak sesuai rencana gue, rencananya ini ending, tapi malah tbc lagi, yaudahlah. Enjoy bae, ending insyaallah 1 chap lagi..

Kamis, 22 Maret 18

Meet You | JENO | MARK (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang