Gua upload dua hari ini. Ch 15 sama Ch 16, cek supaya ngga kelewat.
"Bagiamana makanannya kau suka ?" tanya Vivi dengan raut penuh penasaran.
"Ini enak, aku yang harusnya bertanya. Apa tidak masalah jika kau makan makanan halal ?" tanya Stevany dengan rasa tidak nyamannya.
"Tentu saja tidak masalah, aku suka rasanya. Ternyata enak juga" Stevany tertawa saat Vivi tersenyum dengan sangat ceria, wajahnya terlihat semakin cantik.
"Stevany sebelum kau pulang ke hotel, kau bawa ini okay ? Aku tidak bisa mengantarmu nanti" Stevany masih terdiam saat Vivi memberinya dua paper bag dengan merek brand yang sebelumnya mereka kunjungi padanya.
"Jangan menolak, aku memang sengaja membelikanmu ini. Pasti akan sangat cocok denganmu" lanjut Vivi masih dengan senyum ramahnya.
"Lagipula aku rasa ini kesempatan yang bagus agar kau bisa memakainya. Kapan lagi bukan" dengan santai Vivi melanjutkan.
"Ya, mungkin kau benar..." Stevany mengangguk dengan ragu.
"Tentu saja Stev" Stevany kembali menganggukkan kepalanya, berusaha mengabaikan ucapan Vivi yang seakan meremehkannya.
'Mungkin cuma pikiran gue doang kali..' ucap Stevany dalam hati, berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
"Ah, aku pusing sekali belakangan ini Stev. Ayahku sangat ingin aku untuk belajar tentang bisnis. Padahal aku sangat tidak tertarik untuk meneruskan perusahaan milik ayahku" Vivi dengan mulut sedikit dimajukan mengeluh dengan lucu.
"Apa kau tidak punya seorang kakak ?" tanya Stevany berusaha mengerti.
"Ada, aku punya seorang kakak laki-laki. Tapi dia lebih memilih untuk menjadi dokter spesialis dan pergi ke Amerika"
"Ah, aku mengerti. Pasti akan sulit sekali berada diposisimu" balas Stevany prihatin.
"Kau tidak akan mengerti Stev, kau pasti tidak mungkin merasakannya" dengan pandangan mata dan tangan yang sibuk pada telponnya Vivi membalas.
Stevany terdiam tanpa menanggapi ucapan Vivi, yang entah kenapa kembali tertengar seperti menghinanya.
"Stev, bagaimana menurutmu dia ? Kau tahu dia kan ?" Stevany kembali tertegun saat menatap foto di telpon yang Vivi sodorkan.
Ada foto Vivi dan, Jeno disana. Benar itu adalah Jeno Nct yang kemarin malam memeluknya.
Stevany mendengus pelan saat tahu alasan lain kenapa Jeno memilih menjauhinya. Stevany tersenyum dengan miris mengingat kenyataan itu.
"Dia terlihat keren..." ucap Stevany dengan senyum kecil dibibirnya.
"Ah, i know it..." Stevany dengan sedikit enggan ikut tertawa mendengar ucapan Vivi. "Akhir-akhir ini aku sedikit khawatir"
"apa yang kau khawatirkan ?" tanya Stevany pelan.
"Ada banyak wanita menjijikkan yang mendekatinya.." sambil menatap telpon digenggamannya Vivi berucap dengan ceuk.
"Bahkan sampai ada berita kencan Jeno dengan seorang wanita..." Stevany tertegun ditempatnya, dia merasa sedikit tersindir saat ini.
"Awalnya aku merasa biasa saja, tapi semakin hari tingkahnya semakin mengesalkan" ucap Vivi dengan mata yang melirik pada Stevany.
"Tapi setelah aku perhatikan. Aku sadar, bahwa dia bukan lawan sebanding denganku. Dia hanya segelintir tikus got yang berbeda kasta denganku"
"Jadi aku hanya memperlihatkan padanya, dimana dia berada sekarang. Agar dia sadar serendah apa dirinya"
"Tikus got, tidak akan pantas dengan pangeran di istana..." dengan senyum yang manis Vivi mendorong semua belanjaan yang diberikannya pada Stevany agar lebih dekat pada gadis itu.
"Benar bukan Stevany ?"
Stevany masih terdiam dengan mata yang memandang kosong pada Vivi yang meninggalkan kursinya dengan senyum yang manis.
"Hiks..."
Tanpa sadar isakan kecil keluar dari mulutnya, tangan Stevany mengusap air mata yang mengalir dari pipinya.
"Bego banget si gue. Hiks..." dengan kasar Stevany terus berusaha menghapus air matanya yang entah kenapa tidak juga berhenti.
Dadanya terasa sesak mengingat kata-kata tajam yang diucapkan Vivi padanya.
"Salah gue Jen ! Emang salah gue yang ngga seharusnya suka sama lo" Stevany terus terisak dengan suara tertahan, tidak perduli pada pandangan aneh pengunjung lain yang memandangnya.
Stevany tergugu saat sebuah tangan memeluknya dari belakang dengan erat.
"Tenang saja, ada aku disini..." Stevany membalikkan tubuhnya dan memeluk erat lelaki dibelakangnya. Kepalanya menyeruk pada perut laki-laki itu.
Tangan itu mengelus kepalanya dengan lembut, mulutnya terus bergumam berusaha menenangkan.
"Terimakasih Mark..."
...
Wadoo chapter macam apa ini, panas sekali. Wkwk. Sorry ya gue ngga up cepet. Sibuk buat persiapan anak kelas 3 smk yang mau un dan sebagainya. Jadi cerita ini up nya bakal ngga seteratur biasanya. Harap di maapkan dan dimaklumi ya ? Insyaallah semoga bisa ketemu dicerita lainnya.
Bye
18 januari 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You | JENO | MARK (END)
FanfictionPengen tau rasanya ketemu bias? Silahkan baca cerita ini ⬇