Silahkan dibaca, kalo suka langsung aja di Voment.Stevany mengerjapkan matanya perlahan, saat sinar matahari yang memasuki kamarnya melalui kaca jendela tanpa terhalang gorden yang lupa dia tutup. Tangannya meraih telpon diatas nakas samping tempat tidurnya.
"Jam 9 ? Gila, baru bangun gue" Stevany bangun sembari mengusap kedua sudut matanya, gadis itu masih belum sadar ketika matanya menatap sebuah meja penuh makanan yang baru pertama kali dia lihat.
"Tumben menu makanannya baru, pake meja baru segala lagi" Stevany menggeser selimut yang menutupi kakinya, dan terduduk dilantai karpet hotel. Meja berunya hanya setinggi betis.
"Surat ? Apa benget deh, alay nih !" dengus Stevany, tangannya meraih sebuah surat yang ditinggalkan diatas meja sembari terkekeh.
Pagi Stevany
Aku harap kau suka sarapanmu ini
enang, bukan aku yang membuatnya
Aku memintanya khusus untukmu
Semoga pagi dan harimu menyenangkan hari iniDari Mark untukmu
"Aish, ada-ada aja tu orang..."
Stevany menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyum, tanpa berkata apapun setelah berdoa dia mulai memakan sarapannya.
"Haah, kenyang..." Stevany menyimpan sendok yang digunakannya, berdiri dari duduknya setelah membawa gelas minumnya ke sofa dekat jendela.
Stevany terdiam merenung menatap jalan yang dipenuhi banyak orang berlalu-lalang. Semalam, setelah dia mendengar ucapan Jeno tentang perasaannya. Stevany hanya dapat terdiam berjam-jam, hingga subuh tadi dia bisa tertidur karena kelelahan.
Stevany tidak menangis, itu bukan gayanya. Dia tidak biasa menangisi laki-laki selain ayahnya.
Jadi akhirnya, Stevany hanya bisa terdiam dan berpikir banyak hal yang tidak berguna untuk melupakan kesedihannya.
"Tik..tok.." mulutnya bergumam pelan saat matanya melihat jam yang menunjukkan pukul dua belas siang.
"Gila gue lama-lama.." Stevany menertawakan dirinya sendiri. Tawanya terhenti ketika mendengar bel berbunyi, "Siapa ya ?" ucap Stevany dengan raut penasaran membuka pintu hotelnya.
"Surpriseeee !!!" Stevany membuka mulutnya saat pemandangan yang dia lihat saat membuka pintu hotel adalah-
"Daniel ?! Ngapain lo kesini ?!" Ucap Stevany tanpa sadar menggunakan bahasa Indonesia. Daniel menyeritkan dahinya bingung.
"Kau mengatakan apa ? Aku tidak mengerti" Daniel menggaruk hidungnya bingung, Stevany yang tadinya terdiam justru tertawa dengan lepas.
"Astaga, wajahmu aneh sekali Dan. Aku hanya bingung kenapa kau disini" ucap Stevany masih dengan selingan tawanya.
"Ah, aku hanya ingin mengajakmu bermain" tunjuk Daniel pada dirinya sendiri dengan senyum yang membuat matanya hanya tinggal segaris.
"Jangan tersenyum, nanti matamu hilang" Stevany tertawa dengan sedikit keras saat Daniel merengut dengan kesal.
"Jangan main fisik okay ?" sungut Daniel dengan mata mendeliknya yang tidak berpengaruh apapun pada Stevany.
"Am bagaimana ya, aku rasa aku tidak bisa keluar selarang. Bukan maksudku menolakmu, tapi. Kau mengertikan maksudku ?" dengan mata yang kembali menyendu Stevany menjawab.
Dengan wajah sungkan Daniel menganggukkan kepalanya.
"Sebenarnya aku memang tidak ingin mengajakmu keluar" ucap Daniel yang sukses membuat Stevany salah tingkah. Kepedean si lo Stev, runtuk Stevany dalam hati.
"Aku membawa ini ?" dengan semangat Daniel mengangkat sebuah tas tangan yang terlihat penuh, "Kita main disini saja"
"Disini dikamar hotelku maksudmu ?" tanya Stevany yang dianggukki Daniel.
"Dan aku juga membawa satu pasukan lagi untuk ikut bermain bersama kita, dua lagi akan menyusul nanti. Bolehkah ?" dengan wajah bingungnya Stevany mengangguk.
"Tapi, siapa itu ?" tanya Stevany, tanpa menjawab Daniel meminta seseorang untuk keluar dari persembunyiannya.
Rasa heran Stevany hilang berganti dengan rasa senang, "Astaga, siapa ini ?" kekeh Stevany, dia beranjak membungkukkan tubuhnya mengikuti tinggi seseorang yang baru dia sadar bersembunyi dibalik tubuh Daniel.
"Ayo perkenalkan dirimu" ucap Daniel pada seseorang yang dengan setia memeluk kakinya. Stevany tertawa dengan gemas saat seseorang itu justru menyembunyikan wajahnya dibalik kaki Daniel.
"Jangan takut, aku tidak jahat. Tenang saja" ucap Stevany mencoba membujuknya.
Daniel menganggukkan kepalanya saat mata yang tadi bersembunyi itu mentapnya penuh tanya.
"Anyeonghaseo, namaku Kang Chaerin. Salam kenal" ucap Gadis kecil itu pada Stevany, "Namamu cantik sekali. Perkenalkan juga, namaku Stevany" balas Stevany dengan senyum yang lebar.
"Ayo silahkan masuk" dengan bergegas Stevany membuka pintu hotelnya lebih lebar, mempersilahkan kedua tamunya untuk masuk.
"Maaf dikamarku tidak banyak kursi" ucap Stevany merasa tidak enak.
"Tidak masalah, akan lebih seru jika main dilantai saja. Ayo Chaerin-ah" Daniel menarik tangan kecil Chaerin dengan pelan.
"Aku mandi dulu, kalian duduk saja" ucap Stevany yang ditanggapi Daniel dengan heboh. "Ooh kau belum mandi ? Pantas saja aku mencium bau yang tidak enak sejak tadi"
"Yah, sembarangan saja kau. Aku tidak bau ya! Mungkin hidungmu saja yang bermasalah" teriak Stevany sembari melempar sandal hotelnya pada Daniel.
Stevany merengut dengan kesal saat Chaerin dan Daniel tertawa dengan lebar.
"Kenapa kau ikut tertawa Chaerin-ah ? Aku tidak sunguh-sungguh bau kan ?" tanya Stevany mencium bau tubuhnya sendiri.
"Tidak, oenni tidak bau. Oenni wangi" ucap Chaerin dengan malu-malu.
"Jangan percaya pada Chaerin, dia bohong" Daniel kembali tertawa ketika Stevany melempar sebelah sandal hotelnya lagi, yang sukses dia tangkap dengan baik.
"Aku mandi dulu, awas jangan mengintip ya. Chaerin-ah awasi kakakmu itu okay ?" tunjuk Stevany pada Daniel dan senyum lebar pada Chaerin.
"Aku tidak kau beri senyumanmu juga ?" tunjuk Daniel pada dirinya sendiri.
"No No" jawab Stevany sembari berlalu ke kamar mandi. Mengabaikan suara tawa Daniel yang semakin keras.
...
Aaaa mau liburan dulu sama Daniel, mau sama Ong dan Daehwi juga ? Baca part B-nya ya, sembuhkan hati bersama mereka dulu. Biar jernih mata juga... 😎
Minggu, 24 Des 17
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet You | JENO | MARK (END)
FanfictionPengen tau rasanya ketemu bias? Silahkan baca cerita ini ⬇