EP 32 - Duka

2.7K 199 0
                                    

Keluarga Ryn tengah berduka, ayah Ryn menghembuskan nafas terakhirnya semalam di rumah sakit. Bahkan Ryn tidak percaya jika saja ia tak melihat foto ayahnya yang telah terpajang di rumah duka.

Ibu Ryn terlihat tegar meski matanya bengkak, begitu juga dengan Hong Ran kakak Ryn.

Daniel, Jihoon, dan Sulli membantu prosesi pemakaman dan menjamu tamu.

Keluarga besar ayah Ryn pun silih berganti berdatangan, begitu juga Soyeon, Soyoung dan ahjumma.

"yang sabar ya Ryn, kalian sudah melakukan yang terbaik untuk menjaga ayah kalian" ucap ahjumma pelan.

"gomawo ahjumma..." ucap Ryn masih dalam isak tangisnya.

Samar-samar ia mendengar keributan di luar sana.

"kau senang bukan? sekarang anakku sudah meninggal, dan kau akan mendapat harta anakku!" Ryn memekik kaget saat melihat neneknya menudingkan jarinya ke arah ibunya.

"haelmonnie... apa yang haelmonnie katakan? kenapa bisa bicara sekejam itu pada ibu?"  Ryn sungguh tidak terima ibunya yang sudah susah payah menjaga dan merawat ayahnya diperlakukan seperti itu.

"Ryn, sudah.. jangan ikut campur urusan orang tua" ucap Ibunya

"haelmonnie? aku bukan nenekmu! kau bahkan bukan putri anakku, jangan pernah panggil aku haelmonnie lagi, aku tidak sudi mendengarnya!" bentakan Haelmonnie membuat sekujur tubuh Ryn menegang karena marah.

"kenapa kau sangat kejam? apa kau tidak tau, siapa yang menjaga anakmu saat sedang lumpuh? siapa yang membanting tulang mencari biaya pengobatan untuk anak kesayanganmu! Punya hak apa kau memarahi ibuku saat kau sendiri tidak mampu mengurusnya?!!!!" ucap Ryn membuat haelmonnie membulatkan matanya,

plak!

Ryn terpaku dengan tangan yang menempel di pipinya, matanya mengerjap,

"eomma? wae?"
Ryn tidak percaya eomma nya menampar Ryn dengan keras.

"jaga bicaramu pada nenekmu! bagaimanapun juga dia adalah ibu dari ayahmu! Eomma tidak pernah mengajarkan kamu untuk bersikap kurang ajar terhadap orang yang lebih tua!" bentak ibunya

"eom..eomma... tapi... dia sendiri tidak mengakui aku sebagai keluarganya... eom..eomma.. a..aku hanya tidak terima.. eomma diperlakukan seperti itu"  Ryn menangis, dan memilih berlari meninggalkan rumah duka.

Hatinya sungguh hancur, ibunya tidak pernah semarah ini padanya bahkan sampai menamparnya.

Ryn menangis di taman yang tak jauh dari rumah duka, badannya sedikit bergetar karena dingin, kemeja hitamnya sungguh tidak mampu menyamarkan jawa dingin yang menusuk tulangnya.

Sebuah coat hangat ditempelkan seseorang di tubuh Ryn, ia menoleh dan mendapati Daniel tersenyum kepadanya, tanpa pikir panjang Ryn memeluk Daniel dan menangis sekeras-kerasnya.

Daniel memeluk Ryn dengan penuh kasih sayang, hatinya juga hancur saat melihat kejadian di rumah duka tadi. Ia tau rasanya, sungguh menyakitkan.

"sudah tenang? minum ini, tapi sepertinya sudah dingin" ucap Daniel yang dijawab anggukan kecil oleh Ryn.

"gomawo..." gumamnya.

"mau kembali ke rumah duka? atau mau ke rumahmu?" tanya Daniel

"aku tidak mau bertemu ibukku, bawa aku ke rumahmu" isak Ryn

"udara sedingin ini rumah atapku tidak begitu baik, ayo kita ke apartemen noonaku"

"terserah, yang penting bukan rumahku"

"tunggu sebentar, aku mengambil motorku" ucap Daniel, dan Ryn hanya mengangguk pelan.

                         *********

"masuklah" Daniel menarik tangan Ryn masuk ke apartemen noonanya yang kini menjadi miliknya.

"Boleh aku menggunakan kamar mandi? aku pinjam baju noonamu lagi yah.. aku tidak nyaman memakai pakaian ini"

"iya, nanti aku antar ke kamar mandi" ucap Daniel sembari tersenyum.

Daniel sibuk menyiapkan makanan dan minuman hangat yang ia beli saat perjalanan kesini.

"Sudah selesai? makanlah dulu.. aku juga membuat cokelat panas untukmu"

Ryn tersenyum, dan duduk di depan meja dapur menghadap Daniel.

"aku mau teopokki pedas saja dengan susu cokelat, yang lain nanti aku makan lagi"

"baiklah... mau makan di depan TV?"

"Eoh.. chua!" Ryn membawa makanan dan minuman ke depan TV.

"ahh ini enak, kau mau?" Ryn menyuapi sepotong teopokkie pedas ke Daniel

"aku tidak suka makanan pedas, dan yang kau pesan tadi adalah level kematian menurutku" tolak Daniel bergidik ngeri saat melihat saus teopokkie yang merah dan kental

"tidak pedas, ini hanya level 3 level tertinggi kan level 5"

"aku hanya mampu makan level 0-1, level 2 saja sudah pernah hampir membuatku masuk rumah sakit, apalagi level 3..."

"hahaa... wahh kau tidak cocok jadi orang Indonesia"

"apa semua orang Indonesia suka makanan pedas?"

"Tidak semua, tapi sebagian besar mereka penyantap makanan pedas"

"kalau begitu, kau tinggal disini saja bersamaku"

"hahaa chua! aku juga suka tinggal disini bersamamu!" mereka tertawa,

"kau sudah baikan?"

"tidak.. aku masih kesal dengan sikap nenekku yang berlebihan,"

"maaf, aku bertanya... tadi nenekmu mengatakan kau bukan anak ayahmu?"

"eoh... aku dan Ran bukanlah anak ayahku, aku anak tirinya, tapi dia menyayangi kami seperti anak sendiri, hanya saja keluarganya tidak menerima kami, bahkan beberapa kali nenekku mencoba menghancurkan bisnis ayahku hingga akhirnya dia sakit dan stroke, ibuku lah yang menyelamatkan perusahaannya meski mulai lagi dari 0, ibuku sudah banyak menderita... aku benci nenek sihir itu!" Ryn menceritakan ya kepada Daniel,

"aku tau.. ibumu kuat... aku bisa melihatnya" ucap Daniel dengan senyum manisnya, Ryn memeluk Daniel

"ahh sungguh nyaman berada di pelukanmu"

"selain pelukanku, yang lain juga bisa membuatmu lebih nyaman..." goda Daniel

"hyakk!! mesum!"

wanna ONE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang