"Super Hero"
Basket adalah salah satu olahraga yang sangat disukai oleh Naya, begitu juga dengan Vira. Temannya ternyata juga sangat jago dalam bermain basket.
Siang itu Naya bermain basket di lapangan bersama teman-temannya, guru-guru masih pada rapat saat itu jadi Naya dan teman-temannya bisa berlama-lama bermain basket. Meskipun baru beberapa hari bersekolah disana Naya sudah terlihat akrab bersama tim basketnya itu. Saat ingin memasukkan bola ke dalam ring, ternyata bolanya malah melenceng. Mata Naya tertuju ke mana arah bola itu pergi dan ternyata bola yang di lemparinya itu malah mengenai seseorang.
"Mati gue..." Suara Naya terdengar seperti berbisik, dia sangat kaget saat melihat bola yang mengenai seseorang yang ia kenal. Gadis itu pun berjalan menuju seseorang yang terkena bola tersebut, tapi bolanya sudah di pegang oleh orang itu dan menatap Naya dengan begitu sinis.
"Maaf kak, gue ngga sengaja," gadis itu akhirnya memberanikan diri untuk berbicara, meskipun tatapan Dafa masih sinis kepadanya.
"Lu lagi lu lagi," geram Dafa sambil mengarahkan jari telunjuknya hampir mengenai muka Naya. "Dimana ada gue pasti ada lu, asal lu tahu ya hidup gue itu selalu sial sejak ketemu sama lu. Sebenarnya mau lu itu apa sih?" Dafa mulai mengepal kedua tangannya, dia masih sangat marah dengan gadis itu. Sebab dari pertama mereka ketemu selalu tidak ada masalah, bahkan Dafa menganggap bahwa gadis itu pembawa sial dalam hidupnya.
Semua mata tertuju pada mereka, tak ada yang bisa mererai mereka. Mereka tak mau kalau nanti harus berurusan dengan Dafa. Bisa saja nanti mereka akan dikeluarkan jika sempat berurusan dengan Dafa. Karena orangtua Dafa punya sepertiga saham dari sekolah itu.
"Kan gue udah minta maaf," seru gadis itu.
Melihat muka Dafa yang sudah mulai berubah, bagaikan seekor macan yang ingin menerkam mangsanya, Naya pun langsung membalikkan badannya dan berniat untuk meninggalkan Dafa dengan amarahnya itu. Langkah gadis itu terhenti ketika tangannya sudah dipegangi oleh Dafa dengan begitu erat.
"Aduh... sakit. Gadis itu meringis kesakitan saat pergelangan tangannya dipegang erat oleh Dafa. "Lepasin gue," Naya berusaha melepaskan genggaman tangan Dafa, namun usahanya itu nihil, karena lelaki itu semakin erat memegang tangan Naya yang berusaha untuk melepaskan diri.
"Lu itu punya etika ngga sih? orang lagi ngomong langsung mau pergi aja." Pergelangan tangan Naya terlihat memerah karena ulah Dafa yang sedari tadi tidak melepas pegangannya itu.
"Kan tadi gue udah minta maaf, please lepasin tangan gue." Tak sadar air mata Naya menetes mengenai pipinya yang mulus. Ia sudah tak tahan menahan rasa sakit atas perlakuan Dafa kepadanya.
Melihat temannya itu menangis ingin rasanya Vira menolong sahabatnya itu, namun dia tak bisa berkutik, dia hanya bisa berdiam diri saat melihat sahabatnya itu meringis kesakitan atas perlakuan Dafa. Berharap ada sosok superhero yang bisa menuntaskan pertengkaran mereka saat ini. Tapi menurut dia mana mungkin superhero ada dalam dunia nyata, itu hanya ada di dalam cerita komik.
"Lu kira, minta maaf gitu doang cukup...!" ucapnya dengan suara yang menggelegar. Sebagai tanda maafnya lu harus cium kaki gue, kalau ngga tangan lu ngga bakalan gue lepasin."
"Engga... gue ngga mau. Gadis itu tak mau menuruti apa kata lelaki itu, mana mungkin dia bisa sujud sama manusia ciptaan tuhan. "Emang lu menganggap diri lu itu tuhan, sehingga lu bisa-bisanya menyuruh gue untuk sujud sama manusia yang ngga punya hati kaya lu. Sesekali Naya mengusap air mata dengan tangan kirinya, karena sebelahnya lagi masih dipegang oleh Dafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You (End)
Teen FictionGue pernah suka sama lu, gue rasa itu bukan cinta tapi hanya sekedar suka