PART 7

141 6 3
                                    

Percaya Diri

Naya hampir saja terjungkal ketika Raya tiba-tiba mendorongnya. Padahal Naya tak melakukan apa-apa, tapi untung saja ada seseorang yang menolongnya sehingga dia tidak terjatuh ke lantai. Mata mereka saling bertatapan selang beberapa menit. Hal itu mengundang mata orang-orang untuk melihatnya, mereka tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk melihat adegan romantis itu, karena adegan itu jarang sekali terlihat kecuali di film-film. Tapi tak sedikit juga yang jeleus melihatnya. Naya terkesiap dan baru saja terbangun dari lamunannya, dia langsung berdiri dan melepaskan pertahanannya dari tubuh lelaki itu.

"Makasih kak," kata itu tiba-tiba keluar dari mulut Naya, entah sadar atau tidak tapi itu lah kenyataannya. Senyum tipis terpancar dari wajah lelaki itu.

"Lu kenapa sih Ray, ngga kapok-kapoknya ngerjain Naya?". Pembelaan Dafa itu membuat Naya menaikkan sebelah alisnya. Dia tak menyangka akhir-akhir ini Dafa selalu tepat waktu untuk menolongnya. Entah itu kebetulan atau tidak tapi itu lah kenyataannya dimana Dafa mulai bersikap baik kepadanya. Dia masih ingat sekali bahwa selama ini mereka itu seperti Tom and Jerry, yang selalu berantam ketika sudah bertemu. 

"Maksud gue bukan gitu kak."

"Ngga gitu gimana maksud lu. Lu pikir selama ini gue ngga tahu gimana perlakuan lu terhadap Naya!! ucap Dafa dengan penuh penekanan. "Udah lah Nay, lebih baik kita pergi aja dari sini dari pada ngeladeni ini orang." Kata Dafa sambil meraih tangan Naya dan kemudian pergi dari hadapan Raya dan juga orang-orang yang masih setia menonton mereka sampai dia dan Naya pergi dari kerumunan itu. Ada yang menutup mulutnya karena tercengang atas pembelaan Dafa dan ada juga yang mengepal kedua tangannya karena tak terima dengan sikap Dafa yang membela Naya. Naya hanya mengikuti langkah Dafa dari belakang, matanya masih tetap menatap tangannya yang masih dituntun oleh Dafa sampai mereka sudah tak terlihat oleh orang-orang.

"Iihh... kak Dafa ngeselin banget sih, ngapain coba pake acara belain Naya segala," kata Raya sambil mengepal kedua tangannya dan menghentakkan kakinya ke lantai. Dia merasa sangat kesal ulah Dafa yang menolong Naya. Padahal dia tahu selama ini Dafa memang tak suka dengan kedatangan Naya disekolah itu, tapi kenapa kali ini justru Dafa datang buat nolongin Naya.

"Tahu tuh, apa jangan-jangan...?" Kiki tak melanjutkan kata-katanya itu, membuat Raya dan teman-temannya yang lain diliputi rasa penasaran.

"Jangan-jangan apa maksud lu?" tanya Gigi.

"Jangan-jangan kak Dafa suka sama Naya, lagian kan ngapain juga kak Dafa belain Naya kalau bukan ada rasa suka." Jawaban Kiki itu sontak membuat Raya dan teman-temannya yang lain membelalakkan mata, karena tak percaya dengan ucapan Kiki barusan.

"No... no... no... gue ngga bakalan sudi kalau kak Dafa suka sama itu cewek, terserah kek kak Dafa mau pacaran sama siapa, asal jangan sama itu anak," sambar Raya yang tak menerima pernyataan yang di ucapkan temannya itu.

"Lah, emang kenapa Ray, kalau seandainya kak Dafa benaran suka sama Naya?" tanya Ria penasaran.

"Apa jangan-jangan lu suka ya sama kak Dafa?" Kiki menambahkan.

"Ya ngga lah, cinta gue masih buat kak Andrian!" jawabnya atas apa yang ada dipikiran teman-temannya itu."Ya udah lah dari pada bahas ini terus, mending kita ke kantin aja yuk." Raya langsung memotong pembicaraan dengan mengajak teman-temannya ke kantin.

"Nah cakep tuh," kata Kiki yang mengatakan setuju dengan ajakan Raya.

"Urusan makan aja cepat lu," ledek Ria, membuat Raya dan teman-temannya yang lain tertawa.

***

Dafa dan Naya sekarang sudah berada di taman sekolah. Naya masih saja menatap tangannya yang masih di pegang oleh Dafa. Meskipun mereka sudah tak menjadi pusat perhatian orang-orang, tapi tangan Dafa seakan tak mau melepas dari tangan Naya. Melihat muka Naya yang seperti orang kebingungan gitu, membuat Dafa bertanya-tanya.

Because Of You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang