"Karena Ulangan"
Esok harinya Dafa melihat Naya sedang duduk di halte depan sekolah. Gadis itu melirik jam ditangannya dan kemudian mendongak ke langit. Dilihatnya langit sudah mulai mendung, mungkin tidak berapa lama lagi Jakarta akan di guyur hujan deras. Mobil yang di kendarai Dafa mulai mendekat ke arah Naya. Dia menghentikan mobilnya tepat di depan dimana gadis itu sedang duduk.
Dafa mulai membuka kaca mobil, diikuti dengan rasa penasaran gadis itu melihatnya. Mata mereka saling tatap saat kaca mobil sudah terbuka lebar. Cukup lama mereka saling tatap, dan pada akhirnya Dafa bersuara untuk memecahkan kebisuan diantara mereka.
"Lagi nungguin siapa?" ajak Dafa. Namun tak ada jawaban dari Naya. Gadis itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Mau bareng ngga?" ajak Dafa. Naya masih tetap tak menghiraukannya. "Kayanya bentar lagi mau hujan ya?" kata Dafa sambil mendongak ke langit dari balik kaca mobilnya. "Kasian banget kalau seandainya besok ngga masuk sekolah gegara sakit karena hujan. Mending sakitnya sehari atau dua hari doang, kalau seminggu? Pasti bakal banyak ketinggalan pelajaran. Otomatis kalau kaya gitu kan bisa jadi ngga naik kelas." Dafa seperti menakut-nakuti.
"Apaan sih lu," sahut Naya.
"Ya gue sih cuma ngingatin lu aja," ujar Dafa.
Duh gue terima ngga ya ajakan itu cowok? Mana besok gue ada ulangan Sejarah lagi. Belum lagi hafalannya banyak banget, hamsong dah gue kalau seandainya nilai gue jelek. Iya, kelemahan Naya adalah mata pelajaran sejarah. Dimana kita harus mempelajari sejarah-sejarah bangsa Indonesia dan kita juga harus tahu arti dan tujuan dari VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) dan masih banyak lagi.
Kalau gue ngga terima tawarannya, pasti gue pulang kesorean. Nah kalau gitu kapan waktunya gue belajar lagi?. Tapi kalau gue terima, pasti gue bakal malu banget. Soalnya baru juga kemaren gue bilang sama itu orang kalau dia ngga usah sok kenal sok dekat sama gue.
"Ya udah kalau lu ngga mau bareng, gue duluan ya," ucap Dafa sambil menghidupkan mesin mobilnya.
"Eh tunggu," kata Naya yang langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Kenapa?" tanya Dafa.
Hari mulai gerimis, mau tak mau akhirnya Naya menerima tawaran Dafa.
"Iya, gue mau bareng sama lu." Naya langsung berjalan mendekati mobil Dafa.
Dafa tersenyum simpul mendengar hal itu. Ternyata ucapannya tadi mampu membuat gadis itu menerima ajakannya. Perlahan Naya membuka pintu mobil. Ada sedikit grogi dan bercampur malu pada dirinya. Naya tak sanggup menoleh ke arah Dafa, dia seperti mematung disana.
"Udah siap?" tanya Dafa. Naya hanya mengangguk. "Apanya yang udah siap?" Dafa mendekat ke arah Naya.
PLAK!!!
Sebuah tamparan di muka Dafa. Dia pun meringis kesakitan. "Aww," sambil memegang pipinya yang masih terasa nyut-nyutan. "Kasar banget sih jadi cewek."
"Lu jangan macam-macam ya," kata Naya sambil menunjuk ke arah Dafa.
"Siapa juga yang mau macam-macamin lu, orang gue mau bantu pasang seat belt-nya juga."
"Ya lu ngga bilang sih, tiba-tiba main nyosor gitu aja. Tahu gitu kan gue juga bisa pasang sendiri."
"Ya gue pikir lu juga lupa bagaimana cara memasang seat belt," ujarnya.
"Jadi luu juga udah tahu kalau gue lagi lupa ingatan?" tanya Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You (End)
JugendliteraturGue pernah suka sama lu, gue rasa itu bukan cinta tapi hanya sekedar suka