PART 10

115 7 7
                                    

"Naya Vs Dafa"


"Keadaan kamu gimana kak, masih meriang?" tanya Linda saat menghampiri Naya yang masih terbaring di tempat tidur. Hampir seluruh badan Naya di tutupi dengan selimut. Padahal AC kamarnya sudah dimatikan tapi tetap saja dia menggigil.

"Masih Bun," jawabnya dengan sedikit gemetaran.

"Ya udah kalau gitu Bunda suruh Ayah buat panggil dokter ya," ujarnya.

"Ja—jangan Bun, nanti Naya juga sembuh sendiri kok."

Selama ini ketika Naya sedang sakit, dia anti banget dengan namanya di suntik. Dia tahu kalau sudah memanggil dokter ujung-ujungnya pasti akan di suntik. Dia akan lebih memilih minum obat satu plastik dari pada harus di suntik dengan satu kali saja.

"Gimana mau sembuh kalau ngga di obat sama dokter."

"Kan selama ini juga gitu Bun, dan buktinya Naya sembuh meski ngga di panggil dokter."

"Emang ya, kamu itu keras kepala." Kata Linda dengan menggeleng-gelengkan kepala. "Tapi kalau sampe besok belum sembuh juga, mau ngga mau Bunda harus panggil dokter."

"Iya Bun." katanya dengan mengangguk pelan.

***

Naya segera bangkit dari tempat tidurnya. Meskipun kondisi tubuhnya belum sembuh total, dia berusaha seperti orang baik-baik saja. Agar Bunda tidak jadi memanggilkan Dokter untuknya. Kali ini dia rela ngga mandi pagi, karena kondisi tubuhnya yang seperti itu.

"Nanti kamu berangkat bareng Nak Galih ya, tadi Bunda udah sms dia," kata Linda saat melihat anaknya sedang memakai sepatu.

Galih adalah tetangga Naya yang sekolahnya berdekatan dengan SMA PERTIWI.

"Ngga usah Bunda, Naya naik angkot aja," ujarnya.

"Bunda ngga akan tenang kalau kamu naik angkot dengan kondisi yang seperti ini," kata Bunda. Wah sepertinya Bunda sudah tahu kalau kondisi badan Naya belum sembuh total.

"Tuh Nak Galih sudah datang." Linda mendongak ke arah Galih.

"Assalamualaikum, Tante. Nay," kata lelaki itu sambil tersenyum.

"Waalaikumsalam," jawab mereka dengan serentak.

"Tante titip Naya ya Gal," ujar Bunda dengan memegang kedua pundak Naya.

"Iya siap Tante." angguknya.

Naya hanya menggeleng. "Kalau gitu Naya berangkat dulu ya Bun." Sambil menyalami Linda. Galih juga begitu, ikut menyalami Linda.

"Maaf ya Gal, Bunda gue emang kaya gitu. Suka rempong," ujar Naya saat mereka sudah dalam perjalanan.

"Iya woles Nay, namanya juga orangtua."

"Gue turun disini aja Gal," kata Naya ketika mereka sudah sampai di depan SMK BAKTI MULIA tempat dimana Galih bersekolah . Galih langsung memberhentikan motornya.

"Ngga mau gue antar sampe sekolah lu aja?" kata Galih dengan memutarkan tubuhnya ke arah Naya.

"Ngga usah Gal gue disini aja," jawabnya. "Makasih ya Gal," kata Naya sambil menyodorkan helm ke Galih.

"Iya sama-sama Nay."

Naya mulai berjalan menuju sekolahnya, dia masih punya waktu 15 menit sebelum upacara di mulai.

Tit...tit... bunyi klakson motor.

Reflek Naya langsung melangkah ke pinggir jalan. Kedua tangannya dikepal, setelah melihat siapa orang yang sengaja membunyikan klakson tepat didekatnya. Ingin rasanya Naya mematahkan leher orang tersebut saat itu juga.

Because Of You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang