PART 21

75 6 0
                                    

Tiga Oktober

"Kemaren sih udah siuman. Padahal kemaren itu aku masih mau nemenin kak Dafa sih, tapi gara-gara cewek itu aku langsung ngga mood."

"Maksud kamu cewek siapa? ceweknya kak Dafa?".

"Tahu tuh, tapi kayanya sih iya, soalnya sampe meluk kak Dafa gitu. Tapi disisi lain kata aku sih dia bukan ceweknya kak Dafa. Tahu ah, lagian ngapain juga aku mikir hal itu," kata gadis itu sambil mendengus.

"Ciee kamu cemburu ya..." ledek Vira.

"Ngga, aku ngga cemburu."

"Santai aja kali jawabnya," kata Vira sambil menyenggol bahu Naya. "Kalau bukan cemburu terus namanya apa dong?.

"Ya ngga apa-apa." Pipi Naya langsung memerah saat Vira menanyakan hal itu.

"Ciee pipinya langsung merah gitu."

Mendengar hal itu Naya langsung menutup mukanya, karena dia merasa sangat malu dengan Vira. Dia masih enggan untuk mengatakan bahwa dia benar-benar cemburu.

"Meskipun mulut kamu mengatakan kalau kamu itu ngga cemburu, tapi hati ngga bisa dibohongi Nay."

Mendengar hal itu Naya hanya bisa terdiam dengan ucapan sahabatnya itu.

***

"Keadaan lu gimana bro?" tanya Kevin saat menjenguk Dafa di rumah sakit.

"Udah mendingan kok, lagian nanti sore kata Dokter gue juga udah boleh pulang. Oh iya, lu kok udah pulang aja, kan masih jam pelajaran?".

"Pak Nano ngga masuk hari ini, jadi kita disuruh nunggu sampai bel pulang bunyi. Tapi gue minta izin pulang duluan aja."

"Lah, kok dibolehin. Emang lu bilangnya apa?".

"Gue bilang aja mau ngejenguk lu, dan kondisi lu parah."

"Ah dasar lu pakai ngomong kalau gue sakit parah."

"Ya habis gue harus beralasan apa coba. Bilang lagi kalau nenek gue meninggal? Kan alasan itu udah pernah, yang ada gue ketahuan bohong."

"Hhmm dasar tukang kibul lu. Pantesan cewek-cewek pada ngga mau sama lu."

"Eh jangan salah lu, justru gue yang milih-milih cewek, makanya sekarang ini gue belum punya cewek karena gue ngga mau salah pilih bro."

"Ah terserah lu dah. Oh iya Andrian mana?" tanya Dafa. Dia baru sadar bahwa Kevin tidak datang bersama Andrian.

"Ya masih di sekolah lah, kan tadi gue minta izin pulang duluan. Tadinya sih dia juga pengen ngikut, tapi ngga gue bolehin."

"Lah kok gitu," kata Dafa dengan mengrinyitkan keningnya.

"Ya gue bilang aja, kalau dia itu ngga cocok jadi tukang kibul."

"Terus dia bilang apa."

"Dia langsung jitak kepala gue, dasar emang itu anak. Emang dia pikir kepala gue ini batu apung yang ngga ada isinya."

"Ya lagian lu sih." Dafa tak sanggup lagi untuk menahan tawa sedari tadi, tawanya lepas setelah mendengar cerita dari sahabatnya itu.

"Eh dia malah ketawa."

"Gue barusan ngebayangin gimana ekspresi lu di jitak sama Andrian." Lagi-lagi Dafa tak bisa menahan tawanya, sampai-sampai dia langsung ke kamar mandi karena sudah tak tahan menahan kencing yang sedari tadi ia tahan.

"Hp lu bunyi tuh," kata Kevin saat melihat Dafa yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Oh What's App dari Andrian," kata Dafa saat dia mulai membuka pesan itu.

Because Of You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang