PART 5

162 8 0
                                    

Jangan pernah bermain dengan perasaan

Kalau nanti sudah suka biar tahu rasa


Saat jam istirahat Naya tak sengaja melihat Dafa dan juga seorang lelaki berkacamata yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Mungkin saja lelaki itu adalah anak IPS. Naya berjalan pelan menuju sebatang pohon yang ada di taman sekolahnya itu, ia mulai mengintip di celah-celah pohon. Naya sekarang lagi asyik mendengar perdebatan antara Dafa dan juga seorang lelaki itu. Dia memasang kupingnya dengan benar, supaya apa yang sedang ia dengar terdengar jelas olehnya.

"Udah sana lu beli!" ucap Dafa kepada lelaki yang tak ia kenal itu.

"Gue ngga mau!" tolaknya.

Naya masih antusias mendengar percakapan mereka, dia belum menemukan titik terang dari percakapan kedua lelaki itu.

"Kalau lu ngga mau beli rokoknya sekarang, gue akan ngelakuin sesuatu yang ngga lu sangka-sangka," ancam Dafa.

"Oh jadi kak Dafa nyuruh itu cowok buat beliin rokok, jahat amat sih itu orang, kenapa ngga dia aja yang langsung beli ke warung depan. Hhmm gue tahu nih, kalau nanti dia ketahuan ngerokok pasti akan dimarahi sama kepala sekolah, jadi dia nyuruh orang buat ngebeliin supaya nanti kalau ketahuan bisa saja dia menuduh orang itu." Naya mendengus kesal.

Lelaki itu tetap pada pendiriannya, dia ngga mau menerima perintah dari Dafa membuat Dafa sangat marah kepadanya. Mata Dafa menatap tajam ke arah lelaki itu. Kini Dafa mulai memegang kerah baju cowok itu. Keselnya cowok itu hanya diam dan tak membalas perlakuan Dafa kepadanya.

Ini ngga bisa dibiarin. Gumamnya dalam hati sambil mengepal kedua tangannya. Naya langsung keluar dari persembunyian, dia ngga mau nanti sesuatu hal yang tak diinginkan terjadi pada cowok berkacamata itu.

"Stop!!! Naya akhirnya bersuara dan dia mulai mendekat ke arah mereka. "Lu pikir dengan seenaknya lu nyuruh orang buat nurutin apa mau lu".

Mendengar hal itu Dafa langsung menurunkan tangannya yang tadi memegang kerah baju cowok itu. Sekarang pandangannya beralih ke arah Naya. Matanya sangat tajam menatap Naya, lebih dari tatapan ia kepada lelaki yang ada disebelahnya itu sebelumnya. Cukup lama mereka itu saling tatap.

"Lu mau sok sok jadi wonder woman!!! Geram Dafa.

"Iya!! emang kenapa," jawabnya dengan santai sambil menengadahkan kepalanya ke arah Dafa.

"Hebat!! Hebat. Gue kira wonder woman itu cuma ada di film-film, tahunya didunia nyata juga ada," kata lelaki itu dengan menepuk kedua tangannya.

"Udah Nay, gue ngga mau lu jadi ikut campur dalam masalah gue," ucap lelaki yang sedang ditolong Naya itu. Entah dari mana lelaki itu tahu nama Naya, yang pasti sekarang ini bukanlah membahas masalah itu tapi ini adalah masalah yang harus ia selesaikan sama lelaki yang bernama Dafa Prayoga itu.

Karena ngga tahu nama lelaki itu, Naya langsung asal ngomong aja "Ngga apa-apa bro, gue ngga mau nanti ada yang menjadi korban lagi."

Dafa memangku tangannya, ia menatap sesekali ke arah Naya dan kemudian beralih menoleh ke arah lelaki yang ada di sebelah Naya. "Gue lihat-lihat kalian itu cocok loh," kata Dafa yang lari jauh dari topik sebelumnya.

"Lu ngga usah mengalihkan pembicaraan!" kata Naya yang menatap tajam mata Dafa.

Bunyi bel yang baru saja terdengar membuat mereka akhirnya bubar dari pertikaian yang terjadi saat itu.

***

"Daf, lu di panggil kepala sekolah tuh," kata salah seorang murid teman sekelas Dafa.

Because Of You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang