G E M A | Mengajak Keysa Pergi
(Part 3)
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
"Aku gak ingin mati sekarang, aku takut semua orang melupakanku."
Reno Aditya, 2017"Reno, papa ga ha-"
"Reno tau pa, Reno tau papa dan mama udah tau." Reno menyahut. Dia melihat ke arah ibunya. "Reno juga tau kalau mama nangis setelah tau. Ga ada yang bisa nutupi sembab di mata mama."
"Kenapa kamu nggak bilang Ren? Tau gini kan dari awal kamu udah diberi perawatan intensif. Mama gak mau kehilangan kamu, mama takut kamu kenapa-napa. Mama takut kamu pergi. Udah cukup mama kehilangan Dito, mama gak mau kehilangan kamu juga."
Tante Lisa terisak. Air matanya tidak terbendung saat itu. Tapi untungnya tangan masih menjalankan fungsinya untuk menghapus air mata yang hampir jatuh. Dia mengelus rambut Reno lagi.
"Mama gak mau kehilangan kamu," ucap Tante Lisa lirih sambil menatap anak laki-laki di depannya.
Reno tersenyum, tangannya meraih pipi ibunya, mencoba membantu menghapus air mata, "Ma, Reno udah punya KTP tahun ini. Itu artinya apa? Reno udah gede. Reno juga gak mau sakit kaya gini. Bang Dito meninggal kan emang karna kecelakaan waktu kecil. Sekarang beda. Justru semakin gede Reno bisa jaga diri ma. Jangan khawatirin Reno."
Reno menaruh tangannya lagi di atas kasur, sejenak melihat sekitar dan menatap ke ayahnya yang masih berdiri di sebelah tempat tidur. "Lagi pula tadi cuma pingsan biasa, Reno pulang aja ya ma, pa, Reno bakal sembuh kok. Tenang aja," tambahnya lagi.
•••
Liburan tahun baru kali ini mungkin Reno tidak akan sendirian lagi di rumah. Orang tua Reno biasanya sibuk meskipun hari libur. Tapi kalaupun orang tuanya tidak bekerja, Reno juga tidak ingin pergi kemana-mana. Reno berusaha berfikir positif bahwa orang tuanya bekerja untuk menyekolahkan dia, orang tuanya bekerja untuk membahagiakan dia. Tidak ada hal lain, apalagi bersenang-senang. Bagaimanapun juga dia menyayangi keluarganya.
Toh Reno bisa pergi ke rumah Keysa ketika dia merasa kesepian di rumah. Atau mengajak Kelvin untuk menginap bersamanya sekedar menghabiskan malam untuk bermain play station sampai tengah malam. Bahkan sering sekali waktu kecil ayah Keysa mengajaknya pergi ke villa keluarga di bukit Moko, Puncak Bintang Pesanggrahan untuk sekedar melamun menikmati pemandangan yang terselip dari kota Malang. Reno punya cara sendiri untuk menikmati kebahagiaannya.
Meski sejak kecil selalu di tinggal sendiri membuat Reno bukan tipe orang yang manja. Dia berusaha melakukan apapun sendiri. Selagi dia masih bisa melakukanya, kenapa harus minta bantuan ke orang lain. Lagi pula dia anak laki-laki. Di pundaknya tergantung tanggung-jawab yang sangat besar demi kebahagiaan keluarga. Meski dia bukan anak pertama, tapi semenjak kakaknya meninggal, semua berubah.
Reno dulu pernah bercita-cita menjadi pemain sepak bola, layaknya Leonel Messi yang pandai menghadang pemain hingga dijuluki si kutu itu. Namun jangankan bisa bermain di Liga Indonesia, saat bermain di lapangan perumahan bersama teman-temannya, Reno bukan termasuk yang paling jagoan.
Mungkin peruntungannya untuk bermain di lapangan rumput belum terlihat. Namun di lapangan lain, bahkan Messi bukan lawan tanding yang mampu mengalahkan seorang Reno Aditya.
Sejak kecil kehidupan Reno dipenuhi game PlayStation. Ketika umurnya masih delapan tahun dia diberikan konsol Sony PlayStation 1 hingga sampai berganti-ganti konsol hingga konsol Sony PlayStation 3. Beranjak Sekolah Menengah Pertama, Reno kemudian mencoba peruntungannya di ESWC yang diadakan di Jakarta. Hingga dia berhasil dikirim mengikuti grand final ESWC di Paris Expo.
Berbeda dengan Keysa yang lebih suka game tembak-menembak seperti game counter strike. Sayangnya bagi mereka PlayStation hanyalah sekedar hobby saja. Tidak lebih.
•••
"Key, yuk keluar!" ajak Reno yang tiba-tiba berdiri di depan teras rumah Keysa. Lengan baju hem merah kotak-kotak terlihat dilipat ke atas menampakkan jam tangan hitam di pergelangan tangan Reno. Sepatu nike warna merah kesukaannya selalu memperlihatkan ketampanan Reno. Inilah yang membuat semua cewek di sekolah mengidolakannya.
Pak Yogi, satpam yang menjaga di depan rumah Keysa sudah hafal dan menpersilahkan Reno untuk masuk. Hari itu, sepertinya Reno bosan di rumah.
Keysa menoleh ke sumber suara. "Eh Ren, masih pagi gini mau kemana?" jawab Keysa yang tangannya masih memegang selang air.
"Ke mana kek, aku bosen banget di rumah. Mama papa juga lagi nggak di rumah. Nggak tau mau ngapain lagi, bingung."
"Nggak dikasih libur ngeluh, dikasih libur ngeluh, aneh dasar manusia"
Keysa lalu meletakkan sekop yang dia pegang selama menyiram bunga. Langkahnya menuju ke arah sumber air dari selang penyiram tanaman berada. Kedua tangannya memutar kran sehingga mematikan alirannya.
"Sini duduk dulu," ajak Keysa yang lebih dulu melangkah menuju kursi di teras rumahnya.
"Emang kamu udah enakan? Ntar pingsan kan aku gabisa ngangkat kamu buat di bawa ke rumah sakit."
"Ya kuat lah anjir, aku kemaren pingsan kan emang gara-gara kecapekan doang. Kenapa sih semenjak kejadian itu semua orang jadi nganggep aku lemah banget kayak ubur-ubur. Turun deh rating aku di sekolah," gerutu Reno sebelum duduk di dekat Keysa.
"Hahaha, syukur deh biar ngga kegatelan mulu, sok ganteng sok keren sih."
"Tapi emang iya aku ganteng kan?"
"Hashhh, iya in deh biar kelar, btw mau ngapain? Main PS lagi? Atau sepak bola di depan tuh."
"Kalo cuma main PS atau sepak bola mah gak bakal aku sekeren ini," kata Reno sambil sedikit menarik tubuhnya supaya tegak, kedua tanggannya di pinggang seolah menantang perempuan di hadapannya itu. "Eh, aku emang keren sih." tambahnya lagi.
"Idih jijik."
"Cepet ganti. Awas aja lama!"
Lagak Reno seperti bos yang menyuruh bawahannya.
"Iya iya hih, aku juga gak mau kaca di kamar pecah gara-gara kebanyakan ngaca," balas Keysa. "Tunggu ya," tambahnya sebelum melangkah cepat menuju ke dalam rumah.
"Reno," sapa ayah Keysa yang tidak berapa lama keluar dari pintu memeriksa siapa yang sedang berbicara dengan Keysa tadi. Tangannya tampak membawa Koran. Sepertinya sudah dibaca beberapa bagian.
"Eh Om Frans, lagi cuti om?" jawab Reno sembari melangkah mendekat bersalaman layaknya ayah dan anak.
"Iya, mumpung bisa cuti. Duduk Ren duduk," Om Frans mempersilahkan sebelum kemudian ikut duduk di tempat Keysa tadi.
"Mau kemana nih? Berduaan aja terus," ledek ayah Kesya sambil membuka koran yang dibawanya tadi.
Reno hanya tersenyum tidak tau harus menjawab apa sebab memang Keysa adalah kawan mainnya. Om Frans menurunkan korannya sedikit, melihat ke arah Reno, "Katanya kamu masuk rumah sakit ya beberapa minggu lalu?"
"Iya om, kecapekan aja hehe."
"Beneran cuma kecapekan?" tanya Om Frans lagi seolah tidak percaya. Matanya menatap Reno kali ini, mungkin jika ibarat pejuang tatapannya saja sudah mematikan lawan.
"I.. i.. iya om." Kali ini jawab Reno sedikit terbata-bata. Dia sedikit merunduk.
Om Frans tertawa kecil, "Anak muda jaman sekarang kalau sakit nggak dirasa ya, energinya terlalu besar sehingga penyakit masuk ke dalam tubuh aja masih terlihat fit, nggak taunya saat kondisi badan lelah banget malah bikin tubuh drop."
Om Frans kembali membaca korannya. "Soalnya setau om, kalau sampek masuk ruang ICU itu kondisinya udah bener-bener drop banget. Hahaha, dasar anak muda."
bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA (PROSES REVISI) - Bacaen sampai page 21 dulu
Teen Fiction√B O O K O N E Cover by me #2 di Penyakit (15 Juli 2018)~ #12 di Keysa ( 2 Januari 2019)~ #26 di Penantian (25 Juni 2018)~ Kemunculan sebuah cinta di sebuah persahabatan memang tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah apabila kemunculan...