GEMA | 21

66 9 0
                                    

Venia sebenarnya tidak asing lagi untuk Keysa. Dia teman sekelas Kelvin. Kadang sering bertemu juga dengan Keysa. Tapi dia tidak mengira bahwa Venia bisa seakrab ini dengan Reno juga. Tidak penting Keysa mencari tau. Toh semua berhak berteman dengan siapa saja kan.

"Udah ah Bang, bukan urusan Keysa juga kok, yuk. Laper nih." Keysa melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Menuju tempat duduk dan bersiap memesan makanan. Meski dalam pikirannya masih dipenuhi perasaan bertanya-tanya tentang apa yang baru saja dia lihat. Keysa tetap bersikap biasa saja di depan kakaknya. Berharap agar Bang Riko tidak menanyakan sesuatu yang tidak mungkin bisa Keysa jawab.

"Kamu masih main sama Reno juga Kelvin kan key?" tanya Bang Riko di setengah menghabiskan makanan.

Bang Riko hanya tahu tentang hubungan persahabatan antara Kelvin, Reno dan Keysa. Dia tidak pernah tau apa yang terjadi di dalamnya karena Keysa tidak pernah cerita. Yang Keysa ceritakan hanyalah keseruan mereka saat bermain. Hal ini membuat Bang Riko tidak memikirkan hal lain termasuk perselisihan yang sempat terjadi di antara mereka.

Keysa berhenti memainkan sendok di tangannya. Begitu pula berhenti mengunyah sesaat sambil berfikir sesuatu sebelum menjawab. "Masih kok," jawab Keysa tegas agar Bang Riko berhenti bertanya. Karena memang benar antara Keysa, Kelvin dan Reno saat ini sudah tidak ada perselisihan.

"Biasanya kalian selalu barengan kalo kayak gini. Tumben mereka berdua nggak main bareng sama kamu. Kenapa? Berantem?"

Pertanyaan Bang Riko seolah memojokkan Keysa. Membuat Keysa berubah menatap ke arah kakaknya di depannya.

"Nggak lah. Kelvin sama Reno nggak bisa main soalnya udah mendekati ujian Bang."

"Kalo emang mereka nggak bisa main kenapa sekarang ada di sini?"

"Gila, ini abang aku apa pekerjaannya jadi tukang ngintrogasi ya sekarang?" pikir Keysa.

"Tapi kalo dipikir bener juga. Reno kok nggak les privat malem ini? Bukannya kata anak-anak, Reno harus banyak tambahan les? Ini kan juga bukan malem minggu. Apa gara-gara Venia?"

Berbagai macam bentuk logika atau penafsiran muncul di benak Keysa. Tanpa dia sadar kalau Bang Riko masih sedang menunggu jawaban dari Keysa. Hingga seketika Keysa tersadar.

"Ya mungkin lagi nyari makan. Sama kayak kita ini kan." jawab Keysa. "Udah lah Bang, jangan menerka-nerka gitu, kita baik-baik aja. Masak iya harus barengan terus. Lagipula Bang Riko kan selama di Jepang nggak tau apa-apa tentang kita."

"Iya ya. Gak ada untungnya juga sih buat abang. Tapi..., apa gara-gara cewek itu?"

"Ini abang aku apa bukan sih? Kok pulang-pulang bisa baca pikiran orang?"

Tatapan Bang Riko tajam seolah sedang mengintimidasi adik kandung di depannya. Sudah lama memang dia tidak mendengar kabar tentang persahabatan adiknya.

"Gak tau Bangg..., kenapa sih pengen tau banget?" ucap Keysa kesal. Dia meletakkan sendoknya lalu menyeruput cappucino coklat di depannya itu.

Bang Riko tersenyum melihat adiknya sedikit salah tingkah. Memang Bang Riko sangat tahu betul dengan sikap Keysa saat berbohong. Dia melanjutkan melahap makanannya. Mengunyahnya pelan dan tidak menjawab pertanyaan Keysa.

Sesaat kemudian Bang Riko melihat adiknya lagi.

"Habis ini kita temui mereka yuk," ajak Bang Riko tiba-tiba.

Keysa tersedak. Dia kesulitan menelan makanan setelah baru saja mendengar perkataan kakaknya. Tangannya terlihat mengambil minum lagi. Kali ini dia meneguk air putih.

"Ngapain Bang?" tanya Keysa.

"Ya ketemu lah. Nggak ngerti arti kata ketemu?"

"Iya maksudnya ketemu mereka mau ngapain?"

"Pengen ketemu aja, udah lama abang nggak ketemu mereka. Kangen deh abang," Bang Riko tertawa kecil mendengar ucapannya yang terakhir.

"Ih, alay deh bang." Keysa juga sedikit tertawa. Sedikit.

Pada akhirnya Keysa tidak menolak untuk diajak Bang Riko untuk bertemu dengan Reno dan Kelvin. Toh faktanya sekarang hubungan mereka sedang baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jadi buat apa Keysa tidak mengiyakan untuk menemui mereka.

Apabila Keysa menolak ajakan Bang Riko maka sudah pasti berbagai macam pertanyaan dari Bang Riko yang tidak bisa dia jawab akan dipertanyakan padanya. Jadi keputusannya adalah Keysa ikut saja ajakan.

Belum sampai di meja Reno, keberadaan Bang Riko sudah diketahui. "Eh Bang Riko," kata Reno sembari berdiri lalu melangkah keluar dari meja makan. "Wih si bawel ikut juga. Bang tau nggak, tadi aku gak dibolehin main game sama Bang Riko sama itu bocah." kata Reno lagi setelah mengetahui ada seorang yang dikenali berjalan di belakang Bang Riko.

"Ish, mulai deh." Keysa cemberut karena diejek Reno.

Reno tertawa, Bang Riko juga tertawa. "Yuk Bang duduk di sana sama kita!" ajak Reno sambil menunjuk ke tempatnya tadi duduk.

"Bang," sapa Kelvin menyambut Bang Riko dari tempat duduknya sembari bersalaman.

"Ini siapa?" tanya Bang Riko sambil menoleh ke arah Reno saat bersalaman dengan Venia.

"Venia Bang," kata Reno.

"Venia." ucap Venia memperkenalkan diri.

"Panggil aja Bang Riko," sahut Reno.

"Riko," Bang Riko tersenyum sambil melepas salamannya.

Mereka semua akhirnya duduk bersamaan dalam satu meja. Bang Riko dan Keysa yang baru saja makan tentu tidak lagi memesan makanan. Reno dan yang lain pun juga sudah selesai makan sejak tadi. Sekarang mereka hanya ngobrol biasa. Sekedar mengobrolkan hal-hal kecil atau bercanda.

Suara seorang penyanyi di restoran tipis terdengar, ya karena memang posisi mereka jauh dari sumber suara. Setidaknya ini yang membuat pembicaraan mereka tidak terganggu.

"Hahahahaha, masak sih Keysa pernah jatuh di got waktu di sekolah?" tanya Bang Riko yang tertawa mendengar cerita Kelvin tentang Keysa.

"Iya," Kelvin terkekeh.

Keysa yang berada di samping Reno terlihat malu. Sebenarnya dia tidak ingin aibnya diketahui oleh kakaknya karena sudah pasti di rumah akan diejek habis-habisan. Tapi bagaimana lagi, Kelvin terlanjur memancing pembicaraan tentang peristiwa dulu yang pernah Keysa alami.

"Hihhhh," ucap Keysa kesal sambil memukul tangan Reno di samping kirinya.

"Kok aku sih?" Reno refleks memegangi tangannya yang dipukul Keysa tadi. Meraba sebentar seolah memastikan tangan kanannya masih utuh.

"Kamu juga ikut-ikutan ngejek aku sih."

"Hahahaha."

"Hahaha."

Semuanya tertawa.


Bersambung... 

GEMA (PROSES REVISI) - Bacaen sampai page 21 duluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang