G E M A | Reno Melukai Dirinya Sendiri
(Part 11)
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
"Menjagamu saja aku sudah gagal. Mungkin aku bukan teman yang baik, mungkin aku bukan sahabat yang baik tapi aku tidak ingin kehilanganmu."
Reno Aditya, 2017.
"Anak bapak sudah melewati masa kritisnya, sekarang dia masih koma. Kita tunggu saja perkembangannya sampai benar-benar pulih. Saya tidak bisa memprediksikan sampai kapan dia koma sebab benturan keras di kepala membuatnya hampir kehilangan nyawa. Selain itu dia mengalami patah tulang di tangannya jadi ketika dia siuman akan sedikit susah untuk digerakkan. Beruntung kondisi patah tulangnya tidak begitu parah. Kita berdoa saja agar Keysa lekas pulih" jelas Dokter itu.
"Saya boleh melihat anak saya dok?" tanya tante Jeslyn tidak sabar melihat kondisi anaknya.
"Boleh, silahkan. Tapi hanya orang tuanya saja ya. Jangan semuanya masuk ke dalam." Dokter itu membuka pintu dan mempersilahkan masuk.
Ibunda Keysa memeluk erat anak bungsunya, sesekali mencium kening anaknya yang berbalut perban tidak berdaya dengan alat bantu pernafasan.
Teman-teman Keysa seakan tidak percaya bahwa sosok perempuan cantik bertubuh atletis seperti Keysa bisa terbaring lemah di atas kasur rumah sakit. Keysa jarang seperti ini.
Reno geram dan mengepalkan tangannya. Tiba-tiba dia pergi.
"Ren kamu mau ke mana?" Sontak Iren berteriak setelah laki-laki di sampingnya tiba-tiba buru-buru pergi. Dengan cepat Daniel mengejar Reno.
Brakkkk...
Suara pukulan di tembok terdengar dari samping rumah sakit dekat parkiran. Reno merasa hancur. Berulangkali pukulan itu dihempas. Bekas darah Keysa masih terlihat di tangan kanan Reno. Ditambah darah segar luka lecet dari tangannya sendiri.
Malam itu sebagian orang melihatnya tapi tidak tau pasti apa yang terjadi pada laki-laki itu. "Bajingan. Bangsat tau nggak!!" teriak Reno seakan-akan musuhnya sedang dia pukuli.
"Ren udah Ren!!" Gerry berusaha menahan tangan Reno agar tidak menyakiti dirinya lagi. Membawanya menjauh dari tembok rumah sakit.
"Udah Ren udah!" kata Daniel mencoba menenangkan. "Udah gak usah nyakitin diri-sendiri Ren."
"Lecet di tanganku ini nggak seberapa daripada semua luka di tubuh Keysa. Harusnya tadi aku mau ngebonceng Keysa. Harusnya aku mau tadi. Argghhh...."
Reno berusaha melepas tahanan teman-temannya yang menghalangi gerak tangan. "Aku gak bisa tenang, temen aku koma dan hampir mati gara-gara kelakuan si brengsek itu."
"Renooo, udah cukup!!" suara Daniel bernada tinggi membuat beberapa orang melihat ke arahnya.
"Bukan kamu aja yang sedih akan kejadian ini. Bukan kamu aja yang pengen marah-marah atas peristiwa yang Keysa alami ini. Bukan kamu ajaaa..." bentak Daniel yang saat ini menghadap ke arah Reno. Matanya menatap tajam. Daniel menggeleng.
"Kita juga temen Keysa, kita semua juga sedih kenapa peristiwa ini mesti terjadi. Tapi kita bisa tahan emosi, kita tau bahwa kita udah dewasa. Gak perlu lah marah-marah kayak anak kecil. Kamu tau sendiri kan, orang tua Keysa aja diem. Mereka tau bahwa untuk saat ini yang terpenting adalah bersabar, terima semua dengan lapang dada Ren. Keysa juga pasti gak suka ada kalo kamu kayak gini. Udahlah tahan emosi. Lebih baik kamu temeni dia sampai sembuh," tambah Daniel lagi, tangannya menepuk punggung Reno mencoba menenangkan.
Reno diam. Kali ini pernyataan Daniel ada benarnya juga.
•••
Sudah seharian sejak kecelakaan yang dialami Keysa namun dia masih terbaring dengan tabung gas oksigen di sampingnya. Selain itu monitor di sebelah kanan kasurnya masih sama, menimbulkan bunyi yang konstan sehingga membuat orang yakin bahwa detak jantungnya masih ada.
"Bagaimana dok? Apa tidak ada kemajuan?" tanya Om Frans yang sedari tadi berdiri melihat gerak-gerik dokter saat memeriksa Keysa dengan stetoskop.
"Sejauh ini masih sama pak, bersabar saja. Kita doakan yang terbaik," jelas dokter sembari mengalungkan stetoskopnya di leher. "Kalau ada apa-apa segera panggil saya," tambahnya lagi.
"Baik dok, terimakasih."
"Kalian nggak pulang dulu? Istirahat. Sudah seharian kalian nggak pulang apa nggak capek di sini?" kata tante Jeslyn saat menyadari bahwa beberapa teman-teman Keysa masih menunggu kabar baik.
"Nggak papa tante, lagipula kita udah izin kok. Nggakpapa kita mau jagain Keysa aja."
"Tante mohon."
Wajah tante Jeslyn memelas,
"Tante tau ini di luar kendali kita. Tapi tante mohon pulanglah dulu. Biar orangtua kalian di rumah lega karna melihat kalian pulang. Tante ini seorang ibu, tante tau bagaimana perasaan ibu menunggu anaknya. Pulanglah dulu."
Tante Jeslyn tersenyum,
"Mandi, beres-beres barang kalian dulu. Setelah itu terserah kalian mau ke sini lagi nggakpapa. Ya?" tante Jeslyn melihat ke arah Reno, "Apalagi kamu Ren. Kamu kan beberapa waktu lalu juga sempat di bawa ke rumah sakit. Jangan sampai gara-gara maksa jagain Keysa kamu jadi sakit lagi."
Semua anak mengangguk mengiyakan.
"Yaudah tante, kita pulang dulu." Gerry mengawali pamit diantara teman-temannya yang lain.
"Tante please kalo Keysa siuman tolong kabari ya," pinta Reno.
"Pasti. Pasti itu, kalian tenang aja."
Waktu menunjukkan pukul dua siang dan akhirnya semua memutuskan untuk pulang.
Sesampainya di rumah, Reno segera melempar tas miliknya, menghempaskan tubuhnya di atas sofa ruang tamu. Sesaat dia teringat handphone di saku celana lalu mengambilnya dan menggesek-gesek layar sebentar. Banyak panggilan tak terjawab dari banyak orang termasuk orang tuanya. Begitu pula pesan grup Line atau WhatsApp yang malas Reno buka.
"Huft," hela nafasnya.
Setelah melihat siapa yang berusaha menelponnya, sejenak matanya terfokus pada kontak "Kelvin" yang tertera pada panggilan tidak terjawab tepat saat Keysa masuk rumah sakit.
"Ngapain dia nelpon?" gumamnya lagi.
Tak lama dia meletakkan handphonenya. Reno menghela nafas panjang sembari menutup matanya. Tiba-tiba dia merintih kesakitan memegangi kepalanya dengan kedua tangan.
"Please God, jangan sekarang," rintihnya pelan. Seketika matanya berkunang-kunang setelah darah segar menetes dari hidungnya. Sakit di kepalanya semakin menjadi-jadi hingga membuatnya tidak sadarkan diri.
bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA (PROSES REVISI) - Bacaen sampai page 21 dulu
Teen Fiction√B O O K O N E Cover by me #2 di Penyakit (15 Juli 2018)~ #12 di Keysa ( 2 Januari 2019)~ #26 di Penantian (25 Juni 2018)~ Kemunculan sebuah cinta di sebuah persahabatan memang tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah apabila kemunculan...