10 | Terjadi Sesuatu Pada Keysa

128 18 1
                                    

G E M A | Terjadi Sesuatu Pada Keysa

(Part 10)

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

"Andai waktu bisa kuputar kembali, maka kujamin keadaanmu tidak akan seburuk ini."

Reno, 2017.

Sore di Bukit Moko tetap sama, tidak ada yang berubah kecuali sikap Reno dan Keysa. Seperti perang dingin. Keysa berusaha menjauh meski dalam hatinya dia tidak ingin itu terjadi.

Lalu Reno, dia sengaja membiarkan Keysa sendiri agar bisa menenangkan diri. Tidak biasanya mereka seperti ini. Keysa selalu asik dengan Reno tanpa celah seolah tidak bisa siapapun mengganggu mereka.

Anak-anak OSIS sempat curiga karna tingkah mereka berdua. Daniel menawarkan Reno untuk membonceng Keysa saat pulang, namun jawabannya, "Kalo udah ditentuin pas rapat yaudah nggak usah diubah-ubah. Ya itu aja."

"Kan aku cuma nawarin, gak usah sensi gitu lah," pungkas Daniel.

Daniel mendekatkan mulutnya di dekat telinga Reno, "Marahan ya?" bisiknya. Suara Daniel yang besar membuat semua anak melihat ke arah sumber suara barusan.

"Haa? Siapa yang marahan?" tanya Winay yang sedikit kepo.

"Apaan sih? Hayo kalian berdua homo yaaa," kata Ferry dengan gayanya yang sedikit berbeda. Bagaimana tidak, saat dia bicara kedua tangannya ikut menggerak-gerakkan sebagai tanda isyarat. Terlihat aneh.

"Ish geli aku jangan deket-deket bicaranya. Kamu mau nyium aku kan?"

Reno menjauh satu langkah ke kanan dari Daniel.

"Hahaha, makanya kalo bisik-bisik itu volumenya diatur masak sekampung denger semua," jelas Iren.

"Yaudah yuk berangkat, keburu malem ntar," perintah Daniel.

"Kami berangkat dulu ya bu. Sehat-sehat ya kakek dan nenek-nenek semuanyaa. Daaa...," ucap Daniel lagi pada pemilik yayasan dan beberapa penghuni panti jompo sambil melambaikan tangannya. Semua anak juga.

"Daaaaa...."

"Hati-hati yaa!"

"Daa!"

•••

Selama pulang, Reno terus memperhatikan ke arah Keysa dan Rangga. Entah dia cemburu atau apa, yang jelas pandangannya tidak pernah berhenti melihat ke arah dua orang itu.

Di perjalanan pulang dari Puncak Bintang Bukit Moko, jalanan menanjak saat berangkat telah berganti jadi menurun. Sejuk. Itu gambaran jalanan di sana.

Untung sekali hujan tidak turun hari ini. Kalau tidak pasti mereka akan pulang malam sekali. Kendaraan saat sore memang sedikit ramai karena memang hari libur. Tapi sedikit. Ditambah lagi sering dijumpai para tukang kebun yang mengendarai motornya menuruni puncak membawa karung berisi daun teh. Waktunya mereka pulang sehabis lelah berkebun.

"Key kamu nggak papa kan?" tanya Rangga sambil memperhatikan jalan. Sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan Keysa baik-baik saja.

"Nggakpapaaa" teriak Keysa agar didengar Rangga sebab angin terkadang mengalahkan bunyi suara saat perjalanan di atas motor.

Belum setengah jam perjalanan dan mereka masih berada di area puncak. Sudah hampir pukul lima sore. Jalanan hampir gelap dan mereka harus segera keluar dari area ini karena lampu penerangan sangat minim saat malam hari.

GEMA (PROSES REVISI) - Bacaen sampai page 21 duluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang