GEMA |26

62 10 0
                                    

"Tidak ada yang suka kalau orang yang dicintainya bersama dengan orang lain."
Keysa Yolanda, 2018

Hari semakin mendekati pada bulan Juni. Waktu sepertinya cepat sekali berlalu.
Kegiatan ekstrakurikuler sedikit dikurangi karena sebentar lagi agendanya adalah Penilaian Akhir Semester. Yang mana dari sinilah nasib Reno ditentukan.

Tapi sepertinya menjelang Penilaian Akhir Semester ini anak-anak OSIS masih saja sibuk. Apalagi kalau membahas masalah classmeet.

"Gue udah nentuin siapa yang bakal jadi ketua panitia classmeet bulan depan setelah PAT," kata Daniel yang saat itu sedang berdiri memimpin rapat.
"Dan keputusan gue adalah...  Reno ketuanya."

"Oke good."

"Pilihan bagus Dan."

Seketika ruangan OSIS jadi ramai.

"Tuh kan Ren, gue harap lo nolak. Inget omongan gue, inget." bathin Keysa yang sedari tadi melihat ke arah Reno di seberang meja.
Keysa terlihat bingung sambil memainkan pulpen di tangannya.

"Tolak, tolak, tolak," seolah Keysa sedang bermain dengan telepati. Berusaha mengirim pesan melalui pikiran kepada Reno. Meski mana mungkin didengar.

Reno melihat ke arah Keysa sesaat lalu bediri. "Iya gue ketuanya," tambahnya lagi yang sontak membuat Keysa terkejut akan pernyataan Reno.

"Rennn!" ucap Keysa sedikit keras sehingga ucapannya di dengar oleh semua orang dan membuat semua mata tertuju padanya seketika.

"Apa Key?" tanya Anggi yang terkejut saat Keysa berteriak disampingnya.

"Kenapa Key?" tanya Iren juga.

"Ah, enggak. Nggak papa," jawab Keysa sedikit malu karena sikapnya.

Reno tersenyum sebentar lalu duduk lagi di kursinya.

"Oke rapat pertama ini dan selanjutnya gue kasih kebebasan buat Reno mengambil alih. Gue yang akan mantau perkembangannya," kata Daniel sembari berganti posisi dengan Reno. Sehingga sekarang Reno yang memimpin dan membahas classmeet di rapat.

"Buat pas hari terakhir classmeet ini acaranya pesta malem sama band indie aja?  Ada usulan lain?" tanya Reno yang sedang menunjuk susunan acara di papan tulis.

"Udah itu udah bagus Ren. Ohya, pokoknya jangan lupa tema kita kan ada yang mengangkat budaya Indonesianya juga," jawab Ferry.

Pukul lima sore dan ruang OSIS terlihat masih hidup. Selalu begitu setiap akan ada acara sekolah atau bahkan setiap harinya. Tapi kalau setiap hari hanya ada beberapa anak OSIS yang sekedar berkutat dengan laptop menikmati wifi untuk mengerjakan tugas mereka.

Tepat sebelum adzan maghrib berkumandang, rapat sudah selesai. Keysa keluar lebih dulu dengan Iren, berjalan menuju gerbang sekolah. Mereka berdua berpisah karena Iren sudah dijemput.
"Gue duluan ya Key, daa," kata Iren sambil melambaikan tangan sebelum masuk mobil.

"Iya Ren, hati-hati ya," Keysa balas melambaikan tangan.

"Tumben gak bawa motor?" tanya Reno yang berhenti di pinggir gerbang dan mengejutkan Keysa dari atas motornya.

Keysa menoleh sebentar untuk mengetahui siapa yang mengajaknya bicara. Setelah tahu bahwa itu Reno, Keysa langsung memalingkan wajahnya ke arah jalan-raya dan tidak menjawab sama sekali. Tangannya dilipat di depan dada seakan-akan dia sedang tidak ingin bicara dengan siapapun.

Keysa kecewa karena Reno tidak menuruti perkataannya. Reno berbohong. Padahal dulu Reno mengiyakan untuk tidak menerima jika Daniel memilihnya menjadi ketua panitia. Intinya saat ini Keysa kecewa.

"Ciye marah," ejek Reno. Dia sedikit meminggirkan lagi motornya. Berusaha sedikit lebih mendekatkan posisinya di sisi Keysa.
Dimatikannya motor kesayangannya itu agar tidak ada suara bising yang mengganggu pembicaraan mereka.

Keysa tetap diam. Meski saat itu dia ingin marah pada Reno. Ingin menanyai banyak hal tentang mengapa dia tidak menuruti perkataannya.

"Gue harus nerima keputusan itu Key. Itung-itung sebagai tanggungjawab gue karena gue udah lama nggak ada buat ngurusin OSIS selama ini. Daniel butuh gue karna gue wakilnya," kata Reno menjelaskan.

Seolah Reno tahu bahwa sebenarnya Keysa ingin menanyakan hal itu.

"Tapi lo butuh belajar!" akhirnya Keysa mengeluarkan kata-katanya juga. Keysa mendekat dan menatap tajam Reno, "Kenapa lo nggak bilang terus terang sih sama Daniel. Kalo Daniel tau kan pasti dia gak milih lo."

"Gue bisa atasi semuanya kok, tenang aja. Ini kan event kecil nggak kayak dies natalis dulu. Gak usah khawatir," Reno tersenyum.

Lagi-lagi Keysa terhanyut saat melihat senyuman itu. Seperti senyum yang lebih manis dari biasanya. Dari situlah akhirnya Keysa mengerti mengapa banyak anak-anak cewek menyukai laki-laki di hadapannya itu. Reno terlihat mendamaikan kalau sedang tersenyum.

"Ya Tuhan ganteng banget," pikir Keysa.

"Gue udah pinter sekarang," ejek Reno. "Bisa-bisa ngalahin kepinteran lo Key hahaha," tambahnya lagi.

"Hmm," Keysa berdehem. "Semoga aja," tambahnya lalu melengos lagi melihat ke arah jalan.

"Lo kenapa sih gak pengen banget gue tinggal kelas?" tanya Reno.

Keysa tidak membalas, dia terdiam.

"Apa lo pengen tetep sekelas sama gue terus? Apa lo pengen barengan terus sama gue?" Reno mencoba menerka-nerka dari sikap Keysa selama ini.
"Jawab aja, gausah malu." kata Reno lagi.

Sejujurnya Keysa ingin mengatakan "Iya, kenapa?  Gue pengen selalu deket sama lo supaya lo nggak deket sama cewek lain. Dan gue ngerasa aman saat barengan sama lo Renn."

Tapi rasa gengsinya itu selalu melekat pada dirinya. Sehingga hanya kalimat singkat yang terucap,
"Nggak lah." jawab Keysa singkat.

"Jangan bohong. Kalo bohong hidungnya ilang," Reno tertawa kecil melihat Keysa berusaha menutup-nutupi kenyataan yang sebenarnya.

"Hiihhhh. Gak percaya yaudah," kata Keysa kesal.

"Mau bareng gue pulang?" tanya Reno sambil menepuk-nepuk setir motornya.

"Nggak usah, Bang Riko udah di jalan njemput gue."

"Wih asik nih kalo ntar malem main sama Bang Riko," seru Reno.

"Nggakkkk!" jawab Keysa cepat. Dia tahu bahwa sudah pasti Reno tidak akan belajar kalau sudah dengan Bang Riko. "Gue tutup pintunya kalo lo dateng ke rumah," ucap Keysa lagi.

"Idih jahat banget," Reno terkekeh.

Bersambung...



GEMA (PROSES REVISI) - Bacaen sampai page 21 duluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang