GEMA | 23

59 12 2
                                    

"Key!" Panggil Reno. Dia pegang tangan Keysa lagi. Matanya yang sipit berhasil mematikan tatapan Keysa.

"Apa?"

"Kayak lebaran ya maaf-maafan."

"Renoo!!"

Reno tertawa.

"Kencan yuk!" tiba-tiba keluar ajakan dari mulut Reno sehingga membuat Keysa jadi terkejut.

"Hah? Kencan? Kita belum pacaran kok kencan kencan," kata Keysa ketus.

Memang iya bahwa hubungan mereka masih tanpa status. Antara mereka ini masih sahabat atau sudah lebih dari itu. Tapi kalau sudah, sejak kapan. Apa sejak Reno mengajak kencan barusan. Tapi Keysa, dia tidak tau sejak kapan. Sudahlah, Keysa tidak mau ambil pusing.

"Kita kan emang sering kencan," Reno berdiri sembari mengulurkan tangan kanannya. "Yuk!" tambahnya lagi.

Keysa memegang tangan kanan Reno lalu berdiri. "Oke," balas Keysa.

"Tunggu aku diluar. Aku mau ganti baju," Keysa sedikit mendorong Reno keluar dari kamarnya.

"Oke jangan lama ya."

"Kamu masih paham aku kan?"

Barusan itu sebenarnya adalah pertanyaan retoris, yang tidak perlu Keysa tau jawabannya. Sebab Keysa mengerti bahwa Reno paham akan kepribadiannya yang simple dalam berpakaian tapi terlihat maksimal dan selalu cantik. Itulah yang membuatnya tidak lama saat berdandan.

Waktu masih menunjukkan pukul 8 pagi namun mobil yang mereka tumpangi sudah berada diperjalanan menuju ke Puncak Bukit Bintang.

Entah kenapa Keysa mengiyakan saja ajakan Reno untuk pergi ke sana. Padahal jika masalah menolak dia yang paling dulu. Kali ini hanya diam dan menuruti Reno kemanapun diajak pergi. Asal mereka bersama-sama itu sudah cukup.

"Kamu udah sarapan?" ucap Reno diantara suara musik Piano Man-Billy Joel di dalam mobil.

"Udah tadi sama mama papa di rumah. Kenapa?"

"Oh kirain belum."

"Kenapa emang kalo belum?"

"Masak iya aku bawa anak orang tapi nggak ngasih makan," Reno menoleh ke arah Keysa sambil berusaha tetap fokus mengendarai.
Selang setelah Reno berhenti bicara tiba-tiba terdengar suara handphone Keysa.

"Siapa?" tanya Reno setelah melihat Keysa berkutat dengan layar handphone miliknya.

"Mama."

"Bilang apa?"

"Ini nih katanya kalau nanti mama sama papa nggak ada di rumah berarti lagi njemput Bang Riko di bandara," jelas Keysa sesaat kemudian lalu mematikan handphone di genggamannya itu.

Reno mengangguk tanda mengerti.

Bang Riko adalah kakak kandung Keysa yang sudah empat tahun ini kuliah di Jepang. Baru enam semester dan bulan ini memang dia baru saja menyelesaikan ujiannya, jadi bisa pulang sebentar. Sudah dua tahun ia  berhubungan lewat skype dengan Tante Jeslyn dan Om Frans. Meski sekedar menanyakan kabar.

"Wah partner nge-game datang," seru Reno. Karena memang sejak dulu orang yang paling ingin Reno kalahkan saat bermain game adalah Bang Riko. Selalu saja Reno kalah saat bertanding dengan sang masternya game itu. Dan inilah kesempatan Reno.

Bang Riko memang hebat dalam bermain game. Kemampuan inilah yang mengantarkannya mendapat beasiswa dari pemerintah Jepang untuk kuliah program Bachelor of Information Technology & Game Developer di Tokyo.

GEMA (PROSES REVISI) - Bacaen sampai page 21 duluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang