Keysa melihat ke arah jam dinding setelah cukup lama berfokus pada buku di depannya. Terlihat jam dinding menunjukan pukul setengah tujuh. Sudah hampir dua jam Keysa duduk di meja belajar. Matanya cukup lelah membaca beberapa halaman di buku kesukaannya. Dia menutup bukunya kemudian merapikan sebentar sebelum akhirnya memutuskan pergi ke ruang makan.
Keysa melihat ke arah meja makan yang masih kosong. Memastikan beberapa sudut di dapur ada makanan. Sebab energinya sudah lama habis karena digunakan untuk berpikir. Ia membuka kulkas untuk mencari makanan yang mungkin di simpan di sana. Sejenak dia berhenti lalu memikirkan sesuatu, "Ohya mama sama papa kan lagi kondangan di rumahnya bi Ijah," katanya pada diri-sendiri. "Pantes nggak ada makanan."
Keysa bergegas menuju kamar Bang Riko. Tapi tidak ada orang. Hingga mendapati Bang Riko sedang menonton sepak bola di depan TV ruang keluarga.
Keysa menghampirinya.
"Bang."
"Hmm?"
Bang Riko tidak menoleh sedikitpun ke arah sumber suara. Dia tetap terfokus pada layar televisi di depannya.
"Bang."
"Hmm?"
Jawaban yang sama. Sampai akhirnya Keysa sebal kemudian memukul Bang Riko dengan bantal yang ada di kursi.
"Banggg!!"
"Apaan sih manggil-manggil. Lagi seru nih." Bang Riko melempar bantal ke salah satu kursi seperti tahu bahwa kursi tersebut merupakan tempat semula bantal berasal. Padahal tidak.
"Bang aku laper," Keysa merengek kemudian duduk menempelkan dahinya di pundak kanan Bang Riko. Seperti anak yang sedang memohon pada induknya minta diberi makan
"Cari aja di dapur banyak makanan."
Bang Riko mendorong bahunya ke kanan agar Keysa tidak menempelkan dahinya di pundak. Mungkin baginya sedikit risih.
Keysa membenahi rambut panjangnya yang sedikit semrawut dengan tangannya.
"Nggak ada Bang, udah aku cari sampe ke ujung dunia juga nggak ada."
Keysa menaikkan kakinya di kursi. Memposisikan tubuhnya memeluk lutut agar kakaknya sedikit iba melihat adiknya kelaparan.
"Banngg..." ucap Keysa lagi.
"Yahhhh," sontak gertakan Bang Riko membuat Keysa terkejut. "Kalah kan, kamu sih."
Beruntung siaran pertandingan bola sudah hampir selesai dimainkan. Kalau tidak, bisa-bisa sampai malam nanti Keysa tidak diperdulikan oleh kakaknya yang sedang asyik menonton bola.
Bahkan rasa lapar pun bagi Bang Riko seakan hilang setelah menonton pertandingan bola.
"Kok aku sih yang disalahin. Salahin TVnya dong."
Memang Bang Riko tidak begitu fanatik kalo sudah bicara tentang bola. Dibilang fanatik, Bang Riko tidak terlalu menggilai bola. Tapi tidak dibilang fanatik, Bang Riko tidak pernah ketinggalan mengikuti perkembangan pertandingan demi pertandingan. Jadi setengah-setengah. Apalagi teknologi semakin canggih sehingga dapat memantau hanya lewat internet saja.
"Papa sama mama pulang jam berapa sih ntar"" tanya Bang Riko. Kali ini dia menoleh ke arah Keysa yang sejak tadi di sampingnya itu.
"Jam sembilan malem katanya. Aku bisa mati kelaperan kalo nggak makan Bang," wajah Keysa memelas.
"Yaudah kita keluar," Bang Riko berdiri dari tempat duduknya sambil memegang remote TV. Mematikan televisi dan melangkah pergi.
"Nyari makan Bang?" teriak Keysa karena Bang Riko sudah berada beberapa meter jauhnya.
"Nggak, nyari angin doang," jawab Bang Riko.
"Ishhh."
Akhirnya Keysa makan malam juga. Dia memang tidak pernah bisa menahan lapar. Kalau perutnya dirasa sudah keroncongan maka yang harus dilakukan adalah makan. Setidaknya sedikit untuk menunda rasa lapar.
Malam ini Bang Riko dan Keysa makan di restoran kesukaan Keysa. Restoran D'ocean memang jadi tempat Keysa paling seru. Sulit baginya untuk menyukai tempat lain. Keluarganya pun juga suka tempat ini. Oleh sebab beberapa pelayan sangat mengenali Keysa.
Keysa berjalan lebih dulu di depan kakaknya. Buru-buru memesan makanan agar dia segera menikmati makanannya.
"Key Key," panggil Bang Riko dari belakang.
Keysa menghentikan langkahnya setelah mendengar baru saja ada yang memanggilnya.
"Itu kok kayak Reno ya?" tunjuk Bang Riko ke salah satu meja makan.
Keysa memutar balik dan menuju kakaknya di belakang. Dia memang tidak begitu memperhatikan orang di sekitar restoran karena yang dia pikirkan hanyalah kebutuhannya untuk makan. Matanya melihat ke arah di mana Bang Riko tunjuk tadi. Memastikan kebenaran keberadaan Reno di sana.
"Iya," jawab Keysa singkat.
"Itu Kelvin ya kayaknya, di depan Reno itu," kata Bang Riko mencoba menebak siapa orang yang membelakangi posisi mereka. Sehingga hanya terlihat potongan rambut dari belakang dan jaket kulitnya saja.
"Iya kayaknya." Keysa menyernyitkan dahi mencoba lebih terfokus dalam mengamati.
"Itu cewek di sebelah Reno siapa? Kok kayak udah akrab banget gitu sama Reno," tanya Bang Riko. Bagaimana tidak dikatakan seperti sudah kenal akrab. Dari jauh pun terlihat bahwa mereka bertiga sudah sangat dekat sekali.
Keysa terus terfokus pada perempuan di samping Reno itu.
"Venia," kata Keysa pelan. "Itu kan Venia, ngapain dia sama mereka?" bathin Keysa dalam hati.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA (PROSES REVISI) - Bacaen sampai page 21 dulu
Ficção Adolescente√B O O K O N E Cover by me #2 di Penyakit (15 Juli 2018)~ #12 di Keysa ( 2 Januari 2019)~ #26 di Penantian (25 Juni 2018)~ Kemunculan sebuah cinta di sebuah persahabatan memang tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah apabila kemunculan...