4 | Mencari Keysa yang Hilang

186 22 2
                                    


G E M A | Mencari Keysa yang Hilang

(Part 4)

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

"Aku takut terjadi apa-apa denganmu, aku tidak ingin kehilangan tempat ternyaman, tempat aku pulang sekedar berbalas tawa, aku takut kehilangan kamu, sahabatku."

Reno Aditya, 2017.

Pernyataan Om Frans barusan membuat Reno lumayan terkejut.

Reno melihat kearah Om Frans yang wajahnya ada dibalik Koran yang dipegang. Pernyataan Om Frans seperti menunjukkan bahwa dia tau segalanya. Tapi mana mungkin pikirnya. Tidak banyak orang yang tau tentang kondisinya saat ini. Reno tidak menjawab sama sekali. Dia takut salah bicara nantinya.

Om Frans menurunkan lagi korannya, "Jaga kesehatan ya," ucapnya pada Reno.

"Iya om. Pasti." Reno mengangguk.

"Yuk!"

Tak berapa lama kemudian tiba-tiba muncul perempuan dari balik pintu.

"Cepet banget. Eh kok pakek baju sweater yang tadi sih? Nggak mandi ya?"

"Ya mandi lah. Aku anti ya keluar kalo nggak mandi. Apa kamu yang biasanya kalo libur mandinya cuma sekali atau bahkan sehari bisa gak mandi," ledek Keysa.

Sejak kecil dia terbiasa mandi setelah bangun tidur, kulitnya sedikit sensitif apabila tidak mandi teratur.

"Masa iya akunya keren, kamu kayak gitu." Reno berdiri mendekati Keysa.

"Iya nggak om?"

Reno mencari bala bantuan, berharap ayah Keysa sependapat. Meski sebenarnya Reno tidak mempermasalahkan baju yang dikenakan Keysa.

"Masak anak papa nggak mandi sih."

"Mandi paa ya ampunnn," Keysa kesal. Dia melihat ke arah Reno. "It's simple for me you know? Kalo gak suka yaudah," jawab Keysa ketus dengan kedua lengannya disilangkan di depan dada.

Sweater putih dengan rok seatas lutut membuat Keysa terlihat feminim daripada baju breton stripes kesukaannya. Sepatu putihnya memperlihatkan kakinya yang panjang dan ramping. Apalagi kali ini rambutnya yang panjang lurus dibiarkan tak terikat seperti biasanya. Simple but perfect.

"Ih marah, jelek tau."

"Jadi nggak?" tanya Keysa ketus.

"Iya iya cantik."

"Yaudah om, kita keluar dulu," kata Reno meminta izin. Keduanya bergantian berpamitan memegang tangan laki-laki berkacamata yang tampak sedikit uban di beberapa rambut kepala itu. Kemudian menempelkan punggung tangan laki-laki itu di kening masing-masing.

"Berangkat dulu pa," ujar Keysa setelah mencium tangan ayahnya.

"Jangan pulang larut malam ya!"

"Siap om," jawab Reno sambil menggerakkan tangan kanan sebentar ke ujung alis selayaknya perwira yang memberi hormat pada pimpinannya.

"Pasti pa. Daaa...," tambah Keysa sambil melambai.

•••

Sudah jadi ritual apabila Reno dan Keysa pergi berdua maka tujuan pertama kali adalah mall. Satu-satunya tempat kesukaan mereka ketika jalan-jalan di Kota Malang. Bukan untuk makan, bukan untuk belanja, tapi menuju ke zona game di salah satu mall di Malang itu.

GEMA (PROSES REVISI) - Bacaen sampai page 21 duluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang