9 | Rangga Mencoba Membuat Keysa Senang

115 18 1
                                    

G E M A | Rangga Mencoba Membuat Keysa Senang

(Part 9)

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

"Belum ada kebahagiaan lain yang bisa menggantikan kebahagiaan saat aku bersamamu."

Gema, 2017.


Menjelang siang di Puncak Bintang menjadi lebih hangat. Meskipun semakin siang gumpalan awan semakin terlihat menghilangkan birunya langit. Memang sih masih musim hujan. Semua anak-anak OSIS menikmati sekali waktu di panti jompo. Sampai lupa bahwa siang sudah hampir habis.

Sudah pukul dua siang. Sembako sudah dipindahkan ke rumah panti. Jadwal pulang memang pukul 4 sore. Jadi masih cukup lah untuk berlama-lama sebentar di tempat mengasikan ini. Ada yang masih asik bercengkerama. Ada yang pergi melihat area panti. Ada juga yang menghabiskan waktu sebentar untuk berkeliling kebun teh, termasuk Rangga dan Keysa. Justru ini kesukaan mereka.

"Ngapain sih kamu ngajakin ke sini Ngga? Aku masih mau di panti ih." Keysa melepas genggaman erat Rangga yang tadi menariknya agar ikut sebentar. Ada sesuatu yang akan Rangga tunjukan.

"Wowwww," ucap Keysa lagi karena terkagum melihat cantiknya pemandangan kebun teh dari atas bukit.

"Ini maksudmu? Kok aku nggak pernah nemuin view ini ya selama liburan ke villa. Ini sih keren banget Ngga."

Rasanya ingin sekali teriak karena senang tapi mana mungkin tiba-tiba dia teriak di depan Rangga. Rangga bukan Reno yang bisa membuat Keysa jadi diri-sendiri. Rangga bukan Reno yang membuat Keysa bisa berteriak sampai kehabisan nafas. Rangga bukan Reno. Meski sebenarnya ingin sekali laki-laki yang ada di hadapannya itu adalah Reno. Intinya tidak mungkin Keysa teriak. Yang ada malah Rangga kaget.

"Tadi aku jalan-jalan ke luar panti sama Ferry, trus nggak sengaja nemu view ini. Gimana?"

Rangga melebarkan kedua tangannya. Berlagak seolah keindahan ini adalah miliknya.

"Eh bentar-bentar."

"He mau ke mana Ngga?!" teriak Keysa saat tau Rangga akan berlari menuju ke bagian yang lebih rendah dan agak jauh sedikit. Wajar Keysa takut jika Rangga meninggalkannya sendirian.

"Udah di situ aja dulu," balas Rangga.

"Keyyy!" teriak Rangga dari kejauhan itu. "Denger kan?" tambahnya lagi.

"Dengerrrr"

Mereka berdua saling teriak dari kejauhan. Membuat gema lebih unik dalam menyampaikan maksud. Menjadikan Rangga bisa melihat Keysa senang, lebih senang dari biasanya. Meski tidak mampu membuat Keysa sebahagia saat bersama Reno. Rangga menyadari itu. Tapi toh antara Reno dan Keysa tidak lebih dari sekedar sahabat. Jadi siapapun boleh mendekati Keysa pikirnya.

"Key, asik kan? Ngomong ajaaa dari situuu, aku denger kokkk"

"Makasihhhhh"

"Apaaaa?"

"Makasihhh Rangga."

Kadang-kadang ketika bahagia kita jadi lupa waktu. Lupa bahwa ada orang lain yang sedang menunggu. Kata banyak orang saat sedih, sedihlah sewajarnya. Saat bahagia, bahagialah juga sewajarnya. Kebahagiaan kadang membuat semua orang ingin mengenang setiap detiknya. Tapi lupa bahwa kesedihan juga bagian dari hidup. Meski biasanya semua orang lebih berusaha mempercepat waktu. Meski kesedihan juga punya hak untuk dinikmati.

Sebenarnya Keysa tau kalau Rangga suka dengannya. Tapi bagi Keysa, Rangga bukan siapa-siapa. Jujur memang dia bahagia saat di puncak. Kebahagiaan itu masih hilang sebagian. Reno mana mungkin bisa memahami perasaannya. Dia lebih memilih bergaul dengan perempuan yang lebih cantik dan feminim. Tidak sepertinya yang malah menyukai game online counter strike. Ya meski setiap hari Reno dengannya.

Setelah beberapa saat di bukit. Keysa dan Rangga memutuskan turun menuju panti. Sudah hampir jam waktu pulang juga.

"Dari mana aja kalian?" tanya Reno ketus saat melihat Rangga dan Keysa berjalan beriringan menaiki undakan tangga yang dibuat dari tanah.

Diseruputnya teh hangat yang dipegang. "Dari mana kalian?" tanya Reno sekali lagi setelah Keysa dan Rangga tidak berkenan menjawab pertanyaan itu.

Keysa duduk di kursi teras dekat Reno berdiri. Sedangkan Rangga memutuskan masuk ke rumah panti bersama teman-teman yang lain.

"Dari bukit." Jawab Keysa singkat.

Reno menaruh cangkir tehnya di atas meja. Duduk di samping Keysa. "Kenapa nggak izin ke aku?"

"Emang harus ya aku bilang ke kamu? Haruss??!" Keysa sedikit membentak pada kata "harus", melihat ke arah mata Reno seakan menantang sesuatu.

"Aku penanggung jawab di sini ya Key, kalo mau main-main itu izin dulu ke aku. Jangan asal pergi gitu aja. Apalagi sama anak gak jelas itu."

Keysa tersenyum sinis, "Ren, kamu gak denger tadi Daniel bilang apa? Bukannya Daniel ngizinin semua anak buat jalan-jalan di sekitar puncak ya? Lagipula bukitnya nggak jauh juga dari sini kok. Dan satu lagi, Rangga itu bukan anak nggak jelas. Kamu tau kan dia temen sekelasnya Kelvin."

"Justru karna dia temen sekelasnya Kelvin makanya dia bahaya Key...."

"Kamu kenapa sih Ren akhir-akhir ini? Kamu nggak inget siapa yang nolongin kamu waktu pingsan? Kelvin Ren Kelvin. Kenapa sih kamu benci banget? Aku kan udah bilang kalo Kelvin mutusin aku waktu itu emang ada alasannya." Keysa menghela nafas, "Udahlah gausah dibahas lagi." Lalu berdiri dari tempat duduknya.

"Mau ke mana?" Reno menahan tangan Keysa yang hendak melangkah pergi.

"Ke dalem, mau ambil barang-barang. Udah hampir jam 4, dijadwal kita harus pulang kan?" balas Keysa sambil melepaskan genggaman Reno lalu melangkah masuk.

Reno tidak paham tentang apa yang dirasakan saat ini. Dia hanya tidak suka Keysa bersama laki-laki lain. Tapi dia tidak tau kenapa. Dulu ketika Keysa pacaran dengan Kelvin justru Reno tidak merasakan kecemburuan. Entah karena Reno saat itu juga sedang punya pacar atau mungkin karena Kelvin sahabatnya, jadi Reno bersikap biasa saja.

Entahlah, pikiran Reno begitu rumit. Dia memegangi kepalanya dengan kedua tangan seperti orang yang frustasi. Sesekali mengusapnya maju mundur. Dia bingung sekarang.

bersambung... 

GEMA (PROSES REVISI) - Bacaen sampai page 21 duluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang