G E M A | Kemarahan Keysa Pada Reno
(Part 7)
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
"Denganmu, aku menjadi diriku sendiri."
Keysa Yolanda Fransiska, 2017
Pukul 7 pagi panggilan suara handphone Keysa membuatnya terpaksa terbangun dan berusaha meraih handphone di atas meja yang dia letakkan tidak jauh dari sisi kanan tempat tidurnya.
"Iya hallo? Ini siapa ya?" tanya Keysa dengan suara sedikit serak. Padahal di layar handphone sudah tertera panggilan itu dari siapa namun sepertinya dia tidak melihatnya karena matanya masih belum terbuka lebar.
"Kamu kesiangan ya. Ini aku Key, Anggi."
"Hehe kan libur Nggi, btw kenapa Nggi?"
"Kamu ikut baksos kan Key?"
"Hah? Apaan?"
"Proker OSIS Key, baksos. Kayanya kamu masih belum full charge deh pagi-pagi."
Sontak Keysa membuka matanya dan duduk. Matanya melihat ke arah kalender di depan yang terpasang di tembok. Terlihat di sana bahwa tanggal 29 Desember terdapat lingkaran merah yang dulu Keysa buat sendiri. "Ya ampunn aku lupa banget." Keysa beranjak dari tempat tidur dan mengambil kalendernya itu, memastikan bahwa matanya tidak sedang salah lihat.
"Besok lagi acaranya. Ya ampun sorry aku lupa bangetttt."
"Hahaha, bener dugaanku. Makanya kamu kemaren nggak dateng pas rapat terakhir. Emang kamu nggak lihat grup line?"
Keysa mengingat-ingat apa yang terjadi kemarin sehingga dia tidak berangkat ke basecamp untuk rapat. "Oh iya kemaren Reno kan ngajakin keluar," pikirnya. "Sorry banget Nggi sumpah, notif line aku matiin soalnya. Kemaren juga aku nggak ngecek line sama sekali."
Grup sekolah Keysa memang lebih sering menggunakan line untuk berkomunikasi dan diskusi kecil, ya seperti grup-grup pada umumnya yang selalu ramai akan banyak hal. Mungkin buat Keysa itu berisik karena kadang yang dibahas pun tidak jelas. Walau Keysa terkadang ikut nimbrung menambah ketidakjelasan, tapi tidak setiap hari juga chat harus penuh dengan bahasan tidak penting. Apalagi notifikasi yang kadang mengganggu saat sedang memainkan game di ponselnya. Daripada membuatnya kalah ya mending chat grup dimute saja dan kadang dinyalakan lagi sewaktu-waktu, itupun lebih sering di-mute nya.
"Hahaha iya iya selow aja, pasti juga keluar sama Reno ya kan?"
Keysa menyernyitkan dahi, berpikir lagi akan sesuatu, "Kok kamu tau Nggi?" katanya.
"Iya lah, Reno bilang sendiri kalo dia gabisa dateng gara-gara nemenin kamu."
"Ha? Jadi sebenernya Reno tau kalo kemaren harusnya ada rapat? Hishh gimana sih."
"Hahaha santai. Masih ada waktu kok Key buat nyiapin barang-barang yang harus kamu bawa. Aku cuma mau nginformasiin kalo besok itu kita berangkat pukul 6 pagi. Jadi jangan telat ya!"
"Oke Nggi thanks ya udah diingetin." Keysa menutup handphone dan meletakkannya di atas meja. Sesaat setelah memainkan layar dia menempelkan handphone di dekat telinga.
"Angkat Renn." Dia menurunkan tanggannya.
"Duh centang lagi whatsappnya," Keysa meletakkan handphonenya lagi di atas meja.
"Apa aku ke rumah Reno aja ya?" Dia langsung beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi.
Tak berapa lama kemudian dia keluar dari kamar posesifnya yang membuat dia bisa menghabiskan waktu hanya untuk rebahan saja.
"Eh non Keysa udah bangun non," ucap pak Tejo seraya menyiram tanaman di halaman rumah.
"Iya pak, eh pak gerbang depan nggak dikunci kan?"
"Nggak non, udah dibuka sama pak Yogi tadi pagi pas bapaknya non Keysa berangkat."
"Ohh, oke makasih pak."
"Iya non."
Pagi ini memang sedikit asik menghabiskan waktu untuk menyehatkan badan. Ketika bangun lebih awal rasanya memuaskan karna tentu memulai start lebih awal itu jauh lebih baik dari membiarkan diri terbenam dalam kemalasan di atas kasur.
Setiap pagi selalu ada kata nanti saat punya niatan untuk bangun lebih awal. Apalagi saat alarm berbunyi, tangan selalu sengaja mematikan berisiknya lalu menanamkan pikiran bahwa masih lama menuju pagi. Tidak jarang kebiasaan bangun pagi biasanya tidak disukai Keysa. Tapi dia harus belajar hal itu karna ada banyak juga yang sudah berhasil memenangkan dirinya sendiri.
Keysa menuju lapangan di depan rumahnya dengan masih mengenakan pakaian tidur dan sandal swallow kesukaannya. Pakaian tidurnya sedikit kebesaran sehingga menutupi telapak tanggannya. Tapi memang sengaja Keysa membeli lebih besar dari ukurannya karena semakin besar kain maka akan semakin hangat saat tidur. Apalagi dia tidak perlu menghangatkan telapak tanggannya jika dia kedinginan. Baju tidur sudah menjalankan fungsinya dengan baik.
Dari kejauhan terlihat ada seorang laki-laki yang masih berada di ujung lapangan. Laki-laki itu berada di tribun kayu yang sengaja dibuat oleh beberapa warga komplek perumahan. Dia sedang meminum air di botol tumblrnya.
Mengetahui ada yang sedang memperhatikannya. Diletakkan tumblr yang dia pegang lalu matanya memfokuskan ke arah ujung depan.
"Itu kan Keysa." Katanya. Reno menggabungkan kedua telapak tanggannya di depan mulut.
"Keyyyyyyy!!" teriaknya dari kejauhan.
Reno tahu kalau Keysa hendak berbicara dengannya. Tangan Keysa melambai seolah berkata "Siniii!!" meski sebenarnya dia tidak berkata apapun. Reno mengambil lagi botol tumblr di sebelah kanan, mengusap dahi sedikit dengan handuk sebelum dia berlari mendekati Keysa.
Lapangan di depan rumah Keysa memang tidak terlalu besar, tetapi ukurannya cukup untuk pertandingan sepak bola di komplek perumahannya. Sekaligus lumayan membuat kelelahan jika lari pagi beberapa putaran. Kurang lebih sekitar 5 menit untuk satu kali putaran.
"Apa?" Kata Reno. Dia membungkuk memegang lutut sambil mengatur nafasnya. Tangannya mengusap keringat lagi dengan handuk kecil di lehernya.
"Kok kamu gak bilang kalo kemaren itu rapat?" Tangan Keysa berkacak pinggang. Dia tidak marah, hanya saja sedikit kesal karna Reno mengajaknya pergi padahal ada tanggung jawab yang lebih penting.
Reno menegakkan badannya menghadap perempuan di depannya. Dia menghela nafas panjang,
"Lah, kamu mau kan kemaren di ajak pergi."
"Kemarin aku lupa bambanggg. Kenapa sih mesti ngehindar dari tanggung jawab? Kamu tau nggak sih semakin sering kita barengan kaya gini tuh semakin banyak anak-anak yang mikir enggak-enggak. Apalagi kamu wakil. Malah dikira lari dari tanggung ja-"
"Aku bosen kemaren makanya aku pengen pergi." Reno menyela.
"Ya kan rapat juga pergi Renooo." Keysa kesal.
"Iya-iya maaf bawellll, iya-iya aku salah deh, kamu yang bener. Udah kan? Udah jangan marah-marah lagi. Kalo kamu nggak mau kita kelihatan barengan yaudah pas di kelas kita nggak usah barengan. Atau pas berangat sekolah kita ga usah barengan. Gitu mau?"
Keysa meluruskan tangannya. Dia terkejut dengan pernyataan Reno yang membuatnya jadi tidak sering bersamanya lagi nanti. Mana mungkin Keysa bisa jauh-jauh dari Reno. Mana mungkin Keysa bisa setiap hari hidup tanpa ngelihat Reno.
"Ngga gitu juga Renn, ntar siapa yang nebengin aku yang pemalas ini hehe," sontak ucapan Keysa menjadi sedikit manja.
"Abis kamunya gitu sih. Aku nggak ngehindar dari tanggung-jawab. Selama ini kan Daniel yang sering nggak dateng trus jadinya aku yang mimpin rapatnya kan? Toh alurnya juga aku udah paham lagipula biar Daniel tuh nggak nyerahin ke aku mulu."
"Tapi bilang ya lain kali kalo ada apa-apa."
"Iya bawel ah."
"He he."
bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA (PROSES REVISI) - Bacaen sampai page 21 dulu
Teen Fiction√B O O K O N E Cover by me #2 di Penyakit (15 Juli 2018)~ #12 di Keysa ( 2 Januari 2019)~ #26 di Penantian (25 Juni 2018)~ Kemunculan sebuah cinta di sebuah persahabatan memang tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah apabila kemunculan...