GEMA | 28

92 8 0
                                    

"Aku menyadari bahwa sekarang dirimu tak lagi sama. Bahkan pertemuan pun tak bisa mengubah segalanya. Mungkin kini aku harus menerima kenyataan jika kamu tidak lagi menyayangiku. Tidak seperti dulu. Kini aku tau kamu bosan bersamaku. Ada apa denganmu?"
Keysa Yolanda

Tatapan Bang Riko tajam seolah sedang mengintimidasi adik kandung di depannya. Sudah lama memang dia tidak mendengar kabar tentang persahabatan adiknya. Sehingga dia sangat ingin tahu sekali apa yang terjadi.

"Gak tau Bang. Kenapa sih pengen tau banget?" ucap Keysa kesal. Dia meletakkan sendoknya lalu menyeruput cappucino coklat di depannya itu.

Bang Riko tersenyum melihat adiknya sedikit salah tingkah. Memang Bang Riko sangat tahu betul dengan sikap Keysa saat berbohong.
Dia melanjutkan melahap makanannya. Mengunyahnya pelan dan tidak menjawab pertanyaan Keysa barusan.

Sesaat kemudian Bang Riko melihat adiknya lagi.
"Habis ini kita temui mereka yuk!" ajak Bang Riko tiba-tiba.

Keysa tersedak. Dia kesulitan menelan makanan setelah baru saja mendengar perkataan kakaknya.
Tangannya terlihat mengambil minum lagi. Kali ini dia meneguk air putih.

"Ngapain Bang?" tanya Keysa.

"Ya ketemu lah. Nggak ngerti arti kata ketemu?"

"Iya maksudnya ketemu mereka mau ngapain?"

"Pengen ketemu aja, udah lama abang nggak ketemu mereka. Kangen abang," Bang Riko tertawa kecil mendengar ucapannya yang terakhir.

"Ih, alay deh bang." Keysa juga sedikit tertawa. Sedikit.

Pada akhirnya Keysa tidak menolak untuk diajak Bang Riko bertemu dengan Reno dan Kelvin. Toh faktanya sekarang hubungan mereka sedang baik-baik saja, tidak ada pertengkaran kecil sekalipun. Jadi buat apa Keysa tidak mengiyakan untuk menemui mereka.

Lagipula Keysa ingin sekali menanyakan pada Reno tentang alasan keberadaannya di sini yang membuat Reno meninggalkan kewajibannya untuk belajar.

Di samping itu apabila Keysa menolak ajakan Bang Riko maka sudah pasti berbagai macam pertanyaan yang tidak bisa dia jawab akan dipertanyakan padanya.
Jadi keputusannya adalah Keysa ikut ajakan Bang Riko.

Belum sampai di meja Reno, keberadaan Bang Riko sudah diketahui.

"Eh Bang Riko," kata Reno menjemput Bang Riko. "Wih si bawel ikut juga," kata Reno lagi setelah mengetahui ada seorang yang dikenali berjalan di belakang Bang Riko.

"Ish, mulai deh." Keysa cemberut karena diejek Reno.

Reno tertawa, Bang Riko juga tertawa. "Yuk Bang duduk di sana sama kita!" ajak Reno sambil menunjuk ke tempatnya tadi duduk.

"Bang," sapa Kelvin menyambut Bang Riko dari tempat duduknya sembari bersalaman.

"Ini siapa?" tanya Bang Riko sambil menoleh ke arah Reno saat bersalaman dengan Venia.

"Venia Bang," kata Reno.

"Venia." ucap Venia memperkenalkan diri.

"Riko," Bang Riko tersenyum sambil melepas salamannya.

Mereka semua akhirnya duduk bersamaan dalam satu meja.
Bang Riko dan Keysa yang baru saja makan malam tidak lagi memesan makanan. Reno dan yang lain pun juga sudah selesai makan sejak tadi dan hanya bercakap-cakap saja.

Sekedar mengobrolkan hal-hal kecil atau bercanda, mereka terlihat sudah dekat lama. Padahal ada Venia.

Venia termasuk anak yang humble sehingga dengan siapapun maka dia akan enak diajak bicara. Meski Keysa sedikit tidak senang akan keberadaan Venia yang berada di sebelah Reno.

Venia belum tau mengenai hubungan orang-orang yang bersamanya saat ini. Yang dia tau bahwa Reno dan Kelvin berteman. Sudah itu saja.

Suara seorang penyanyi di restoran terdengar sedikit karena memang posisi mereka jauh dari sumber suara. Namun inilah yang membuat pembicaraan mereka tidak terganggu.

"Hahahahaha, masak sih Keysa pernah jatuh di got waktu di sekolah?" tanya Bang Riko yang tertawa mendengar cerita Kelvin tentang Keysa.

"Iya," Kelvin terkekeh.

Keysa yang berada di samping Reno terlihat malu. Sebenarnya dia tidak ingin aibnya diketahui oleh kakaknya karena sudah pasti di rumah akan di ejek habis-habisan. Tapi bagaimana lagi, Kelvin terlanjur memancing pembicaraan tentang peristiwa dulu yang pernah Keysa alami.

"Hihhhh," ucap Keysa kesal sambil memukul tangan Reno di samping kirinya.

"Kok aku sih?" Reno refleks memegangi tangannya yang dipukul Keysa tadi. Meraba sebentar seolah memastikan tangan kanannya masih utuh.

"Kamu juga ikut-ikutan ngejek aku sih."

"Hahahaha"

"Hahaha"

Semuanya tertawa.

***

Pagi di SMA 17 Bandung masih sama. Bedanya adalah hari ini sudah memasuki bulan yang padat akan acara.

Denah ruang ujian pun sudah di tempel di papan pengumuman di depan ruang kepala sekolah. Meski pelajaran masih efektif dilakukan.

Karena kemarin tidak sempat menanyakan pada Reno kenapa dia tidak les privat maka ketika istirahat Keysa berencana menanyakan pada Reno.

"Yaampun Key, lo tau nggak sih berita yang tersebar pagi ini?" ucap Iren sambil bermain ponsel di bawah meja agar tidak ketahuan oleh bu Eko, salah satu guru biologi yang terkenal dengan sifanya yang lembut.

Meski sama sekali tidak pernah marah tapi saat sudah tau ada anak didiknya yang bermain ponsel saat proses belajar mengajar maka bu Eko langsung melapor kepada kepala sekolah. Baginya tidak perlu banyak bicara langsung saja melapor. Dan itu lebih menakutkan daripada ditegur olehnya yang sebatas hanya angin lalu mungkin bagi anak-anak.

Keysa menoleh ke arah Iren kemudian melihat ke depan lagi sembari tetap menulis catatan hasil penjelasan bu Eko di papan tulis.
"Apaan? Jangan main hp mulu Ren. Ntar kena masalah lo" kata Keysa yang masih sibuk menulis.

"Ini gue baru tau kalo di grup whatsapp ada foto Reno sama Venia lagi duduk berdampingan berdua," jelas Iren pelan, berusaha agar suaranya tidak di dengar siapapun.

"Oh."

"Kok oh?"

"Gak berdua, sama Kelvin juga."

"Lo kok tau?" Iren menoleh tajam ke arah Keysa. Mengernyitkan dahi menunggu jawaban yang akan dikatakan Keysa. Meski Keysa tampak biasa saja. Keysa terlihat santai dan asyik menulis.

"Gue ada di situ."

"Hah?" Iren terkejut. "Kok bisa?"

"Irenn!" panggil bu Eko setelah selesai menulis di papan dan akan duduk.

Sontak Iren sangat kaget sehingga langsung melihat ke arah bu Eko.
"Ngobrol aja." kata bu Eko lagi.

"Maaf bu," jawab Iren sambil memegang lagi ballpoint yang dia geletakkan di meja tadi.

"Huhhh, untung gue gak ketauan," bathin Iren yang masih menggenggam erat ponsel di tangan kirinya.

Bersambung...

GEMA (PROSES REVISI) - Bacaen sampai page 21 duluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang