GEMA | 19

56 12 0
                                    

Di kantin sekolah Keysa duduk bersebelahan dengan Iren menghadap ke arah lapangan basket sekolah ini. Sengaja memang, agar mereka bisa makan sambil melihat anak-anak cowok sedang bermain basket.

Kantin SMA 17 Malang terletak di lantai dua. Ada banyak kantin di sekolah ini tapi yang paling dekat dengan kelas Keysa adalah kantin di lantai dua. Semua anak menyebutnya kantin Lestari. Sebutan itu diberikan karena tempat ini selalu tutup lebih lama pada saat kantin di bagian lain sudah tutup. Makanya disebut "Lestari"

Kantin Lestari sedikit sepi, itu karena semua anak memilih melihat pertandingan bola basket di lapangan. Tapi bagi Iren dan Keysa daripada lapar mengganggu, lebih baik makan saja. Toh dari atas juga terlihat lapangan basket.

"Gimana kabar kamu sama Reno Key?" tanya Iren sembari menyeruput es campur buatan Mak Idah.

"Gak gimana-gimana," jawab Keysa yang sedang memakan gado-gado kesukaannya.

"Aku perhatiin, kalian masih belum saling sapa sampek hari ini. Kamu juga masih bareng Kelvin kalo sekolah. Kenapa sih kalian ini ribet banget masalahnya. Padahal nggak seribet itu kan? Gengsi dan takut aja yang punya power lebih gede di otak kalian."

"Ya mungkin Reno lebih milih jauh dari aku supaya tetep bisa ribut sama Kelvin."

"Lah bukannya Reno ribut sama Kelvin gara-gara Reno ngebela kamu ya. Kamu sama Kelvin kan udah nggak ada masalah apa-apa. Apanya yang diributin? Jangan-jangan Reno gak pengen Kelvin deket-deket sama kamu yaa hayoooo..."

"Irennnn!" Keysa berhenti memainkan sedotan di gelasnya. "Mustahil! Aku udah jelasin ke Reno kalo aku sama sekali nggak mempermasalahin waktu Kelvin ninggalin aku. Aku sama Kelvin juga putus baik-baik kan. Toh waktu itu yang ngebet banget pengen aku dan Kelvin pacaran itu Reno. Nggak tau kenapa Reno malah benci banget sama Kelvin. Padahal aku cuma pengen kita bertiga bisa temenan lagi kaya dulu. Udah itu aja."

"Tuh kan. Masalah sepele aja jadi gede. Kebanyakan drama sih kalian HAHAHHA."

"Btw itu Kelvin kan? Kok..." tunjuk Iren ke arah lapangan. Iren menoleh lagi, "Jangan-jangan kamu nggak tau kalo mereka udah baikan?"

Pertandingan basket dari kejauhan sana terlihat seru. Apalagi Reno dan Kelvin satu tim. Semua siswa tidak menyangka apabila dua musuh bebuyutan bisa menjadi teman sepermainan. Terdengar baru saja wasit meniup peluit sebagai tanda bahwa pertandingan diistirahatkan sebentar beberapa menit.

Pukul lima sore dan beberapa ruang kelas terlihat masih hidup. Selalu begitu setiap harinya. Meski hanya ada beberapa anak yang sekedar berkutat dengan laptop menikmati wifi untuk mengerjakan tugas mereka di sekolah. Atau masih menunggu jemputan datang.

Keysa keluar lebih dulu dengan Iren, berjalan menuju gerbang sekolah. Mereka berdua berpisah karena Iren sudah dijemput. "Aku duluan ya Key, daa," kata Iren sambil melambaikan tangan sebelum masuk mobil.

"Iya Ren, hati-hati ya," Keysa balas melambaikan tangan.

Selang beberapa saat Kelvin datang menghampiri Keysa. "Yuk!" kata Kelvin yang berhenti di pinggir gerbang dan mengejutkan Keysa dari atas motornya.

Keysa menoleh sebentar untuk mengetahui siapa yang mengajaknya bicara. Setelah tahu bahwa itu Kelvin, Keysa langsung memalingkan wajahnya ke arah jalan-raya dan tidak menjawab sama sekali. Tangannya dilipat di depan dada seakan-akan dia sedang tidak ingin bicara dengan siapapun.

"Ayo Key!" ajak Kelvin lagi sambil menyodorkan helm, sedikit meminggirkan lagi motornya. Berusaha lebih mendekatkan motor di sisi Keysa. Dimatikannya motor kesayangannya itu agar tidak ada suara bising yang mengganggu pembicaraan mereka.

"Kamu kenapa sih?" tanya Kelvin.

"Kamu yang kenapa?"

"Maksudnya?"

"Kalian sejak kapan baikan?"

"Siapa?" Kelvin bingung dengan arah pembicaraan Keysa. "Ohhh... Reno," Mendadak dia tau maksudnya, "Kan kita sahabatan. Makanya jangan marah-marah mulu hahahaha."

"Tapi Reno sama sekali gak ngobrol sama aku pas di kelas. Ya kupikir Reno masih musuhan sama kamu."

"Ohh jadi pengen diajak ngobrol?" Tiba-tiba ada yang ikut masuk ke dalam pembicaraan mereka. Reno mengentikan motornya di pinggir gerbang juga.

"Reno!" Keysa terkejut.

Reno membuka kaca helm agar bisa terlihat wajahnya. "Apa? Masih mau nyuekin aku juga? Ternyata cewek itu gengsinya lebih tinggi dari harga skincarenya ya hahaha."

"Hiiih apaan sihh."

"Mau bareng siapa nih pulang?" tanya Kelvin sambil menyalakan lagi mesin motornya.

"Nggak usah, aku minta jemput Bang Riko aja."

Bang Riko adalah kakak kandung Keysa yang sudah empat tahun ini kuliah di Jepang. Baru enam semester dan bulan ini memang dia baru saja menyelesaikan ujiannya, jadi bisa pulang sebentar. Sudah dua tahun ia berhubungan lewat skype dengan Tante Jeslyn dan Om Frans. Meski sekedar menanyakan kabar.

Bang Riko memang hebat dalam bermain game. Kemampuan inilah yang mengantarkannya mendapat beasiswa dari pemerintah Jepang untuk kuliah program Bachelor of Information Technology & Game Developer di Tokyo.

"Bang Riko dateng? Wih asik nih kalo ntar malem main sama Bang Riko," seru Reno.

"Nggakkkk!" jawab Keysa cepat. "Aku tutup pintunya kalo kamu dateng ke rumah," ucap Keysa lagi.

"Idih jahat banget," Reno terkekeh.

Keysa tidak peduli akan perasaannya sekarang. Baginya, saat Kelvin dan Reno kembali lagi seperti dulu itu lebih dari cukup. Tidak ada lagi kesalahpahaman. Tidak ada lagi siapa yang menyukai siapa. Sudah cukup bagi untuk menaruh harap kepada Reno. Bahkan sampai sekarang Reno sama sekali tidak tau jika Keysa punya perasaan. Ya setidaknya itu yang Keysa tau. Sekalipun Reno tau, harap mengenai balasan yang sama sangat mustahil. Keysa apa? Hanya perempuan tomboy yang kadang kasar. Tidak seperti Indira yang pernah hadir untuk Reno. Meski pada akhirnya Reno yang dikhianati. Terlepas mungkin dulu mereka masih labil atau gimana. Yang jelas, perhatian Reno sama sekali hanya sebatas perhatian seorang sahabat. Keysa saja yang salah mengartikan. Sampai pada akhirnya di sakit. Bukan karna Reno. Tapi karena harapannya sendiri.


Bersambung...

GEMA (PROSES REVISI) - Bacaen sampai page 21 duluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang