Di gerbang sekolah Reno berusaha mengejar Kelvin yang sudah berjalan sedikit jauh di depannya. Kelvin berjalan bersama kawan-kawan yang lain.
"Brakkkkk!" Tangan Reno mendorong punggung Kelvin dari belakang. Mendadak semua siswa melihat ke arah mereka. Termasuk Keysa.
Kelvin tampak menantang. Tangan kanannya menepis daerah baju yang tadi terkena dorongan, seakan memberi makna jijik. Matanya mengarah tajam ke arah Reno kemudian memaksa mengulas senyum. "Eh, Reno," ucap Kelvin tenang. "Udah inget sekolah nih? Hahaha."
"Masalah kita belum selesai. Kita perlu bicara," jawab Reno. "Kalo kamu bukan pengecut maka ikuti aku ke atap sekarang, sendiri," kata Reno sebelum berlari menuju atap gedung sekolah yang memang aman untuk mereka.
"Bos." Teman Kelvin berusaha mencegah.
"Udah, biar aku yang urus."
"Key kamu mau kemana?" sontak Iren berteriak setelah mengetahui Keysa yang berjalan di sampingnya tadi tiba-tiba berlari menuju atap menyusul Reno dan Kelvin.
"Keyyyy!!" teriak Iren lagi.
Iren lalu berlari menyusul Keysa.
Di atap, Reno sudah menunggu sambil menyenderkan punggungnya dengan kaki kirinya di tekuk menapak di tembok. Kedua lengannya dilipat di depan dada. Seperti benar-benar akan ada sesuatu.
Akhirnya Kelvin datang juga.
Reno menjatuhkan kaki kirinya. Berdiri dan memandang ke arah Kelvin yang barusan datang. Seolah menyambut seseorang yang lama ditunggu. Namun lengannya masih ditekuk menandakan ketidak-senangan. Beberapa meter di belakang terlihat Keysa mengikuti Kelvin. Tapi Kelvin tidak tahu.
"Aku bilang kan sendiri," ucap Reno. Matanya seperti jadi jari telunjuk, menunjukkan bahwa ada seseorang di belakang.
Sontak Kelvin menoleh ke belakang memastikan bahwa dia sendirian. Namun benar, ada seseorang di belakang yang membuat Reno menganggap Kelvin mengajak orang lain. Yaitu Keysa. "Hah? Keysa," kata Kelvin kaget.
Namun Keysa tidak peduli. Dia terus berjalan tanpa menjawab atau bahkan berkata apapun. Reno tidak tau harus bersikap bagaimana, apa dia harus senang karena Keysa melihat ke arahnya. Atau harus sedih karena Keysa sepertinya memihak Kelvin.
"Reno!" bentak Keysa yang masih melangkah mendekati Reno.
"Mau jadi jagoan jangan dengan berantem!" timpal Keysa lagi.
Kelvin bingung dengan sikap Keysa. Dia masih berada di tempatnya tadi, berdiri dan tak berkutik bahkan tidak berkata untuk mencegah Keysa sekalipun.
"Reno!!" panggil Keysa lagi. Kini posisinya tepat dihadapan Reno. Matanya menatap tajam sambil berkacak pinggang. Mirip seperti akan menghakimi manusia di depannya itu. Selang beberapa saat kemudian Iren sudah berada di belakang Kelvin. Iren pun juga terkejut. Dia yang paling bingung melihat apa yang sedang terjadi. Kelvin menghalangi langkah Iren dengan lengan kanannya. Dia ingin tau apa yang akan Keysa lakukan.
"Reno! Kamu dungu atau apa sih?" bentak Keysa sekali lagi.
Reno menghela nafas panjang. "Iya aku dungu. Kenapa?"
Keysa hanya bisa menggelengkan kepala. Dia tidak tau harus berkata apa. Tidak lama Keysa membalas lagi. "Sebenernya mau kamu apa sih?"
"Laki-laki seperti dia tidak pantas ada di dekatmu!"
"Tidak ada seorang pun yang berhak mengatur aku harus dekat dengan siapa." Keysa memajukan langkah sedikit. Kali ini wajahnya dengan Reno begitu dekat. Tiba-tiba tamparan keras melayang di wajah Reno. Keras seperti kedengarannya.
Reno menutup pipi kiri dengan tangannya seperti meredam api yang baru saja mampir di wajah. Dia memandang mata Keysa lagi seolah bertanya apa maksudnya meski sepatah kata pun belum terucap. "Kalo kamu masih belum bisa nerima Kelvin kayak dulu lagi, mending kita nggak usah sahabatan. Lupain semuanya!" Ucap Keysa cepat lalu berbalik meninggalkan Reno yang masih mempertahankan pandangannya pada Keysa. Bagi dia tamparan itu tidak berarti apa-apa. Tidak lebih sakit dari kenyataan bahwa persahabatan mereka sedang di ujung tanduk.
"Keyyy!" teriak Iren mengejar Keysa yang berlari menuruni tangga.
Keysa menangis. Air mata itulah yang membuat Reno ingin melindungi orang yang sedang berdiri di hadapannya tadi. Reno tidak ingin air mata itu muncul lagi. Tapi hari ini, dia tidak mampu menghentikan alirannya.
"Brengsek!!" teriak Kelvin. Pukulan Kelvin tepat mendarat di pipi kiri Reno. Seperti mati rasa.
Reno terpental. Tapi tidak membalas pukulan itu. "Puas? Jangan jadi orang yang sok tau." Kelvin marah, telunjuknya mengarah kepada Reno yang sedang tertunduk memegangi pipinya.
Perkelahian terselesaikan. Ini terjadi sejak Reno tidak membalas pukulan Kelvin. Entah kenapa Reno hanya diam. Padahal biasanya tidak. Kelvin berbalik melangkah meninggalkan Reno.
"Tunggu!" teriak Reno. Dia berusaha menegakkan tubuhnya. "Hal apa yang aku nggak tau sampek sekarang?"
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA (PROSES REVISI) - Bacaen sampai page 21 dulu
Teen Fiction√B O O K O N E Cover by me #2 di Penyakit (15 Juli 2018)~ #12 di Keysa ( 2 Januari 2019)~ #26 di Penantian (25 Juni 2018)~ Kemunculan sebuah cinta di sebuah persahabatan memang tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah apabila kemunculan...