***
Suasana lebih menegangkan ketika liburan ke Malibu berakhir. Ini bukan tentang Justin dan Miles, atau pun Aurel dan Michael. Ini mengenai Ian dan Miley. Masalah mereka terasa sulit karena Miley bilang kalau dia hamil. "Aku menyesal telah mempercayakan putriku padamu, Ian. Kau tahu 'kan bahwa kepercayaan adalah hal nomor satu di dunia ini." Mr. Smith berkata dengan nada sesal.
"Daddy, aku hanya hamil. Bukankah itu kabar bahagia untuk keluarga Smith? Aku hanya mau menikah. Apa salahnya Ian?" Miley memotong pembicaraan ayahnya. Ia tidak pernah menduga kalau ayahnya akan bereaksi seperti ini. Menentangnya dan kecewa. "Apa salahnya Ian? Tentusaja itu kesalahan Ian karena tidak bisa menahan nafsu bejadnya."
"Aku minta maaf!"
Ian tidak tahu kalau Miley bertindak tanpa sepengetahuannya. Ian memandangi Miley seolah bertanya ada apa. Tapi beberapa detik kemudian ia memahami semuanya. Tak ada gunanya menyangkal. Dia bahkan tidak tahu apakah Miley hamil sungguhan atau hanya bohong belaka.
"Daddy semua pasangan pasti pernah bercinta. Tidak ada yang salah dengan hal itu." Mata Mr. Smith melotot seolah mengatakan apakah kau sadar apa yang barusan kaukatakan. Dan Miley menunduk. Suasana tegang, Miley merasa kalau ayahnya tidak akan memutuskan agar Ian menikahinya. Mungkin ayahnya akan memintanya aborsi. Masalahnya adalah Miley tidak hamil, apa yang harus diaborsi?
"Satu-satunya jalan adalah aborsi." Masa depan Miley masih panjang. Lagipula aborsi dikatakan membunuh apabila bayi dalam kandungan telah berusia lima bulan. Dalam artian bayi sudah bernyawa, bukan lagi segumpal daging. Miley mendelik, namun seketika muram. Ia memandangi Ian lalu berkata. "Aku tidak hamil!"
"Apa maksudmu, Miley? Kau membohongi Dad?" Mr Smith melirik Ian untuk menjelaskan maksud perkataan putrinya. "Aku berbohong demi kehidupanku yang bahagia. Kenapa Daddy menghalang-halangi kebahagiaanku bersama Ian? Apa Daddy senang jika Aïden dan teman-temannya terus mengatakan aku bahagia diperkosa? Kata-kata seperti itu menyakitiku Daddy. Andai air mataku cukup, aku akan menangis setiap detik." Miley berteriak, sesuatu menyenak hatinya. Ia berlari menjauhi ruang tengah.
Ayana, ibunya mengejar Miley. Sementara Ian mencoba membuat Mr Smith mengerti. "Ada sesuatu yang terjadi di Malibu sehingga Miley memintaku menikahinya. Awalnya aku pun tak setuju. Hanya saja, setiap kali lidahku ingin menentang permintaannya, tangisannya membuat hatiku teriris. Aku tak bisa melihatnya menangis." Mr Smith memandangi Ian dengan tatapan Maaf aku tidak tahu.
"Seharusnya kau tidak perlu menyetujui keinginan konyolnya sehingga ia tak harus menyimpan harapan. Ada saatnya seorang pria membiarkan wanitanya menangis, semua itu dilakukan agar tidak ada harapan yang timbul di hatinya." tegas Mr Smith. Ian mengangguk paham. Ia memang salah, tapi ia akan tetap pada pendiriannya. Hati dan pikirannya tak bisa melihat Miley menangis.
"Aku akan membujuk Miley untuk mengerti." Ian berdiri, berjalan pelan meninggalkan ruang tengah. Ian mencari ke mana Miley pergi. Ian berkeliling, menemukan Miley di kolam ikan belakang rumah. Miley sedang berada dalam dekapan ibunya. "Ian, kemarilah!" Ayana berseru ketika pandangannya tertuju pada pria itu.
"Aku tahu kau pria yang baik. Putriku membutuhkan pundakmu." Ayana berujar seiring melangkah ke arah Ian. Satu tepukan ia berikan pada pundak pria itu. Ayana tersenyum kemudian meninggalkan kolam ikan. Membiarkan putrinya bersenang-senang dengan pacarnya.
"Hei!"
Miley tidak melakukan apa-apa. Ia menunggu Ian melakukan sesuatu. Pipinya basah karena air mata dan dia berharap Ian rela menyeka air matanya. "Aku menangis, Ian!" kata Miley. Ian tersenyum. Pria itu mendekati Miley dan menghapus air mata gadis itu. Sesuatu yang diharapkan Miley.
"Air yang bergulir membasahi pipimu, aku tahu itu sebuah tangisan. Karena itulah jangan menangis lagi. Sebab air mata hanya membuat hiasan mata dan perona pipimu hancur." Miley sering memakai penghitam bulu mata, serta perona pipi. Hal itu membuatnya terlihat menyeramkan jika menangis. "Aku ingin marah, ingin memukul dadamu tapi aku sedang bersedih, aku butuh pelukanmu saat ini. Aku tak mengerti kenapa Daddy menghalangi kebahagiaanku, kebahagiaan kita."
Ian membelai rambut Miley. "Bukankah bahagia bukan berarti menikah? Ibarat kisah dalam sebuah buku romantis, akhir yang bahagia tidak harus dengan pernikahan. Akhir yang bahagia adalah saat setiap tokoh merasa senang. Bahagia bersama dan kesepian bersama." Miley merasa nyaman dalam rengkuhan Ian. Benar, menikah bukanlah segalanya.
"Jika aku hidup kembali, aku tak mau menjadi mantan pacar Aïden. Aku benci dia." Semua orang setuju bahwa cinta dan benci berada di tingkatan yang dekat. Tapi, Miley tidak setuju. Benci berada seribu kali jauhnya ditingkatan cinta. "Aïden akan tetap menjadi Aïden. Sampai akhir, dia akan tetap seperti dirinya sendiri." Setiap orang punya pilihan hidup. Aïden telah memilih, dia memilih untuk mengenang kebersamaannya dengan Miley.
"Kesepian bersama." Ian memberikan jari manisnya untuk mengikat janji. Miley menyambutnya. "Kesepian bersama." balasnya. Mereka tersenyum satu sama lain, berciuman seolah sedang melawan takdir buruk yang datang.
"Aku rasa Miley dan Ian adalah pasangan yang paling diidamkan semua orang. Mereka selalu bisa mengatasi masalah mereka." Michael berkomentar. Dia mengamati Miley dan Ian sejak tadi ketika ia dan Aurel membahas seputar kuliah mereka. "Kita juga bisa seperti itu. Kesepian bersama?" kata Aurel. Michael tak bisa menahan tawa, ia menggenggam tangan Aurel kemudian masuk ke dalam rumah.
Miley dan Ian masih berciuman ketika Miles datang. "Hei, maafkan aku, aku mendapati kalian ciuman." seru Miles. Ian dan Miley langsung menghentikan kegiatan mereka. "Dasar menjijikkan! Bisa-bisanya kau melanggar privasi orang lain. Harusnya kau tidak menggangguku dan Ian!" Miley merasa kesal, kebahagiannya dirusak oleh Miles.
"Aku cuma membalas perbuatanmu waktu di Malibu. Ingat, siapa yang mengganggu kencanku dengan Justine? Ingat, siapa yang membuatku berhenti menc--"
"Sudah, aku tak mau dengar. Ian, ayo kita pergi." Miley menarik tangan Ian pergi dari kolam ikan. Justine muncul saat itu juga. Ia membawa sepiring macaroni. "Kenapa mereka pergi? Miley terlihat kesal. Kau mengganggunya?" Miles cengingiran.
"Bukankah mereka seharusnya pergi? Mereka hanya menumpang di kisah cinta kita." kata Miles. Justine memutar bola matanya. "Semua orang adalah pemeran utama dalam kisah hidupnya." Miles tak membalas. Ia mengamati sepiring makaroni yang dibawa oleh Justine.
"Astaga, seharusnya kau membuat fois gras bukannya membuat makanan kampung semacam makaroni." Miles mencomot makaroni dengan mimik aneh. "Makaroni bukan makanan kampung." Justine menimpali. Ia mengambil duduk di pinggir kolam. Dan tiba-tiba saja masa kecilnya dengan Miles terputar.
Justine berkhayal begitu lama. Ketika ia menoleh pada Miles, cowok itu mengerling. Ia mendorong tubuh Justine masuk ke dalam kolam seperti saat ia masih kecil. Miles tertawa puas. "Jahat sekali kau, Miles! Apa kau tahu di sini dingin?" Justine merutuk. "Aku akan menolongmu. Aku mau mengulang masa lalu kita. Bahwa aku harusnya menolongmu waktu itu." seru Miles.
Miles membuka kaos yang dikenakannya. Lalu terjun ke dalam kolam ikan. Ia mendekati Justine, memeluknya, lalu berbisik. "Kesepian bersama." Justine mengatakan hal yang sama. Mereka berciuman di dalam kolam ikan. Merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Ini benar-benar berakhir.
Kesepian bersama.
The End
KAMU SEDANG MEMBACA
Despacito (Ayana And The Bastard Billionaire)
RomanceSebagian part diprivate (part 40-50) Jadi kalau enggak mau repot pas pertengahan baca.. Lebih baik follow dulu sebelum baca (biar followers aku nambah juga) Aku sedih kalau kalian enggak bisa baca.. Kamu susah aku juga susah. ... Seavey Sean. Pengu...