***
Michael tidak ada kegiatan malam ini. Ia bukan lagi seorang remaja sekolahan. Ia sebentar lagi menjadi mahasiswa. Tidak ada apapun yang bisa ia baca atau pun tonton. Jadwalnya benar-benar kosong. Ia tidak tahu harus mengisi kekosongannya dengan apa. Jadi ia memutuskan menemui Miley yang sebentar lagi akan ke Eropa.
"Boleh aku masuk?"
Kamar Miley berantakan. Banyak kertas bertebaran di lantai, boneka di tempat tidurnya tidak tersusun baik. Miley bersama Justine. Mereka sedang mengemas pakaian. "Masuk saja. Astaga, kau bertingkah seperti orang lain. Terlalu formal." gerutu Miley.
"Aku hanya menerapkan kesopanan." Michael membela diri. Ia mengambil duduk di pinggiran tempat tidur. Menyaksikan Justine membantu Miley memilih boneka apa yang akan dibawa ke Eropa. Miley punya banyak hal yang disukai. Dan sangat tidak mudah memasukkan barang-barang ke dalam satu koper.
"Mommy dan Daddy pergi membelikan kalian hadiah perpisahan. Aku yakin pasti sulit memilih apa yang bagus. Mereka pergi dua jam yang lalu." Michael memberitahu. Miley memicingkan matanya, namun sedetik kemudian bersikap normal. Ia tidak mau memikirkan atau pun berkomentar macam-macam.
"Aku mau tenang. Aku benar-benar tidak mengerti apakah keputusanku pergi adalah keputusan yang benar. Aku menggila karena Ian. Dia tidak menelepon sejak tadi." Miley mengerang. Justine menepuk bahunya seraya berkata, "Kemarin kau bilang kita hanya perlu mempercayai cowok kita. Percayalah pada kesetiaan Ian padamu. Ian adalah pria yang baik."
Michael menaikkan alisnya. "Aku tidak tahu akan seperti apa hidupmu kalau kau bergantung dengan cowok. Ketahuilah bahwa cowok juga punya kehidupan selain cinta, Miley." Michael tidak menyadari kalau dia hanya memperburuk suasana hati Miley. "Dengan prinsip seperti itulah yang membuat kau dan Scarlette putus. Dan Ian bukan cowok sesantai dirimu. Ian adalah pejuang, pejuang cinta."
Michael tidak mendebat, hanya tersenyum miring. "Tenanglah, Miley." ujar Justine. Miley mengempaskan pantatnya di sofa. Ia membuang boneka babi yang tadinya ingin ia masukkan ke dalam kopernya. Perasaannya benar-benar kacau.
"Maaf kalau aku merusak suasana hatimu. Jadi apa yang harus kulakukan agar dimaafkan?" Tidak ada jawaban atas pertanyaan Michael. Miley seolah tak mendengar pertanyaan itu. "Aku rasa aku butuh bantuanmu, Mike. Bisakah kau membantuku memasukkan pakaian ke dalam koper?" pinta Justine. Ada beberapa pakaian di kasur yang sudah dilipat. Michael dengan cepat membantu Justine. "Aku akan bantu."
Miley sendiri mendadak berganti posisi ke meja belajar. Ia terus memegang ponselnya menunggu panggilan Ian. "Di mana Miles saat ini?" Justine terkejut seketika karena tak menduga pertanyaan itu. Lusa ia sudah akan berangkat ke Eropa. Sementara Miles sibuk dengan urusan yang sama sekali tak diketahuinya. Justine tak pernah bertanya karena tidak mau mengekang Miles.
"Miles lebih sibuk dari hari biasanya. Ia bekerja di kantor Daddy, belum lagi dia mengurus kuliahnya. Dia pun punya teman. Aku rasa dia ada reuni." Michael mengangguk. Suasana hening, Justine bertanya-tanya akan sesuatu. Pikirannya selalu teringat pada sosok Paticia belakangan ini. Cinta pertama Miles adalah Patricia, sungguh itu fakta yang sangat mengganggu.
"Apa kau mengenal Patricia? Patricia Albert." Akhirnya Justine menanyakannya. Diam-diam Justine mengetik nama Patricia Albert di kolom pencarian instagram miliknya. "Tentusaja. Dia cinta pertama Miles. Dia adalah alasan kenapa Miles menjadi pemain perempuan. Dulu, Patricia sering ke rumah. Dan Mommy menyukainya."
Michael memandangi Justine yang melamun, seakan membayangkan sosok Patricia. "Aku rasa aku salah bicara. Maafkan aku." kata Michael penuh sesal. Justine menggeleng, ia menegaskan kalau ia baik-baik saja. Kemudian mengecek akun teratas bernama Patricia Albert yang sudah muncul di fitur pencarian Instagram.
Justine terkagum-kagum. Patricia lebih cantik yang ia bayangkan. Ia nyaris menyerah akan cintanya. Patricia punya sisi yang diinginkan semua cowok. Dia seksi dan berwajah imut. Justine memberanikan diri melihat postingan Patricia. "Senang rasanya lulus masuk di Universitas New York. Akhirnya bisa bertemu kenangan lama." tulis Patricia di caption fotonya.
Justine kehilangan semangat. Ia tidak bisa pergi dalam keadaan di mana Miles bisa saja bertemu kembali dengan Patricia. Tidak, Miles pasti akan bertemu Patricia karena mereka berada di Universitas yang sama. Miles punya sisi yang mudah dikenali. Dia punya pengaruh besar di kehidupan orang lain. Ia seperti aktor terkenal.
"Katakan apapun yang dilakukan Miles di sini. Jangan biarkan dia berkencan dengan cewek lain." bisik Justine pada Michael. Ia tersenyum pura-pura. "Oke. Aku kupatahkan tangannya kalau dia berani mengkhianatimu."
"Memangnya kau sanggup? Yang kutahu adalah Miles lebih kuat dari kau." Miley menimpali. Dia kelihatan lebih baik dari sebelumnya. Wajahnya lumayan berseri. Justine menebak ia akan keluar malam ini. Itu sangat jelas ketika ia mengambil jaket kulit Prancis yang ada di dalam lemari. "Kau meremehkan ototku? Hei, kau belum pernah lihat aku berkelahi dengan Miles ya?"
Miley mendengus. "Sudahlah terima saja kenyataannya." Miley berlalu. Ia pergi tanpa berpamitan. Michael bertanya ke mana ia akan pergi namun Miley tak menjawab. Semua berakhir begitu saja.
Michael duduk di pinggiran ranjang ketika Justine selesai mengemas pakaian. "Apa kau juga berpikir aku tidak bisa mengalahkan Miles jika berkelahi?" tanyanya penasaran. Justine berpikir sebelum berkata. "Aku yakin tidak ada alasan kalian bertengkar. Kau pria baik, kau tak pernah menyakiti siapa pun." Justine tidak pernah tahu kalau di pesta Aïden, Michael dan Miles bertengkar hebat. Masalahnya karena Miles membuat orang berpikiran kalau Justine adalah gadis munafik. Hanya gadis murahan.
"Baiklah." Hanya itu yang bisa dikatakan Michael. Ia akan berdiri ketika ponsel Justine berdering. Justine mengangkatnya. Ia tersenyum bahagia ketika berbicara. Pipinya bahkan merah seperti tomat merah. Dia sangat manis, sampai membuat Michael lupa kalau Justine ialah cewek saudaranya sendiri.
"Aku akan turun ke bawah. Miles sudah pulang." Justine pamit, ia membuang ponselnya di kasur. Michael membiarkannya pergi. Justine begitu bahagia. Ia berlari keluar kamar seperti gadis yang dimabuk cinta. Sementara Michael mendekati ponsel Justine. Ia melihat apa yang telah Justine lakukan. Layar ponsel Justine memunculkan akun instagram Patricia Albert. Michael meletakkan ponsel Justine. Berpura-pura tidak tahu apa yang ia lihat. Lagipula wajar jika Justine tahu akan sosok Patricia.
Michael keluar kamar Miley. Ia berjalan ke kamarnya tapi matanya tertuju di lantai bawah. Miles dan Justine berpelukan. Justine memegang bunga mawar merah. Miles dan Justine pasangan yang manis. Michael membayangkan seperti apa perasaan Justine saat ini. Mendadak, ia ingin berkomitmen melihat Justine tersenyum. Justine benar-benar gadis yang berbeda.
"Apa yang kupikirkan." Michael menggeleng keras. Ia melangkah ke kamarnya. Mengambil ponselnya dan menelepon Aurel. Beberapa hari ini mereka jarang bertemu.
See u next time!
Erwingg__ dan sastrabisu
KAMU SEDANG MEMBACA
Despacito (Ayana And The Bastard Billionaire)
RomanceSebagian part diprivate (part 40-50) Jadi kalau enggak mau repot pas pertengahan baca.. Lebih baik follow dulu sebelum baca (biar followers aku nambah juga) Aku sedih kalau kalian enggak bisa baca.. Kamu susah aku juga susah. ... Seavey Sean. Pengu...