***
Acara Prom Night adalah acara yang dikhususkan bagi siswa untuk merayakan malam kelulusan. Di dalam acara ini juga ada pemilihan Queen dan King seperti halnya pada saat Homecoming. Queen dan King merupakan pasangan terbaik di acara tersebut.
Prom Night telah tiba setelah beberapa bulan berlalu. Di acara ini, semua cowok memakai tuxedo dan cewek-cewek memakai gaun indah. Yoana muncul pertama kali dengan gaun Alexander Wang, ia menggaet Gabriel untuk menghadiri malam kelulusannya. Scarlette datang dengan Zhou beberapa menit kemudian. Disusul Vivienne bersama Xander, dan Stephanie bersama John.
"Aku yakin 100% kalau Miles dan sepupuku, Justine akan menjadi pasangan terfavorit." Yoana berceloteh di tengah kerumunan. "Benar, hubungan mereka bahkan menjadi artikel utama di majalah sekolah. Entahlah, aku rasa sekolah memang mendukung hubungan mereka." ujar Scarlette. Ada majalah mingguan yang dinaungi sekolah bernama Sensation. Majalah itu menerbitkan beberapa cerpen, dan puisi. Namun seringkali majalah itu hanya meliput gosip di sekolah. Cerpen dan puisi hanyalah bagian terkecil dari majalah tersebut.
Scarlette masih berbincang ketika.Aïden Parker muncul. "Kalian tidak boleh minum bir, kalian bisa mabuk. Sekolah mengadakan ini bukan untuk mabuk-mabukan." Aïden berseru pada teman tim basketnya, Xander dan John. "Astaga, Aïden datang sendiri. Menyedihkan sekali." Scarlette berbisik simpati di telinga Yoana. Sudah lebih dari empat bulan dan Aïden masih sendiri. Rumor mengenai dia seorang homo pun mencuat kembali. Semua cewek pun menjauhinya, dan cowok homo banyak merayunya. Aïden cukup menderita di tahun terakhirnya.
Yoana mengamati Aïden. Memang, cowok itu sangat menyedihkan sekarang. "Dia akan semakin patah hati ketika melihat Miley datang bersama Ian yang keren itu. Biarkan saja. Dia pantas mendapatkan itu semua." bisik Yoana. Scarlette membenarkan lewat anggukan kepala. "Dia akan lebih baik setelah menemukan pengganti, Miley."
Bintang tamu menyanyikan lagu di atas panggung. Membuat para siswa bergoyang ketika mendengarkan alunan musik menggema. "Oh, Lihat, Miley dan Ian sudah datang." seru John. Aïden menoleh, menyaksikan betapa bahagianya Miley bersama Ian. Aïden meninggalkan teman-temannya agar Miley bisa bergabung bersama yang lain. Kadang-kadang merelakannya pergi untuk sebuah kebahagiaan jauh lebih baik ketimbang menahannya untuk bertahan bersama derita..
"Hei, gaunmu bagus sekali! Balmain Paris? Keseluruhannya kau sempurna. Kau akan bersaing dengan Justine untuk menjadi Queen tahun ini." komentar Yoana. Miley tersenyum, ia menggenggam tangan Ian lalu berkata, "Aku rasa bukan aku yang akan menjadi ratu tahun ini. Rajaku bahkan bukan dari sekolah ini." kata Miley dengan semburat merah di pipi. Ian adalah miliknya, tidak ada yang lebih membahagiakan dari itu semua.
"Apa kau menginginkan sesuatu, Ian? Di sana ada champagne kalau kau mau." bisik Miley. Ian menggeleng, "Kau pemabuk. Aku tidak berniat untuk mabuk malam ini. Lagipula, siapa yang akan menolongmu kalau aku teler?" Ian tersenyum. Senyuman itu sangat mengagumkan. Miley tidak bisa menahan untuk tidak menciumnya.
"Jangan tersenyum, Ian. Jika kau melakukannya lagi, aku akan membuka bajumu dan menerkammu." ancam Miley dan Ian tertawa kecil. "Lakukan saja kalau kau berani." tantang Ian sambil tertawa kecil. Miley memukulnya pelan. Dia ikut tertawa, dengan mata menerawang melihat-lihat kerumunan. Di ujung sana, dekat minuman bersoda berderet, Aïden duduk menggalau sendirian. Cowok itu tidak lagi punya semangat hidup. Miley berempati pada cowok itu.
"Dia mantan pacarmu 'kan? Kenapa kau tidak menyapanya? Dia mungkin membutuhkan semangat darimu?" Ian pria yang baik. Dia tidak pecemburu, dia pengertian. Dan Miley tidak perlu khawatir untuk dekat dengan cowok lain. "Aku pacarmu. Bagaimana bisa aku berdekatan dengan cowok lain? Aku bisa selingkuh."
Ian mencubit pipi Miley gemas. "Hei! Aku tahu kau tidak akan selingkuh." Miley diam, "Kita pacaran bukan berarti aku harus menahanmu bersosialisasi dengan cowok lain. Lihat dia. Kau telah melukainya, jadi hanya kau yang bisa menyembuhkan lukanya. Setidaknya kau memberi dia kata-kata bijak. Di sini ada teman-temanmu. Aku tidak akan kesepian." Ian begitu meyakinkan Miley sampai gadis itu tak berkutik. Miley mencium pipi Ian. "Aku pergi, jangan berani berkencan dengan cewek lain. Lima menit. Aku akan bicara dengannya lima menit." Ian mengangguk sehingga Miley bisa berjalan mendekati Aïden.
Aïden salah tingkah ketika Miley mendekatinya. Ia bahkan ragu untuk memandang mata Miley. Sudah lama mereka tak saling bicara. "Hai, Aïden. Kenapa kau hanya berdiam di pojokan seperti ini? Seperti cowok galau yang ingin bunuh diri?" Miley bercanda. Aïden meringis, "Ya, mungkin aku harus punya keberanian untuk bunuh diri?" Aïden membalas dengan candaan. Miley tersenyum tipis, kemudian wajahnya berubah menjadi serius. Aïden bertanya apa yang ingin dikatakan Miley dan Miley bilang di situ, bukan tempat yang tepat untuk bicara. Jadi Miley mengajak Aïden bicara di tempat lain.
Lab kimia menjadi pilihan utama mereka. Aïden gugup harus memulai dari mana. Jadi dia memilih berkata, "Aku senang akhirnya kau mau bicara padaku. Sungguh, kau membuatku jauh lebih baik." Aïden mengungkapkan perasaannya jujur. Miley mengela napas panjang. "Aku tidak mau berbasa-basi, Aïden. Aku mau kita berteman. Aku tak bisa melihatmu bersedih karena kita sudah putus. Aku mau kau juga bahagia dengan pilihanmu." Miley menahan perasaan empatinya. Dia tak mau menangis di depan Aïden hanya karena kasihan pada cowok itu.
"Kau adalah pilihan satu-satunya, Miley. Maafkan aku karena aku dulunya homo yang pernah menyakitimu. Tapi sungguh, kaulah satu-satunya perempuan yang kusukai. Aku tidak lagi menyukai yang lain." Aïden bersungguh-sungguh. Matanya berkobar, mengibarkan bendera perjuangan cintanya. "Aku suka Ian, Aïden. Aku nyaman bersamanya. Apa aku tidak boleh bersamanya? Aku hanya mau Ian." Miley tidak tahu lagi harus bagaimana memberitahu Aïden. Cowok itu pantang menyerah, dan Miley tidak mau menyakitinya lebih lama.
Aïden tersenyum. Senyuman yang menyayat hati Miley. "Kau berhak bersama Ian. Dia pria yang baik tidak seperti aku. Siapa juga yang mau menyukai homo sepertiku." Aïden berujar sambil menyeringai. Miley tidak bisa menahan rasa bersalahnya. Ia menangis. "Aku tidak bilang aku jijik padamu, Aïden. Aku tidak bilang kau homo. Aku menyukai saat kita bersama-sama dulu. Tapi sekarang situasinya berbeda. Aku menyukai Ian karena hatiku sudah berpindah. Akulah yang salah, maafkan aku."
Aïden menghapus air mata Miley. Hatinya terluka, ia ikut meneteskan air mata. "Kau tidak bersalah, Miley. Aku yang terlalu bodoh mencintai gadis yang bukan milikku lagi. Aku pecundang." Miley menggeleng, ia memberikan Aïden pelukan terakhir. Melihat Aïden meneteskan air mata ia tidak sanggup. Beberapa orang mengatakan bahwa air mata pria adalah air mata ketulusan. Aïden menangisinya, fakta itu setidaknya membuat Miley merasa bersalah. "Jangan bodoh, Aïden. Jika kau terus merendahkan dirimu, maka siapa lagi yang mau menghargai dirimu. Orang-orang suka menjatuhkan, kau tidak boleh seperti ini. Kau bukan homo dan kau bukan pecundang. Kau adalah sandaran hatiku dulu. Kau sama sekali tidak buruk."
Aïden merasa nyaman dengan pelukan Miley, tapi di sisi lain hatinya tersayat, Miley tidak akan pernah lagi memberikan pelukan seperti ini setelah malam perayaan kelulusan ini berakhir. "Aku sudah lebih baik. Ian pasti sudah menunggumu." kata Aïden sehingga Miley melepaskan dekapan tubuhnya. Satu langkah Miley akan keluar dari lab kimia ketika Aïden berseru. "Miley, bolehkah aku mendapatkan ciuman terakhir?"
Miley ragu, tapi dia mengangguk. Dia melangkah mendekati Aïden. Kemudian mereka berciuman untuk terakhir kalinya. Ciuman yang cukup menggairahkan. Miley melepaskan ciumannya beberapa menit kemudian. Ia lebih dulu bergabung ke dalam pesta. Miley bergabung ketika puncak acara telah dimulai.
Miss Anderson mulai mengumumkan pasangan terfavorit untuk angkatan Miley dan kawan-kawannya. Justine dan Miles memenangkannya. Miley tepuk tangan. Ia berusaha untuk terlihat lebih baik di depan Ian. "Pasangan terfavorit kedua adalah ... ketua tim sorak Miley dan ketua tim basket Aïden!" Miss Anderson menambahkan. Semua orang bertepuk tangan ketika Miley terkejut.
"Kau dan Aïden juga menang." Ian berseru. Ian menampakkan mimik aneh sebelum akhirnya sumringah. Miley tahu kalau Ian pasti merasa posisinya tak dianggap. Bagaimana pun baiknya seorang cowok, pada situasi tertentu mereka pasti akan cemburu. Bahkan Ian sekali pun. Miley menutup matanya lalu memeluk Ian tiba-tiba. "Aku tidak mau naik ke panggung, Ian. Aku tidak bisa. Bawa aku pergi dari sini." Miley terlalu terkejut. Dia barusaja mematahkan hati Aïden. Dan dia tidak akan memberikan harapan pada Aïden lagi. Sudah cukup, dia sudah bosan dengan drama ini.
"Baiklah. Kurasa ada sesuatu yang terjadi padamu." Ian menggandeng tangan Miley meninggalkan pesta. Dia tahu bahwa Miley butuh waktu untuk memahami semua ini. Segalanya telah usai, mungkin hari esok akan jauh lebih baik.
See u next time!
Sastrabisu dan erwingg__
Udah Prom night ini tanda-tanda apa hayoo!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Despacito (Ayana And The Bastard Billionaire)
RomanceSebagian part diprivate (part 40-50) Jadi kalau enggak mau repot pas pertengahan baca.. Lebih baik follow dulu sebelum baca (biar followers aku nambah juga) Aku sedih kalau kalian enggak bisa baca.. Kamu susah aku juga susah. ... Seavey Sean. Pengu...