L.T 34 : Really, We got Married!

8.1K 510 11
                                    

***

Sedih adalah ketika kau merasa ada sesuatu yang membuatmu kecewa, sesuatu yang tidak berjalan sesuai apa yang kaupikirkan.

Miley tidak tahu kenapa masalah dengan Aïden selalu menghantui hidupnya. Dia tidak bisa tenang karena Aïden. Pria itu tahu persis bagaimana menyakiti hati Miley. Bagaimana bisa Aïden mengumumkan kalau Ian pernah melecehkannya, bagaimana bisa Aïden mengatakan bahwa dirinya adalah gadis telanjang. Miley merasa jijik, bahkan pada dirinya sendiri. Aïden merendahkannya.

Miley bisa saja menghubungi ayahnya untuk menuntut Aïden. Tapi, Miley tidak melakukannya. Dia tidak mau merepotkan ayahnya, atau pun pengacara keluarga, Mr. Grey. Dia sudah dewasa, harusnya sudah berpikir lebih matang. Miley berusaha untuk tidak labil namun sepertinya ia tidak sepenuhnya mampu melakukannya. Ia tak bisa melakukan apa-apa, jadi dia menangis. Air mata tahu betul kapan ia harus membasahi pipi seseorang.

"Tidak usah dengarkan dia, Miley. Orang iri hati sepertinya memang senang menjatuhkan." Ian berkata di belakang Miley. Pria itu menarik lembut Miley masuk ke dalam pelukannya. Miley merasa nyaman, bahu Ian sangat kokoh, tubuh Ian besar, Miley merasa terlindungi karena pria itu, setidaknya Miley kuat dalam pelukan Ian.

"Apa aku sekotor ini? Aku menyukai orang yang pernah melecehkanku. Apa aku sebegitu murahannya di mata orang?" Miley tidak bertenaga mengucapkannya. Kata-kata Aïden mematahkan kebahagiaannya. "Setiap orang berhak mencintai siapa saja. Sebab cinta memilih dengan mata tertutup. Cinta itu buta." Apakah Ian sudah mengatakan hal benar, Ian bahkan merasa bingung akan kata-katanya sendiri.

Miley memejamkan matanya. Merasakan wangi parfum murah Ian. Bersama Ian, Miley merasa dunia tujuh kali lebih baik. Ian mengerti cara menghiburnya. "Apa kau senang aku menonjoknya?" tanya Ian. Miley mengangguk dalam dekapan pria itu. Ia tidak bisa berkata-kata lagi. Hanya sentuhan lembut Ian yang mampu membuatnya tenang.

"Jika kau mau, aku bisa membunuhnya dengan tanganku. Katakan saja apa yang kauinginkan." kata Ian. Miley memikirkan sesuatu yang harus dilakukan Ian. Ide itu datang saat Ian berkata katakan saja apa yang kauinginkan. "Nikahi aku, Ian. Nikahi aku agar Aïden tidak mengganggu hidupku lagi. Agar Aïden menyerah."

Ian melepas pelukannya,"Kau yakin?" Wajah Ian berseri bercampur heran. Ia menatap Miley seolah berkata apa ini nyata. "Aku yakin, Ian. Jika kau suamiku maka Aïden tidak akan mengganggu lagi. Aku janji tidak akan minta ini itu darimu. Aku janji akan menjadi istri yang baik. Aku jago membuat sandwich. Mommy mengajari aku." Miley benar-benar serius. Ian ingin tertawa tapi rasanya aneh untuk tertawa.

"Menikah muda? Kau tidak takut kehilangan masa depan seperti karir? Maksudku kalau kita menikah aku akan menantikan anak? Aku pun miskin, aku juga akan melanjutkan kuliah. Apa tidak masalah bagimu?" Miley mengangguk semangat. Dia tidak perlu khawatir soal biaya hidup. Ian akan kuliah dengan beasiswa ayahnya. Otomatis Ian harus magang di Smith Enterprise. Tidak masalah baginya untuk menikah muda.

"Sumber kebahagiaanku hanya ada padamu. Aku tidak butuh karir dalam hidupku. Aku hanya butuh sosok Ian dalam hidupku. Menghapus air mataku saat menangis, dan memelukku saat aku merasa rapuh." kata Miley. Ian mengangguk mantap seolah mengatakan hore, akhirnya kita bisa menikah. "Aku akan bicara dengan Daddy-mu saat kita pulang dari sini." Ian merengkuh tubuh mungil Miley penuh kasih sayang. Membelai rambut Miley dan mengusap wajahnya lembut.

"Drama kehidupan cinta Miley dan Aïden sepertinya tidak punya ujung. Maksudku mereka selalu bermasalah setiap kali bertemu. Kau masih ingat di malam kelulusan? Rumor mereka melakukan seks belum terpecahkan sampai sekarang." Yoana berkomentar ketika menyaksikan Miley dan Ian berpelukan dari jarak beberapa meter. "Aku rasa Miley tidak lagi mencintai Aïden. Kehadiran Ian membuatnya berpaling pada pria itu. Aïden yang sulit menerima kenyataan. Dia bahkan tidak pernah konsisten pada orientasi seksualnya, apakah dia homo, biseksual, atau dia pria normal." sela Scarlette.

Yoana mengangguk. "Entahlah. Ini semua membingungkan. Lebih baik dilupakan saja. Ayo pergi, kau dan Zhou ingin berkencan juga 'kan? Kasihan cowok-cowok kita itu." Yoana dan Scarlette memilih menemui pacar masing-masing. Mungkin malam ini, memang seharusnya menjadi malam kencan.

Ketika Yoana berjalan mendekati Gabriel. Ia melewati Michael dan Aurel. Michael punya cara sendiri berkencan. Dia dan Aurel berdiskusi soal teori kedokteran. Merekalah satu-satunya pasangan yang seperti itu. Serius, dan santai menghadapi segala hal. Bahkan saat berduaan mereka malah saling bertukar ilmu. "Kalian harusnya berciuman saat kencan. Astaga, aku tidak bisa membayangkan bagaimana seriusnya anak kalian nanti." Yoana berkomentar.

"Kami bukan pasangan sensual seperti dirimu. Ada saatnya untuk melakukan hal semacam itu." Aurel membalas datar. Dia melipat tangannya di dada. Yoana menggeleng, "Terserah kalian saja. Aku mulai jenuh mengurusi kehidupan orang lain." Yoana mempercepat langkahnya. Di samping Yoana, Scarlette terlihat tidak nyaman. Dia tidak bisa dekat-dekat Michael karena masa lalu mereka. Sangat sulit menjalin hubungan baik dengan mantan kekasih.

"Dunia lebih baik tanpa penggosip." seru Michael lalu tertawa, Aurel ikut tertawa. Yoana membalas Michael dengan senyuman hangat. Dia menemui Gabriel yang sedang asyik membicarakan Miley bersama Tedd, dan Zhou. Mereka hanya tidak menyangka bahwa Miley akan memilih pria yang sudah menjahatinya. "Berhenti membicarakan temanku. Kalian ini bukan penggosip 'kan?" tanya Yoana. Gabriel dan yang lainnya menghentikan obrolan. Mereka mengalihkan topik. Gabriel mengajak Yoana kencan dan Zhou mengajak Scarlette kencan.

Malam ini, kencan berkelompok terlaksana. Di tempat lain Miles dan Justine juga berkencan. Tadinya mereka ingin menenangkan Miley tapi ternyata Ian sudah berhasil membuat Miley tersenyum. Ian memang cowok yang bisa diandalkan. "Kau harus hamil agar yang lain tidak mengincarmu lagi!" Tiba-tiba Miles berkata kesal. Dia tidak menyangka bahwa teman-teman cowoknya menyukai Justine. Miles yakin Zhou, Tedd, bahkan Aïden juga menyukai Justine.

Justine tergelak. "Serius? Kata-katamu menggelikan sekali, Miles!" Justine tidak berhenti tertawa. Miles sampai memikirkan hal itu ketika cemburu. "Dengar, Miles. Meskipun kau sangat kaya. Kau CEO muda, aku tidak akan menuruti kemauanmu. Kita bahkan belum berusia dua puluh tahun. Aku tidak berpikir untuk menikah muda. Punya anak itu tidak segampang punya akun Instagram, Miles. Bertunangan denganmu saja aku sudah merasa terlalu berlebihan." Justine mencubit pipi pria itu karena gemas.

"Hei, kenapa kau cubit aku? Aku akan membalas cubitanmu." Miles memerangkap Justine dengan lengan berototnya. Justine berteriak ketika Miles menggelitiki tubuhnya. Pria ini sangat suka membalas perbuatan Justine. "Ampun, Miles! Aku bisa mati jika kau terus menggelitikiku." Miles menghentikan kegiatannya. Ia mencium Justine dengan penuh gairah sampai tidak menyadari Ian dan Miley ada di hadapannya. Justine mendorong tubuh Miles ketika melihat sosok Miley dan Ian berdiri seolah menonton film seri Amerika.

"Lanjutkan saja. Aku tidak berniat mengganggu. Hanya ingin mengabarkan kalau kami berdua akan menikah." Miley mengumumkan. Justine dan Miles terkejut. Mereka barusaja membicarakan tentang menikah. Dan itu terdengar seperti lelucon. "Serius, Miley? Apa kau barusaja membaca artikel kiamat sudah dekat sehingga kau memutuskan menikah sebelum kiamat terjadi?" Entahlah, tidak banyak alasan mengapa mereka harus nikah muda.

"Apa itu ucapan selamat darimu, Justine? Apa kau tidak senang aku dan Ian menikah?" Miley murung. Justine segera menggeleng dan mengatakan hanya terkejut. "Kalau begitu selamat untuk kalian berdua. Tapi bisalah aku tahu alasan kalian memilih keputusan besar ini?" tanya Justine.

Miley memandangi Ian lalu berkata. "Ini demi hubunganku dengan Ian. Dengan kami menikah, aku yakin Aïden tidak akan mengganggu kami lagi. Dengan menikah, Ian bisa menonjok Aïden sesuka hatinya jika pria itu masih membayangkan aku tanpa busana. Menikah pilihan satu-satunya." jelas Miley. Percaya tidak percaya, Justine berusaha memahaminya. Dia turut senang karena Miley dan Ian telah menemukan solusi atas permasalah yang mereka hadapi.

See u next time!

Instagram

Sastrabisu dan erwingg__

Despacito (Ayana And The Bastard Billionaire)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang