L. T 22 : The Aureliest app (1)

7.9K 474 39
                                    

Aku ganti visualnya Miley

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku ganti visualnya Miley.. semoga syukak.

***

Makan malam adalah waktu yang tepat untuk berkumpul. Ayana dan suaminya kali ini tidak mau melewatkan momen kebersamaan ini. Ada beberapa menu yang sudah disajikan di meja makan. Telur orak-arik, sandwich, pizza, dan salad. Justine sedikit kecewa karena rencananya membuat makaroni tidak terwujud.

"Banyak sekali makanan. Apa ini sebuah perayaan?" Miles membuka obrolan. Pizza saja sudah mengenyangkan perutnya. Sandwich lain hanya akan jadi santapan selingan atau setidaknya hanya akan dibuang di tempat sampah. "Jarang sekali kita makan malam bersama. Jadi, Dad merencanakan ini semua. Semoga kalian suka." Seavey menjelaskannya dengan jujur. Anak-anaknya mengambil duduk dan mengambil menu yang mereka sukai. Miley suka telur orak-arik, Michael akan mengambil salad, Miles dengan senang hati memilih pizza, sedang Justine akan mengikuti apa yang dimakan Miles. Miley cukup simpel dalam soal makanan. Dia terlalu suka pizza maupun salad.

"Tadinya Justine berjanji akan membuatkanku makaroni tapi tidak apa-apa. Aku akan menghargai usaha Mom dan Dad ini. Terkadang keluarga ini memang terlihat seperti keluarga berantakan. Jadi kukira makan malam ini berguna menghapus stereotip negatif itu." jelas Miles dan membuat yang lainnya tertawa. "Tepatnya kau yang membuat keluarga ini berantakan, Miles!" timpal Ayana. Miles membalasnya cengingiran. Ia membenarkan ucapan ibunya. Terkadang memang harus mengakui ketimbang memendam.

Miles menyuapi Justine dengan pizza-nya. Membuat mereka menjadi pusat perhatian. Justine agak canggung ketika orang tua angkatnya memandanginya dengan tatapan "Ada apa ini?" Justine bingung harus apa. Dia malah memberikan senyum gelisah. "Apa yang sedang kaulakukan di depan orang tuamu, Miles! Apa kau sedang memamerkan sesuatu?" Seavey menebak-nebak.

Miles tersenyum keren, penuh kesombongan. "Aku tidak bisa menahannya. Aku tidak bisa membiarkan Justine kelelahan mengangkat tangannya. Jadi aku berinisiatif membantunya. Bukankah aku baik hati?" Miles benar-benar percaya diri dengan setiap perkataannya. Dia tidak peduli seberapa konyol jawabannya. "Kau menjadi aneh karena cinta, putraku! Kau konyol, Sepertinya kau butuh terapi."

"Miles sejak dulu memang konyol, Dad!" Michael mengingatkan. Dia terlihat serius, memang ia selalu serius menanggapi persoalan apapun. "Kau bicara seperti sedang cemburu, Mike. Apa kau tidak pernah makan berdua dengan Scarlette?" Miles melanjutkan menyuapi Justine. Memberikan air untuk diminum kekasihnya itu.

Miley memandangi Miles dan Justine begitu dalam. Ia mulai membayangkan roda kehidupan di mana dia dan Ian hidup bersama suatu hari. Mungkinkah ia bisa melakukan hal-hal yang seperti dilakukan Miles dan Justine? Miley menginginkan hal semacam itu. Tapi, apakah Ian akan mengatakan cinta padanya? Sepertinya mustahil.

"Benar, Mike. Kenapa kau tidak mengajak cewek Korea-mu itu ke sini? Mom juga ingin mengenalnya. Setidaknya mendapatkan resep makanan Korea." Ayana mengalihkan perhatian kepada putranya yang pintar itu. Michael meneguk gelas airnya. Setiap kali ingin bicara, ia butuh air untuk melancarkan lidahnya berujar. Air memang membantu keseharian manusia.

"Aku dan Scarlette putus. Aku rasa kami tidak punya kecocokan. Dia selalu curiga setiap kali aku bicara dengan cewek lain. Itu sangat mengganggu, jadi aku memaksanya memutuskanku." Michael tidak mau terlihat berengsek tapi nyatanya dia punya tingkat berengsek di level paling bawah.

Miles, Miley, dan semua yang di meja makan terkejut dengan pengumuman Michael. "Oh, Kalian putus? Sayang sekali. Maafkan Mom. Mom tidak berniat membicarakan kisah cintamu." Michael mengangguk. "Hidupku lebih baik tanpa cewek. Aku rasa aku mengambil keputusan yang tepat." Michael tidak akan menangis karena cinta. Dia tahu banyak teori-teori sastra mengenai cinta, mengenai teori sudut pandang, teori humor, dan banyak lagi. Michael punya setumpuk buku di kamarnya untuk dibaca. Michael nyaris membaca semua buku di perpustakaan James Madison.

Makan malam berlanjut. Obrolan keluarga menghangat kembali ketika mereka membicarakan rencana kuliah. Miles tidak lagi merengek seperti anak kecil. Dia mendukung apapun yang direncanakan untuknya dan Justine. Sebenarnya masalah akan berat jika terus dipikirkan, lupakan sebagian dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan. Miles menanamkan pemikiran semacam itu. Dia akan bahagia karena tak mengingat kapan hari kelulusan mereka di SMA.

"Aku ada tugas Revolusi Jerman. Aku rasa aku akan beranjak lebih dulu." Justine pamit. Seavey menyilakannya. Miles mengikuti dari belakang, membuat orang tuanya menggeleng. Miles masih mendengar Ibunya berbisik kepada ayahnya, "Miles mirip seperti dirimu dulu." Sebelum akhirnya bisa sampai di kamar baru Justine. Bukan lagi kamar samping dapur. Kamar Justine lebih bagus. Kasurnya empuk, cat temboknya berwarna merah muda, meja belajarnya berwarna ungu. Ada banyak boneka di kasur termasuk boneka babi pemberian Miles.

"Aku tidak bisa fokus jika ada kau, Miles. Tugas Revolusi Jerman ini sangat penting. Aku harus fokus belajar." tegas Justine ketika Miles duduk di sampingnya. "Aku tidak akan melakukan apa-apa. Anggap saja aku ini ... anggap saja aku boneka." kata Miles. Justine menghela napas. Ia membiarkan Miles melakukan apapun di kamarnya. Lagipula Justine sebenarnya ia suka bila ada Miles di kamarnya. Justine tidak harus takut apapun dan jantungnya akan berdetak dengan baik.

"Oh lihat? Kenapa aku baru menyadari ada gambar cowok lain di sini? Siapa dia?" Justine menoleh ke arah dinding. "Astaga. Apa kau orang Zimbabwe? Kau tidak kenal Nick Jonas? Kau tidak boleh cemburu dengan dia. Karena dia memang keren." Justine sumringah. Kemudian kembali memokuskan perhatiannya pada dokumen dalam komputernya.

Miles memindahkan poster Nick Jonas dari tembok. "Mau kau apakan poster itu, Miles? Apa kau cemburu sekarang?" Justine benar-benar merasa terganggu dengan tindakan Miles yang seperti itu. "Aku mau memasang poster ini di kamarku. Kenapa?" Miles menantang. Justine melongo dengan tatapan seolah mengatakan "eww, apa yang kaulakukan? Kau gay?" dan Miles tetap mempertahankan kesombongannya.

"Bagaimana pun, kau tidak harus memasang gambar orang lain di dinding sucimu. Aku akan membuat poster gambar diriku. Apa kau begitu haus dengan wajah pria lain. Aku cemburu Justine. Seharusnya kau tahu bahwa kau menyakitiku." Justine tersenyum kecil. Miles terlihat menawan jika cemburu. "Terserah kau sajalah, Miles! Aku hanya ingin mengerjakan tugasku." Miles melangkah keluar kamar tanpa penjelasan.

Justine mengambil ponselnya. Ia mengecek pesan e-mail yang masuk. Selain pemberitahuan youtube, ada dua pesan yang menjadi perhatiannya. Pertama pesan dari Gabriel dan pesan misterius bernama The Aureliest. Justine membuka pesan Gabriel terlebih dulu. Gabriel menanyakan tentang Yoana. Justine menjawab sekadarnya.

Kemudian, Justine membuka pesan The Aureliest. Ada lampiran aplikasi. Justine ragu apakah harus menginstal aplikasi itu atau tidak. Takutnya Aurel malah mengirim virus. Namun sebagian dari diri Justine mengatakan jika smartphone diciptakan kebal terhadap virus. Jadi, Justine mengunduhnya.

Butuh dua menit sampai aplikasi itu memunculkan wajah Aurel dan dua anggotanya. "Selamat, Justine! Kau berhasil merusak ponselmu sendiri." The Aureliest terbahak-bahak kemudian ponsel Justine mati total. Tidak bisa dinyalakan lagi. Aplikasi yang dikirim The Aureliest aplikasi ilegal yang tak bisa di dapatkan di google play maupun apple store.

"Tidak.."  Justine tidak sadar berteriak sampai Miles dengan cepat masuk ke kamarnya. Lelaki itu memeriksa segala sesuatu yang ada pada Justine. Takut-takut kalau kekasihnya luka. "Ponselku rusak karena virus yang dikirim The Aureliest. Apa ini tak bisa diperbaiki? Ada banyak kenangan di dalam ponsel itu. Ada video-mu juga. Bagaimana ini?" Hal ini memang sepele tapi sungguh membebani Justine. Sungguh, telepon genggam adalah teman terbaik.

Miles menenangkan. "Tindakan The Aureliest memang keterlaluan. Tapi tidakkah itu juga membantumu? Ponselmu sangat jadul. Mereknya kurang berkelas. Setidaknya karena virus The Aureliest kau bisa membeli ponsel baru. Ia 'kan?" Miles menahan tawanya. Justine menggertakkan giginya. "Mileeeeessssssss!!" Justine mengabaikan tugasnya kemudian mengejar Miles untuk diberi pelajaran.

See u next time!

Instagram

@sastrabisu dan @erwingg__

Despacito (Ayana And The Bastard Billionaire)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang