Tak Perlu Dilanjutkan!

35 11 2
                                    

Tidak ada cerita dalam pernikahan bisa menerima apa adanya. Yang ada hanya menerima kelebihannya.

================================

"Sebenarnya kami menunggu kabar. Tapi sampai sekarang kami belum juga menerimanya. Apa pernikahan Intan sama Jiazhen sudah bisa kita rencanakan?"

Orangtua Jiazhen mengawali ceritanya. Mereka kembali datang menagih janji orangtua Intan. Sebelumnya, ayah Intan telah berjanji akan menikahkan Intan sama Jiazhen setelah Intan wisuda.

Waktu pun telah berputar, kini Intan sudah selesai wisuda. Ya, Intan sudah selesai wisuda. Tapi ayah Intan tidak memberitahu orangtua Jiazhen.

"Ya, pasti bisa. Maafkan kami gak sempat memberitahu wisuda Intan," ayah Intan mengerutkan jidat mencari alasan.

"Gak masalah. Yang penting kan pernikah buah hati kita nanti berjalan lancar. Intan kan sudah sebulan lebih selesai wisuda. Saya kira ini sudah waktunya kita membicarakan teknis. Kira-kira kapan bisa mereka dinikahkan?"

Ayah Intan semakin syok mendengar kata-kata ayah Jiazhen. Mengapa tidak? Intan masih dirawat di rumah sakit jiwa. Sudah berminggu-minggu Intan belum mendapat perubahan.

"Secepatnya. Asalkan jangan dalam bulan ini."

"Gak masalah bulan ini. Lagian kan Intan sudah lama menunggu juga. Jiazhen juga begitu. Lebih cepat lebih baik. Kalau saya berharap bisa dinikahkan dalam bulan ini juga," ayah Jiazhen kembali menawar waktu pernikahan putranya dengan Intan.

"Intan ada di mana sekarang? Biar Jiazhen bisa bertemu dulu. Supaya lebih akrab," ujar ibu Jiazhen yang juga ikut datang ke rumah orangtua Intan.

Keluarga Jiazhen memang sudah terlihat siap dari segi apapun. Mereka sudah siap menjadikan Intan sebagai menantunya.

"Ayo temui sana Intan!" ibu Jiazhen kembali menyuruh. Tapi Jiazhen tak mau bangkit dari tempat duduknya. Dia sepertinya masih malu untuk menemui Intan berdua.

"Sudah temui sana. Sudah diizinkan sama ayahnya. Ayo buruan! Biar tambah akrab."

"Maaf! Intan masih di luar. Gak ada di rumah di malam ini," sahut ayah Intan yang berusaha menyembunyikan Intan sedang sakit jiwa.

"Malam-malam begini masih di luar?" jawab ibu Jiazhen.

Huff! Untung Intan masih di luar batin Jiazhen. Dia masih malu untuk bertemu langsung sama Intan. Apalagi sampai bercerita berdua. Manajer yang satu ini ternyata masih pemalu sama perempuan.

"Iya. Intan tadi ada urusan sama temannya," sahut ibu Intan yang mendampingi ibu Jiazhen.

"Tapi sebentar lagi pulang kan, Jeng?" tanya ibu Jiazhen lagi, "Gak pulang. Dia sudah pamit akan nginep di rumah temannya malam ini."

"Iya sudah. Jadi malam ini kita tentukan saja hari pernikahan mereka. Tanggal 10 bulan depan gimana?" ucap ayah Jiazhen yang membuat keluarga Intan sakit kepala mendadak.

"Mohon maaf. Saya belum bisa berjanji sedetail ini. Sekitar tanggal itu saya akan ada kunjungan ke luar negeri. Saya harus menjenguk adiknya Intan di sana," ayah Intan membuat alasan dan dikuatkan oleh ibu Intan, "Iya betul. Kita akan ada kunjungan sekeluarga."

"Kalau begitu kita majukan jadi tanggal 2. Setelah itu Jiazhen juga bisa ikut nemani kalian," ayah Jiazhen menawarkan. Stttt ..., ayah Intan kehabisan alasan. Dia berusaha menutupi kondisi Intan saat ini.

"Selamat malam, Pak. Apa betul ini rumah orangtua dari saudari Intan Melati?" tanya pria yang berbaju biru dari depan pintu, "Iya, betul. Ada apa ya?"

"Saya mau mengantarkan surat pemberitahuan rumah sakit jiwa ini, bahwa Intan Melati harus diperpanjang masa perawatannya."

"Rumah sakit jiwa? Siapa yang gila?" sahut orangtua Jiazhen penasaran.

"Atas nama Intan Melati, Pak. Jadi saya hanya menyampaikan surat ini. Saya pamit. Terima kasih." pria berbaju biru itu kemudian meninggalkan rumah orangtua Intan dengan cepat.

"Intan gila?" tanya ayah jiazhen lagi.

"Iya. Intan sedang gangguan jiwa. Dia butuh perawatan yang serius saat ini," jawab ayah Intan dengan malu.

"Kalau begitu ayo pulang! Masak Jiazhen mau nikah sama orang gila," ibu Jiazhen kecewa keras mendengarnya. Padahal, sebelumnya ayah Jiazhen sudah mendengar cerita dari ayah Jiazhen dan Jiazhen kalau calon menantunya itu seorang purti yang cantik dan cerdas.

"Pernikahan ini tidak perlu dilanjutkan. Cukup sampai di sini saja."

Ayah Intan menghentikan langkah keluarga Jiazhen. Dia menahan untuk tidak serta-merta mengambil keputusan. Dia meyakinkan bahwa putrinya akan segera sembuh.

"Intan akan segera sembuh. Intan tidak gila seperti yang dipikirkan orang lain. Dia hanya terlalu banyak berpikir. Sehingga sistem otaknya tak mampu mengendalikan. Dia akan sembuh. Pernikahan ini akan berlanjut setelah Intan sembuh."

Keluarga Jiazhen tak menanggapi. Merela langsung pergi meninggalkan rumah orangtua Intan. Kedua keluarga ini pun kecewa berat akan rencananya menyatukan Jiazhen dan Intan.

"Ribuan perempuan sedang menunggumu. Tak perlu lagi berharap pada orang gila," ucap ibu Jiazhen sambil pergi.


VOTE & KOMEN GUYS. THANKS

Kamu Yang PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang