Memori

40 9 3
                                    

Otakku terlalu banyak menyimpan kenangan bersamamu. Hingga memori penyimpananku error dengan seketika. Apalagi kenangan saat kamu menciumku mesra.
===============================

Pagi itu, Intan mengenakan pakain hijau khusus pasien di rumah sakit jiwa. Dia digabungkan dengan puluhan pasien lain penderita jiwa. Dia terlihat senyum-senyum sendiri duduk di trotoar taman.

Dokter cantik yang memiliki nama lengkap dr. Ervina Rahmawati, Sp.KJ itu datang menghampiri Intan. Dia mengajaknya bicara. Tapi masih tetap belum nyambung seperti biasaya.

"Kamu di sini Intan. Padahal aku nyariin kamu."

"Yeye.... EO pernikahanku datang. Sudah dapat konsep kan untuk pakaian yang kami pakai sama Stepen?" tanya Intan dengan bahagia pada Ervina.

"Sudah. Semuanya sudah beres. Sekarang ayo ikut aku!" dokter muda itu kemudian mengajak Intan menuju ruangannya.

Dengan rasa bahagia Intan mengikut dari belakang Ervina. Sesampai di ruangan, Ervina mengajak Intan bicara sebanyak-banyaknya. Meskipun yang dibicarakan Intan tak pernah nyambung dengan apa yang ditanya.

Tapi Ervina mencoba memancing Intan untuk lebih banyak bicara. Dia berusaha seolah-olah ikut di dalam cerita Intan. Semangat Ervina luar biasa untuk menyembuhkan Intan dari penyakitnya. Intan bicara apa adanya pada dokter Ervina.

Tak ada mengenal kata sungkan dan malu. Karena memang posisi Intan sedang tidak normal. Sehingga apa pun yang disampaikannya hanya sebatas bicara. Tak pernah memikirkan apa akibanya.

"Lalu apa yang membuat kamu bahagia sama Stepen?" Ervina mengintrogasi Intan untuk mendapatkan informasi lebih dalam untuk proses penyembuhan penyakitnya.

Intan menjawab singkat, "Perhatian sama senyumnya."

"Apa kamu bisa membayangkan seperti apa senyumnya?" dokter Ervina kembali memancing Intan bicara. Tapi tak berhasil lagi. Intan malah tertawa sendiri mendengar Ervina bicara. Mungkin menurutnya Ervina sedang bicara lucu. Sehingga Intan pun tak bisa dihentikan dari ketawanya.

Ervina kemudian mengajak Intan kembali bermain di taman dengan para pasien dan psikolog. Namun kali ini Intan kembali ditanya sama psikolog sambil bermain di taman. Psikolog ini memberikan permainan pada Intan berbeda dengan yang biasa dilakukan kepada pasien gangguan jiwa.

Psikolog itu menyediakan dan mengisi penuh sebuah bathtub dengan air. Kemudian psikolog itu memberikan tiga buah benda pilihan kepada Intan, di antaranya sendok teh, cangkir kopi dan ember.

Jika Intan memilih benda pertama yakni sendok teh, maka Intan akan tetap menginap di rumah sakit jiwa itu. Pada dasarnya, sendok teh untuk menyendok air sebagai mana bisa digunakan semua orang. Tapi itu tidak cukup untuk mengosongkan air di dalam bathub yang sudah diisi penuh air.

Bayangkan berapa jam akan digunakan seseorang untuk mengambil semua air di dalam bathub yang berisi penuh air. Kemudian berapa banyak energi yang dihabiskan untuk melakukannya sampai tuntas. Meskipun sebenarnya sendok teh banyak digunakan oleh narapidana kelas berat untuk mengorek dan menggali bagian tertentu sel-nya.

Namun, jika Intan memilih benda kedua yakni cangkir kopi. Maka Intan akan ditangkap dan tetap dimasukkan ke dalam ke dalam rumah sakit secara paksa. Cangkir kopi banyak digunakan untuk menampung air. Walaupun ukurannya lebih besar daripada sendok kopi, tetap saja ukurannya masih kurang untuk mengeluarkan air yang berisi penuh di bathub.

Intan akan tetap dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa karena memilih wadah yang salah. Kalau dia tidak memilih, tentu Intan tidak akan dimasukkan ke rumah sakit jiwa yang dipenuhi pasien bermasalah mental. Duani di mana menjadi tempat berhalusinasi setiap saat.

Jika Intan memilihnya, maka Intan harus mengucapkan goodby pada keluarga untuk waktu yang tidak singkat. Menginap dan menjalani perawatan hingga sembuh di gedung yang penuh dengan tawa dan sedih tak berarah itu.

Namun, jika Intan tetap memilih benda yang ketiga, yakni ember. Maka Intan selamat dari jebakan psikolog untuk memasukkan dengan tempo yang panjang di rumah sakit jiwa. Namun demikian, kalau tetap memilih ember seperti pilihan kebanyaka orang di luar sana. Maka Intan tetap harus masuk rumah sakit jiwa.

Ember banyak digunakan orang untuk memindahkan air dengan cepat. Ukurannya memang paling besar di antara ketiga pilihan tadi. Tapi pilihan ini tetap akan memasukkan Intan pada rumah sakit jiwa yang menyeramkan bagi pasien.

"Intan kamu pilih yang mana di antara ketiga ini untuk mengosongkan bathub ini?" psikolog itu menawarkan tiga alat mengosongkan air bathub, di antaranya sendok teh, cangkir kopi dan ember.

Tanpa menjawab, Intan langsung memilih dengan cepat cangkir yang berwarna putih itu. Memang unik, cangkir itu bergambar hello kity. Perempuan mana yang tidak suka? Hampir semua perempuan menyukai hello kitty itu.

Dengan demikian, psikolog dan dr. Ervina sepakat untuk tetat memberikan rekomendasi kepada keluara Intan untuk membiarkan menginap untuk waktu yang tidak ditentukan di rumah sakit jiwa.

Hal ini disepakati dengan hasil pilihan Intan saat uji kejiwaan yang memilih cangkir kopi untuk mengosongkan bathub berisi air penuh. Karena pada dasarnya, jika orang normal tidak akan memilih ketiga pilihan itu. Orang normal akan mencabut tutup atau penyumbat saluran pembuangan air di bathub. Sehingga air yang penuh dengan mudah dikosongkan tanpa menghabiskan energi yang banyak.

"Intan harus mendapatkan perawatan yang lebih serius di sini, dok. Dia belum bisa dipulangkan pada keluarganya. Jika dipulangkan, maka bisa dipastikan dia akan selalu berimajiner setiap saat. Tugas kita harus memberikan kesibukan pada dia. Supaya otaknya gak selalu berhalusinasi," psikolog itu memberitahu dokter Ervina.

"Baik. Pihak rumah sakit akan segera memanggil keluarga Intan untuk memberitahu kondisinya. Menurut pandangan ilmu psikolog apa Intan menderita gangguan jiwa tergolong berat?" tanya dr. Ervina santai.

Psikolog itu menaikkan sebelah alis keningnya, "Bukan berat. Tapi kita yang harus menanganinya dengan serius. Hanya saja terlalu banyak kenangan di otaknya yang sulit dilupakannya."

"Parah sekali ya urusan cinta ini? Jika seperti ini, maka cinta itu sungguh tak penting. Bisa-bisa anak muda sekarang semua jadi gila."

"Cinta itu kan gila," sambung psikolog bergurau santai yang disambut ketawa kecil dr. Ervina.

"Kalau cinta itu gila. Lalu kenapa cinta membuat sempurna? Ada miliaran pasangan di dunia ini yang setiap saat tertawa bersama."

"Tidak semua ketawa juga bahagia. Kadang untuk menutup kesedihan ada yang rela berpura-pura bahagia. Spesies seperti ini adalah orang yang gak mau membagi kesedihannya," ucap psikolog itu kemudian.

"Memori Intan sudah dipenuhi dengan asmara. Dan itu tugas kita bersama untuk membersihkannya. Kalau diizinkan, kita akan memformatnya supaya kenangan yang dimilikinya hilang semua," kata dr. Ervina yang disetujui psikolog yang masih santai di kursi ruangan Ervina.


Vote dan komen ya. Terima kasih

Kamu Yang PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang