Skenario

40 3 0
                                    

Move on yang gagal adalah, menceritakan kebiasaan manis bersama dia kepada pasangan sahnya.
=======================

MALAM itu, Intan mengecek isi lemari yang ada di kamarnya. Dia ingin menganti lensa kamera yang dibeli Jaizhen beberapa bulan lalu. Kebetulan, Intan menyimpan lensa kesayangannya di lemari koleksinya. Tapi Intan malah menemukan sesuatu yang mencurigakan.

Intan mencoba membuka isi stopmap folio yang berisi kumpulan berkas penting. Dia membaca satu per satu isi dari surat-surat penting tersebut. Tapi dia tak berpikir aneh-aneh menggapinya.

Sedangkan Jiazhen sedang sibuk mengetik pada keyboard laptop miliknya di atas meja kerja dalam kamar. Intan kemdudian memanggil Jiazhen.

"Sayang, berkas-berkas apa ini?" tanya Intan dengan polos pada Jiazhen yang sedang serius meraba laptop.

Bukannya dijawab, tapi Jiazhen langsung berdiri refleks menuju Intan yang sedang membaca berkas di tangannya.

"Ini surat penting," ucap Jiazhen sambil mengambil berkas dari tangan Intan.

"Sebentar. Aku mau baca dulu," kata Intan.

"Gak usah. Ini berkas penting. Nanti rusak," sebut Jiazhen sambil membereskan tumpukan berkas itu. Jiazhen kemudian dengan sigap merapikannya ke dalam stopmap folio itu.

"Katanya mau cari lensa kamera. Tapi kok malah lihat-lihat berkas pentingku."

"Berkas apa itu?" tanya Intan pura-pura tidak paham.

"Itu berkas kantor sayang. Kenapa sih kamu kok sentimen begitu?"

"Kalau berkas kantor kenapa aku gak boleh lihat. Aku kan istrimu. Apa salahnya seorang istri tau urusan suaminya? Gak ada salahnya kan?" tanya Intan yang mulai memancing suasana.

"Tapi ini beda sayang. Ini urusan pekerjaan pentingku. Kamu ngerti kan kalau aku sibuk sekali?"

"Hubungannya apa sama kamu sibuk. Itu berkas apa?" tanya Intan memaksa.

"Gak usah dibahas itu sayang. Kita makam malam di luar aja yuk! Aku butuh refresh otak nih," Jiazhen mulai mengalihkan pembicaraan.

"Aku gak mau. Itu berkas apa dulu?" tanya Intan yang tak mau memindahkan topik pembicaraan.

"Kamu ini dibilangin kok ngeyel terus ya? Itu berkas kantorku. Gak usah sedatail itu lah urusan kantor saya," Jiazhen meninggikan irama suaranya.

"Sudahlah. Kamu diam saja tentang urusan ini," sambung Jiazhen yang mulai marah.

"Diam! Tidak. Aku akan teriak kalau kamu ingin menguasai perusahaan orangtuaku. Itu kan isi berkas di dalam stopmap folio itu," Intan berdiri sambil menunjuk muka Jiazhen.

"Sayang, kamu jangan berpikir aneh-aneh. Mana mungkin aku mau menguasai perusahaan orangtua kamu. Malah aku yang akan berusaha memberikan yang terbaik untuk perusahaan orangtua kamu. Kamu jangan berpikir yang macam-macam lah. Orangtua kamu, orangtuaku juga," Jiazhen meraih pundak Intan menenangkan suasana.

"Kau kira aku ini orang bodoh. Begok. Tak berpendidikan. Kamu salah besar Zen. Akui saja kalau kamu ingin menguasai perusahaan orangtuaku. Itu kan tujuan kamu menikah bersamaku?" tanya Intan berterus terang.

"Seandainya dia tidak mengungkit masa lalunya, maka ini tidak akan terjadi," kata Jiazhen dalam hati kecilnya.

Sejak menikah, Intan selalu menceritakan kenangan manisnya bersama Stepen. Dia selalu membandingkan Jiazhen dengan Stepen yang sudah lama meninggalkan alam penuh skenario ini. Intan belum bisa move on dengan anggun bersama Jiazhen. Percikan kenangan di taman kota itu masih segar di ingatan Intan yang menjadi topik pembicaraan kala di kasur.

"Kenapa gak dijawab? Kamu ingin menguasai perusahaan orangtuaku kan?" tanya Intan lagi setelah beberapa saat Jiazhen terdiam.

"Kalau iya kenapa?" tanya balik Jiazhen.

"Oh ..., ternyata kamu penipu berkedok pernikahan. Hebat sekali kamu Zen! Salut sama skill kamu," Intan tepuk tangan kepada Jiazhen.

"Itu semua karena ulahmu," timbal Jiazhen.

"Ulahku?"

"Iya. Itu semua terjadi karena ulahmu. Kamu tau kan sakitnya disia-siakan. Tau kan rasanya kalau suami pulang kantor gak disambut istri? Kamu itu gak lebih dari racun. Setiap aku kembali ke rumah ini. Aku selalu menyimpan sakit karena menjadi orang asing di samping istri sendiri," kata Jiazhen.

Intan terdiam mendengar alasan Jiazhen. Dia mulai berpikir bahwa ketidakbisaannya move on adalah musibah besar dalam hidupnya.

"Kalau kamu marah sama aku, lalu kenapa kamu merebut perusahaan orangtuaku?" ucap Intan.

"Biar kamu sekeluarga tau rasanya jadi orang gembel. Mulai detik ini, kamu bukan lagi istriku. Aku menceraikan kamu malam ini juga," Jiazhen memutuskan hubungannya dengan Intan di malam dingin itu.

***

Ketika Jiazhen menaklukan ayah Intan. Semua berkas perusahaan sudah ditanda tangani ayah Intan dengan perpindahan nama pemilik menjadi milik Jiazhen. Tak ada yang curiga, karena permainan Jiazhen sungguh manis untuk mendapatkan semua tanda tangan ayah Intan.

"Minta tolong ditanda tangani surat saya ini, Pak. Kebetulan saya mendapat tawaran menjadi direktur di perusahaan," Jiazhen merayu ayah Intan saat itu untuk mendapatkan tanda tangannya. Tapi Jiazhen saat itu menutupi keterangan dari isi surat yang diberikan kepada ayah Intan.

Namun ayah Intan tak menyimpan rasa curiga kepada menantunya ini. Ayah Intan langsung saja memberikan tanda tangannya tanpa memikirkan akibatnya. Kini semua perusahaan keluarga Intan sudah menjadi milik Jiazhen sepenuhnya.

Vote dan Komen ya gusy.
Terima kasih

Kamu Yang PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang