Kejutan Ke-20 Kali

37 5 0
                                    

Jika laki-laki sudah cinta. Maka pengorbanan harta bukan masalah lagi baginya untuk menyenangkan pasangannya.
============================

"Sayang, kalau ada kurir yang mengantar sesuatu hati-hati ya! Kalau bisa segera cek isinya. Aku khawatir isinya narkoba. Bye, bye sayang. Aku kerja dulu," sambungan telepon itu masih menyala.

"Jangan dimatiin dulu, Zen!"

"Kenapa sayang?" tanya Jiazhen dengan santai.

"Kamu pulang jam berapa? Aku kangen sama kamu."

"Bukankah tadi pagi baru jumpa ya?" tanya Jiazhen dengan suara yang terdengar tak serius.

"Iya sih. Tapi udah kangen lagi."

"Mungkin malam ini aku gak pulang tepat waktu. Banyak kerjaan aku di kantor. Jadi harus lembur," kata Jiazhen.

"Apa gak bisa ditunda sayang?" Intan kecewa dengan ucapan Jiazhen.

"Sepertinya gak bisa sayang. Maaf ya sayang. Suami kamu harus kerja sampe malam."

"Iya sudah," jawab Intan tak semangat.

"Iya udah. Aku kerja dulu ya sayang. Jangan lupa cek kiriman kurir nanti ya!"

"Hemmmm ..." ucap Intan seadanya.

Pernikahan mereka sudah berjalan beberapa tahun. Namun keharmonisan masih terlihat rekat di keluarga Intan dan Jiazhen. Tak ada tanda-tanda akan retaknya sebuah keluarga.

Apalagi Jiazhen yang pintar mengambil hati Intan. Bukan hanya itu, tapi Jiazhen bisa menguasai hati keluarga Intan dengan seketika. Sehingga kehidupan Intan dan Jiazhen selalu terlihat berbeda dengan pasangan yang lain.

"Siapa yang telepon Intan?" tanya Ibu Intan yang datang tiba-tiba dari dapur.

Dengan wajah ceria Intan menjawab, "Jiazhen, Bu."

"Tumben baru berangkat kerja udah telepon. Apa ada yang ketinggalan?" tanya Ibu Intan yang khawatir ada tertinggal kepentingan kantor Jiazhen.

"Gak ada, Bu. Jiazhen hanya minta hati-hati menerima kiriman dari kurir nanti."

"Kiriman?"

"Iya, Bu. Kata Jiazhen nanti ada kiriman ke rumah ini. Tapi gak tau apa isinya. Jiazhen takut dikirim sama orang narkoba. Makanya dia minta dicek isi kirimannya sebelum kurir itu pergi."

"Waduh, sekarang ini memang lagi heboh kiriman fiktif yang isinya narkoba. Kalau gitu tunggu aja di depan kurirnya. Bisa-bisa ada orang yang akan menjebak keluarga kita," kata Ibu Intan sambil mengerutkan jidatnya ketakutan.

"Jangan suuzan, Bu. Siapa tau kiriman kurir itu bermanfaat."

"Apa kamu gak tau sudah banyak orang yang masuk penjara gara-gara kiriman fiktif. Itu bahaya sekali Intan. Bisa-bisa direncanakan sama orang lain dengan membawa polisi sekalian. Lalu kita ditangkap semua," Ibu Intan sudah berpikir jauh karena ketakutan dengan isu kiriman fiktif yang berisi narkoba.

"Ayo kita tunggu di depan!" Ibu Intan mengajak Intan menunggu kiriman itu di teras rumah.

Sekitar lima belas menit mereka duduk berdua di teras rumah, datang seseorang yang menggunakan sepeda motor matic dengan baju warna biru yang bersulam keemasan.

"Permisi, Bu!" ucap orang itu dengan sopan sambil menuju ke teras rumah.

"Eh, tunggu-tunggu," Ibu Intan menghentikan langkah pria itu menuju teras.

"Ada apa, Ibu?" tanya pria yang memiliki perawakan kurus dan tinggi di teras.

"Kamu mau menjebak keluarga kami ya? Jangan bawa narkoba ke sini. Siapa yang menyuruh kamu mengantar narkoba ke rumah kami ini?" Ibu Intan langsung berdiri mengusir pria itu.

Kamu Yang PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang