BAB 15: Hati Yang Dikuatkan

4.8K 746 40
                                    

IMAM MASA DEPAN
Written By: Sahlil Ge

BAB 15: Hati Yang Dikuatkan
Diunggah pada: 10/12/2017
Revisi: --/--/----

***

Hak cipta diawasi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

***

BAB 15

HATI YANG DIKUATKAN

{Dinda Humaira Rasyid}

1

Dua malam terakhir aku sudah melakukan pertaruhan pertama. Sajadah terhampar seolah seluas samudera. Dan aku terhuyung pada terpaan-terpaan ketakutan diri. Aku menebus seutuh malam untuk bermunajat kepada Allah. Terhanyut dalam isakan yang sukar berhenti. Membuat hati lemas dan begitu terasa gelayutnya.

Ya Rabbi...
Jika sekarang hamba sedang jatuh cinta. Bolehkah hamba meminta dia juga jodohnya?

Aku menangis untuk banyak hal. meminta maaf untuk jarak dekat dan semua kontak mata. Aku memohon ampun karena merasa jatuh cinta pada laki-laki itu. Aku memohon ampun atas rasa nyaman ketika dekat dengannya. Dan ampunan terdalam untuk apa yang terjadi petang itu. Abi pasti akan marah besar kalau tahu aku membonceng laki-laki. Tapi, ketakutanku lebih lagi hanya kepada Allah.

Berusaha untuk tetap selirih mungkin agar tidak membangunkan mereka yang sedang terlelap. Hatiku seolah terangkat, membumbung sampai pada puncak-puncak kerinduan untuk mereka yang tak terlihat.

Allah, Engkau pasti tahu betapa rindunya hamba pada Engkau. Tak terukur dalamnya samudera. Tak tergapai tingginya langit. Tak terhitung jumlah bintang. Rinduku tak bisa dipatok batas. Jangan hukum hamba atas apapun, hamba tak akan kuat. Maha Suci Engkau sebanyak kalimat-kalimatMu. Biarkan suciku tetap terjaga. Ampun aku, Ya Ghofar. Pengakuanku pada semua dosa, sebelum Kau mengadili hamba kelak. Pertemuan tatap muka berdua di pengadilan agung.

Lalu kerinduan itu tertumpah pada nama baginda Rasulullah Saw. Yang dalam pejam mataku berusaha sekuat apa melukis wajahnya dalam guratan angan, tak tergambar juga. Engkau pasti sangat tampan Ya Rasulullah. Engkau pasti sangat terang. Aku juga jatuh cinta padamu wahai nabi. Hatiku terbelah pertama kali pada namamu. Aku menerbangkan sholawat cinta padamu Ya Rasulullah. Hatiku selalu berbisik tentangmu. Kelak di padang mahsyar, kenalilah suaraku ketika mencari-cari syafaatmu. Suara kerinduan dari umatmu yang penuh dosa ini. Ya nuurul huda, ana uhibbuka. Kelak datanglah bersama Izrail ketika dia mencabut ruhku, katakan padanya agar mencabutnya dengan pelan. Atau tersenyumlah engkau di sana, aku yakin melihat itu akan membiusku pasa rasa sakitnya saat ruh tercabut.

Sebagai seorang perempuan, masih dalam keadaan gadis adalah masa-masa penuh bahaya. Senyumku bisa menjadi pedang yang menikamku sendiri. Suaraku bisa menjadi guntur yang menyambar diri sendiri. Banyak serigala-serigala yang mengintai. Menatap penuh liur dari kejauhan. Tapi, laki-laki yang memiliki rasa padaku itu bukanlah serigala. Dia melintasiku tanpa melempar tatapan pemangsa. Dia lebih banyak menundukkan matanya dari pada meluruskannya. Dia lebih banyak berpaling dari pada fokus padaku. Tapi getaran hatinya, aku bisa merasakannya dengan pasti.

Dari tempat kita makan surabi itu, aku tidak lanjut memboncengnya. Aku jalan kaki menyusuri trotoar sepanjang jalan pulang. Apakah dia lantas meninggalkanku? Tidak. Abimana Ilyas memelankan motornya tak jauh dari posisiku berjalan. Bahkan dia yang membuat sekian banyak kendaraan berhenti agar aku bisa menyeberang jalan, di titik inilah kami berpisah untuk tidak menyengajakan pertemuan. Dia mengikat lehernya pada pasak yang disebut janji untuk tidak mencabik apapun yang sudah aku jaga. Dia meminta maaf atas apa yang pernah dia lakukan, termasuk perasaannya sendiri. Dia memohon sebuah ampun karena jatuh cinta padaku.

Imam Masa Depan [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang