BAB 10: Yang Aku Tak Tahu

3.6K 385 88
                                    

TASBIH SANG KIAI
Written By: Sahlil Ge

BAB 10: Yang Aku Tak Tahu
Diunggah pada: 12 Juli 2019
Revisi: --/--/----

***
Hak cipta diawasi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
***


{INARA}

Rasanya begitu sulit. Seolah aku sudah kehilangannya sebelum bisa memiliki.

Sejak saat itu pula, aku sadar bahwa aku sudah dalam perlindungan yang kuat. Aku tahu Allah ada di sisiku selama ini. Malam kuhabiskan dalam simpuh. Aku sholat dua rokaat satu salam entah berapa kali tanpa kuhitung. Dan surat yang kubaca pun berulang-ulang hanya Al-Ikhlas dan Al-Kafirun. Aku belum menghafal banyak surat dalam Alquran bahkan yang pendek sekalipun. Tapi aku hanya ingin Allah tahu, bahkan dalam keputusasaan yang begitu mendera aku masih merengek untuk tetap diakui sebagai hamba-Nya.

Aku sangat yakin Allah berada di pihakku untuk situasi ini. Aku tidak pernah melakukan perbuatan yang akibatnya sebuah kehamilan dalam keadaan sadar. Bahkan aku tidak menyadari apapun ketika Dave melakukannya. Demi Allah.

Genap tiga hari aku tidak ingin keluar rumah. Keluar pun mau apa? Aku sudah tidak punya pekerjaan. Dan bukan itu yang aku butuhkan. Tapi orang-orang yang akan mempercayai kisahku yang sebenarnya dan tidak memposisikan aku sebagai pelaku berdosa.

"Aku tidak tahu harus memberimu saran yang bagaimana lagi," Tyra terlihat sedih. Dia salah satu orang yang sepertinya tak akan meninggalkanku dalam situasi apapun. "Menggugurkan kandungan bukanlah kebiasaan orang kita, Bella," kecuali dia masih memanggilku Bella. "Mungkin kalau kau belum pindah agama semua ini tidak terlalu bermasalah."

"Hanya saja semua ini sangat sulit untuk dipahami olehmu, Tyra," kataku menangis.

"Kau ingin aku membunuh Dave?"

"Bahagia rasanya jika orang seperti itu musnah dari kehidupan ini. Tapi aku tidak ingin kau melakukan itu. Atau orang lain, itu tidak akan mungkin. Amarahku mungkin akan bertahan, tapi tidak untuk mengakhiri nyawa siapapun. Entah itu bayiku, atau Dave."

Tyra menahan napas saat menatapku. "Kau membuatku habis berpikir," kepalanya menggeleng. "Kalau kau tak bisa bersama Abimana. Bukankah jalan terbaiknya kau ... maksudku, Dave kurasa mau menikahimu?"

"Itu memang keinginan Dave, kau tahu?! Dan menikah dengannya sama saja kau membiarkan aku hidup bersama seseorang yang mengakhiri kebahagiaanku."

"Bukan berarti aku memaksamu untuk berkehendak lain. Tapi-."

"Dengar," aku mengangkat tangan dan memejam, "Aku tidak butuh ada laki-laki yang mau mengakui anak ini. Yang kupikirkan sepanjang ini adalah bagaimana aku harus mengakhiri kisahku dan Abimana tanpa terasa terlalu sakit." Dan air mata hangat menderai lagi. "Aku tahu itu mustahil, Tyra. Aku juga khawatir dia akan sangat terluka kalau sampai semua ini berakhir."

Tyra bergeser ke sisi tempat tidurku, lalu dia meraih jemariku yang gemetar. "Itu tergantung apakah kau mau mengakhirinya atau tidak."

"Tentu tidak, tapi harus bagaimana lagi?"

"Kurasa kau perlu memberitahu Abimana. Apapun reaksinya, jika dia benar-benar mencintaimu kurasa dia pasti akan memperjuangkanmu."

"Bagaimana pun seorang laki-laki juga berperasaan, Tyra. Mereka juga mendambakan sosok yang utuh. Dan belum sampai pada pernyataan itu saja, aku sudah melihat ujung dari hubungan ini. Pengorbanan cinta memang benar-benar ada, tapi tidak untuk yang seperti ini."

"Kau mencintainya bukan?"

Aku menggeleng, "Sangat."

"Lalu kenapa kau harus mengakhirinya? Sembunyikan saja kehamilanmu. Rahasiakan."

Imam Masa Depan [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang