IMAM MASA DEPAN
Written By: Sahlil GeBAB 14: Antara Kita
Diunggah pada: 08/12/2017
Revisi: --/--/----***
Hak cipta diawasi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
***
BAB 14
ANTARA KITA{Abimana Ilyas}
1
Beberapa hari yang lalu orang tua Raja tiba di sini. Dia sendiri yang menjemputnya di Bandara. Dan akhirnya mereka lebih memilih untuk membayar kamar di hotel seberang. Tentu karena satu daerah, Taqi juga ikut menginap di sana untuk melepas rindu dengan sesama orang Aceh. Sementara di asrama waktu itu cuma ada saya sama Banda.
Hari kedua saya masih belum bisa bertatap muka dengan tamu jauh itu. Karena berdasarkan info yang Raja beri mereka akan main ke Asia-Afrika dulu. Itu pun mereka ditemani Taqi karena Raja ada observasi penelitan yang jelas tidak mungkin ditinggalkan.
Hari ketiga, setelah mereka puas berkunjung ke Cibaduyut, barulah ada sempat untuk mampir ke asrama. Beruntung saya dan Banda juga ada di asrama.
Ayah Raja memiliki tubuh yang cukup tambun, tapi diimbangi dengan postur yang tinggi, raut wajahnya tegas dan terlihat cukup berwawasan. Tak heran dengan profesinya sebagai guru olahraga. Sementara ibunya, duh, kalem sekali, cantik, dan sangat lemah lembut ketika bicara. Dari profesinya yang sebagai bidan desa sangat jelas cara beliau berbicara sungguh bersahabat. Untung saya sama Banda sudah berkemas asrama jadi tidak ada kritik apapun soal kebersihan.
"Jadi Abimana asli sunda?" tanya Ayahnya Raja. Tapi wajahnya masih tidak percaya.
"Tepat sekali, Pak."
"Kok saya ragu. Dari keluarga nggak ada yang keturunan Arab, India, atau mungkin Aceh? Karena hidung kamu kok eksotis begitu," beliau tertawa hangat.
Saya menatap Taqi yang sedang menahan tawa. "Mungkin karena gen dari Ibu, Pak," jawab saya sekenanya.
"Oh begitu. Dari wajah-wajah kalian ini saya rasa memang cocok dengan jurusan masing-masing," beliau berkomentar lagi. "Semoga bisa rukun ya."
Semua yang di sana mengamini. Kedatangannya ke sini juga ada kesan tersendiri bagi Ibunya Raja. Kebetulan beliau ikut grup ODOJ yang dikepalai oleh Ustadzah asal Bandung dan hari ini katanya beliau tidak menyangka bisa bertemu.
"Rasanya seperti mimpi. Padahal biasanya ngobrol ya lewat WA," begitu tuturnya.
Semenjak percakapan itu, saya malah menangkap raut tak biasa pada Raja. Dia seolah menyembunyikan sesuatu dari kami, terutama setelah dua hari ini tak kelihatan sebab menemani orang tuanya. Seperti ada beban dan permasalahan yang akan bisa reda kalau kedua orang tuanya segera kembali ke Aceh. Sesekali saya juga berpikir, apa hanya karena kangen mereka datang jauh-jauh dari Aceh ke Bandung? Atau, saya berani bertaruh ada yang akan Raja bahas mengenai ini.
Saat Raja mengirim pesan ketika saya sedang makan surabi bareng Dinda, dia memang baru pulang dari mengantar orang tuanya ke terminal. Karena mereka tidak langsung terbang ke Aceh, tapi ada kunjungan keluarga di Semarang, baru setelah itu pulang.
Setelah saya sampai di asrama, di sana hanya ada Raja yang sedang duduk menyendiri di balkon.
"Stres kalau dibawa sendirian nggak akan hilang," kata saya ketika bergabung dengannya, bersandar di ambang pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Masa Depan [Segera Terbit]
Spiritual[Work ini berisi Buku 1 & 2] "Bagiku, kamu seperti tanda saktah dalam Al Quran. Hanya bisa kulalui setelah menahan napas sebentar saja."