BAB 3 - Tujuh

3.9K 500 66
                                    

TASBIH SANG KIAI
Written By: Sahlil Ge

BAB 3: Tujuh
Diunggah pada: 03/06/2018
Revisi: --/--/----

***

Hak cipta diawasi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

***

{Bella}

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

{Bella}

"Bagaimana menurutmu?" aku bertanya pada Tyra. Dia membawaku pergi ke sebuah pub tak jauh dari hotel tempat di mana dia bekerja.

"Tunggu, sejujurnya aku sedang mengkhawatirkan keadanmu sekarang. Apa kau baik-baik saja?"

"Entahlah," jawabku lesu. Lalu menghela gumpalan napas di dada.

"Pria itu memang terlihat baik. Hanya saja aku bisa sedikit tahu tentang pria dengan hidung sebagus itu memang biasanya sangat sulit untuk dipengaruhi. Dia hanya akan mengambil sesuatu dengan pertimbangan instingnya sendiri."

"Bagaimana itu bisa meyakinkan?"

"Aku tahu saja. Saat tadi dia mengantarmu ke hotel untuk menemuiku, dan sebelum dia akhirnya pulang dengan mobilmu. Aku cukup lamat memperhatikan wajahnya."

"Dan kau menyimpulkan seperti itu?"

"Begitulah. Kau yakin akan melanjutkan berjuang untuk dia?"

"Mungkin kali ini bukan untuk dia."

Tyra menelengkan kepala lalu menyesap koktailnya. "Lalu?"

Aku menegakkan punggung dalam posisi duduk. Memegangi tangannya untuk mengatakan sesuatu, "Tyra."

"Katakan saja."

"Apa kau masih akan mau jadi temanku kalau aku berubah nanti?"

Tyra menggeleng dengan senyuman. Ibu jarinya mengusap punggung tanganku.

"Aku ingin segera masuk Islam."

"Okey?"

"Kau tidak keberatan?"

"Bella, kau tahu apa yang membuatku betah berlama-lama jadi orang terdekatmu?"

Aku menjawabnya dengan gelengan.

"Itu karena kau tak pernah memprotes gaya hidupku yang sebebas merpati jalanan. Ya, pengecualian untuk pekerjaanku. Aku kabur dari rumah, kau menyambutku. Aku terlibat hutang, kau ada di sana menolong. Sekarang bagaimana bisa aku melarang dan menjauhimu hanya karena kau merasa sudah punya tempat yang nyaman untuk ruhanimu? Itu penemuanmu, pencapaianmu, hasil dari apa yang selama ini kaucari-cari. Aku tahu Abimana hanya muncul pada saat kau sedang melakukan perjalanan ini. Ini bisa dimisalkan seperti ketika kau mengambil rute sekitar pantai, dan kau terpikat pada seekor binatang lucu yang kau temui di tengah jalan, kau mendekatinya, kau mengambilnya, dan kau juga menginginkannya. Tapi kembali lagi, apakah hewan manis itu mau bersamamu atau tidak. Jika akhirnya dia melompat pergi, apa lantas kau akan urung melanjutkan perjalanan? Tujuan kita tak harus ikut berubah hanya karena kau melewatkan satu toko suvenir idaman."

Imam Masa Depan [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang