The Winner

39 2 0
                                    

#lagiGakAdaQuote

[..]
 

    
SINAR melirik jam tangannya dipergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 9.30 pagi dan ini berarti tiga puluh menit lagi ia harus sudah berada di sekolah. Menjelang hari H seleksi drama untuk film pendek, Sinar telah berlatih dan menyiapkan mental semaksimal mungkin agar dia menjadi juaranya. Jangan sampai ia gagal untuk misi kedua.

   Ini kesempatan emas untuk bertemu dengan Dimas dan kesempatan ini tak akan Sinar sia-siakan. Ia tak peduli akan bersaing dengan Ifey yang notabennya sahabat kecilnya sendiri.

TING!

Dimas : semangat!

     Hanya satu kata, namun sukses membuat jantung Sinar berdegub kencang. Apa mungkin ia mencintai seseorang yang bahkan sampai saat ini ia tak tau wajahnya?

         Sedangkan disisi lain Shandy, Deka, Azzam dan Alden berada dimobil menuju Ravalen High School. Acara seleksi drama ini memakan dana yang bisa diilang sedikit. Mulai dari tenda dan panggung, makanan dan minuman, dan lainnya.

Semua perwakilan eskul dan organisasi diwajibkan untuk hadir minimal lima orang. Kecuali eskul jurnalistik dan drama, seluruh anggotanya diwajibkan hadir dikarenakan mereka merupakan tokoh utama dalam acara seleksi drama ini. Dan jika mereka melanggar akan dikenakan denda.

        Tentu saja, hal itu membuat seluruh anggota eskul drama menggerutu.

Bagaimana tidak? Eskul drama sama sekali tidak berkaitan dengan acara ini, kenapa seluruh anggotanya diwajibkan datang? Ini acara anak jurnalistik tapi kenapa anak drama juga dikaitkan disini? Apa karena ini seleksi drama mereka harus dikaitkan? Atau karena salah satu anggota mereka, Ifey ikut jadi mereka harus dikaitkan seperti ini? Menyebalkan.

        Padahal dihari minggu ini mereka berempat mempunyai rencana sendiri. Azzam yang berencana untuk bersepeda sejauh mungkin, Deka yang berencana bermain rubik, menonton film kartun hingga petang, membaca komik dan bermalas-malasan ria di rumah, Alden yang berencana melakukan penelitian KIR sekaligus refreshing sejenak dan Shandy yang berencana bermain basket. Dan rencana tersebut sirna karena acara eskul jurnalistik ini.

      “Untung gue bukan anak OSIS” celoeh Azzam pada teman-temannya tanpa mengalihkan pandangannya dari komik yang ia baca. Ia cukup prihatin melihat anak OSIS yang sejak hari sabtu kemarin tampak kelelahan mengurusi acara tersebut.

Padahal ini acara eskul jurnalistik dan harusnya OSIS hanya membantu sedikit. Namun kenyatannya malah berbalik. Ia tak bisa membayangkan kalau ia menjadi anggota OSIS, tenaga, waktu, pikirannya pasti terkuras.

    “Yang punya acara eskul jurnalistik yang repot malah OSIS. Siapa sih ketua eskul jurnalistik?!” komentarnya tak sadar.

      “ Kalau lo lupa, gue ingetin. Ketua eskul jurnalistik kak Zalwa Afnoya. Mantan pertama lo!” Celetuk Alden dengan penuh penekanan sambil memainkan rubik kesayangan Deka. Azzam yang duduk disamping Deka yang tengah menyetir menoleh pada Deka yang duduk di belakang.

Azzam memberikan tatapan tajam pada cowok itu yang dibalas sengit oleh Alden.

      “Jangan ribut dimobil gue” peringat Deka, berhasil membuat keduanya menghentikkan tatapan sengitnya. Sedangkan Shandy tampak acuh, ia sibuk memainkan ponselnya.

     “Sok sangar lo Ka! Nggak usah pasang muka sangar kalau sama banci aja lo takut!” sindir Azzam pada Deka. Deka menoleh sekilas pada Azzam, matanya mendelik. Bukan Azzam namanya jika dengan delikan mata dari Deka saja nyalinya langsung ciut. Azzam malah menjulurkan lidahnya pada Deka, mengejek cowok dingin itu. 

Cinta atau Drama? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang