27 : Looking for something right

18 2 0
                                    

Happy Reading

[...]

Selasa, 08:30

      "Mati gue, mati gue, mati gue," gumam Alden pelan sembari memukul-mukul kepalanya pelan.

       Shandy mengerutkan dahinya bingung. Laki-laki yang sempat menatap kosong papan tulis tersebut tak dapat menahan keheranannya melihat Alden yang tak biasanya hari ini.

        Laki-laki berwajah imut itu sedari tadi tampak melamun dan tak bisa berkonsentrasi dengan pelajaran. Shandy menyenggol siku Alden dengan sikunya membuat Alden berhenti dari kegiatan anehnya.

        "Lo kenapa?" bisik Shandy sembari menatap ke arah Bu Nindi. Memastikan bahwa guru itu sedang sibuk sendiri menulis soal kimia dan tidak mendengar suara Shandy.

        "Nggak apa-apa."

         Shandy mendengus. "Nggak apa-apa gimana? Lo dari tadi mukul kepala lo sambil ngoceh mati gue, mati gue. Jangan kaya cewek, kalau ditanya kenapa malah jawabannya nggak apa-apa padahal lagi ada masalah."

           Alden membulatkan matanya hingga akhirnya menghela napas. Laki-laki itu terlalu stress sehingga tak sadar kata-kata yang seharusnya tadi hanya ada dipikiran dan diucapkan dibatin malah tak ia sadari juga kalau dirinya mengucapkan langsung.

          "Gue baik-baik aja." Alden tersenyum masam. Laki-laki itu mencoret-coret buku kimianya.

          "Harusnya gue yang stress karena tau kalau nilai gue emang dimanipulasi tanpa tau alasannya, kenapa lo yang jadi nggak fokus gini?" Alden hanya diam.

           Jam dua malam, Deka mengirim file ke whatsapp-nya. Dari file tersebut terlihat nilai asli Shandy yang dimanipulasi, laki-laki itu terus memikirkan apa alasannya hingga tak bisa terlelap sejak jam dua malam.

           "Alden,"

            Alden tersentak ketika namanya dipanggil Bu Nindi.

           "Iya Bu?"

           "Tolong kerjakan soal yang ada di papan tulis."

             Alden mengeluh dalam hati. Otaknya sedang tak bisa berfikir, tetapi Bu Nindi malah menyuruhnya mengerjakan soal kimia. Alden melangkah dengan berat hati.

             Biasanya hanya dalam kurun waktu lima menit ia mampu mengerjakan soal rumit sekalipun. Akan tetapi otaknya sedang tak dapat memikirkan apapun selain masalahnya dan masalah Shandy yang ia temukan kemarin malam kian menyergap otaknya.

              Bu Nindi mengerutkan dahinya ketika melihat Alden yang hanya melamun tanpa menulis apapun di papan tulis. Padahal waktu telah berjalan dua menit.

             Alden berbalik dan memasang wajah memelas. "Bu, saya nggak tau jawabannya."

             Tak hanya Bu Nindi, semua teman sekelasnya tak dapat menahan keterkejutan melihat Alden yang tak bisa menjawab soal. Keadaan kelas seketika menjadi gaduh dan sebagian besar siswa-siswi lainnya sibuk mencoret-coret buku dan mencari jawaban soal kimia tersebut. Jika Alden saja yang jenius tak bisa, bagaimana dengan mereka?

             Bu Nindi hanya mengganguk pelan, ia merasa Alden sepertinya sedang banyak masalah.

              "Alden, kalau ada masalah itu diselesaian dengan bijak dan dewasa. Bukannya cuma dipikirin," ujar Bu Nindi berbisik pelan namun masih terdengar ditelinga Alden.

Cinta atau Drama? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang