Selasa
“Lemparannya udah lumayan, cuma kurang konsentrasi aja,” Shandy menghentikan permainan basketnya, ia menoleh ke arah Ifey yang mengambil bola yang ia lempar tadi dan mendekatinya.Shandy tersenyum remeh. “Emang lo bisa main basket?”
“Ya bisalah, lo pikir gue kaya cewek lain yang cuma bisa jadi suporter doang? Lo liat nih.” Ifey mengambil posisi.
Ia berdiri tak jauh dari ring dan memegang bola dengan kedua tangan.
Ia sedikit menekuk lututnya dan setelah merasa posisinya telah tepat, ia melempar bola ke ring. Gadis itu melakukan set shoot sebanyak sepuluh kali dan hanya dua kali bolanya meleset dari ring.Shandy bertepuk tangan. “Gimana? Keren, kan gue?” lelaki itu mengganguk pelan.
“Lo belajar dari Azzam?” tanya Shandy. Ia menduga Ifey melakukan shoot sebaik itu pasti tak terlepas dari Azzam yang mengajarinya. Beberapa kali ia memergoki Azzam yang mengajari Ifey bermain basket. Entah itu waktu jam istirahat atau sepulang sekolah.
“Azzam ngajarin gue cuma tiga kali. Akhir-akhir ini sih gue belajar basket dari Alden meskipun kemampuan dia nggak seberapa, tapi lumayanlah.” Shandy menatap tidak suka pada Ifey.
Nama Alden akhir-akhir ini begitu sensitif ditelinganya. Jujur, ia tidak begitu menyukai kedekatan Alden dan Ifey.
“Kalian latihan dimana? Gue nggak pernah liat lo sama Alden latihan di sekolah.”
Ifey tak tak menyadari perubahan nada bicara dan raut wajah Shandy dengan kalemnya memantul-mantulkan bola basket ditangannya. “Di rumah. Kadang Alden yang ke rumah gue, kadang gue yang ke rumah dia.”
Shandy memicingkan matanya curiga, pikiran bahwa Alden dan Ifey memiliki hubungan lebih dari sekedar teman melintas di kepalanya.
“Kok kalian tiba-tiba deket kaya gini? Kalian pacaran?” Ifey menghentikan kegiatannya dan menoleh ka arah Shandy. Shandy jelas melihat perubahan raut wajah Ifey ketika ditanyai hal itu.
Ifey tersenyum kecut. “Nggak gue nggak pacaran sama dia, gue sama dia cuma temen. Gue emang sengaja mendekatkan diri sama dia karena mungkin nantinya dia bakal ada di masa depan gue.”
Shandy tertegun, hatinya semakin tak menentu. Persepsi masa depan yang dikatakan Ifey jelas berbeda dengan yang ada dipikiran Shandy.
Ifey berpikir Alden masa depannya karena mungkin nantinya ketika Shandy benar-benar memilih Sinar, gadis itu akan mengambil beasiswa itu dan bersekolah di London, di sekolah yang sama dengan Alden. Untuk itu ia berusaha untuk dekat dengan Alden agar nantinya saat di London mereka tidak canggung lagi.
Berbeda halnya dengan persepsi Shandy. Laki-laki itu mengangap Ifey yang mengatakan Alden adalah masa depannya berpikir bahwa Ifey mulai menyukai Alden. Pikirannya mengatakan bahwa Ifey berharap Alden di masa mendatang akan menjadi pacar, tunangan atau bahkan suaminya.
“Kemarin, lo bilang jangan deketin Alden. Kenapa?”
Shandy tersentak. Gadis itu mengingatnya. Shandy tak tau pasti alasan mengapa ia tak menyukai Ifey yang dekat dengan Alden. Shandy berpikir alasan apa yang akan ia katakan pada Ifey.
“Lo tau, kan kalau masalah Alden sama Auqi belum selesai? Itu alasan gue bilang sama lo jangan deketin Alden.” Ifey hanya mengganguk ragu. Meskipun agak aneh, ia percaya saja.
“Lebih keren gue atau Alden?” Ifey terkejut. Shandy mengumpat dalam hati, kenapa mulutnya ini lancang sekali menanyakan hal itu. Ia merasa seperti seorang kekasih yang merasa cemburu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta atau Drama? [COMPLETED]
Teen FictionStart: 20 Oktober 2017 Finish: 4 Februari 2020 "Karena drama bukan hanya di panggung sandiwara" #AuthorImuet Ini hanya sebuah kisah mengenai Shandy yang terjebak kisahnya yang penuh dengan drama.Tentang Shandy yang menjadi pengagum rahasia Sinar da...