Hilang

21 2 1
                                    

      
       Beberapa bulan kemudian...

      “Selamat datang di Ravalen High School, kalian adalah siswa-siswi yang beruntung dan terpilih,” riuh tepuk tangan terdengar.

        Hari ini adalah hari pertama masa pengenalan lingkungan sekolah untuk siswa-siswi baru kelas sepuluh yang baru selesai mengikuti ujian dan terpilih. Deka yang sekarang merupakan ketua OSIS turut memberikan apresiasi, lelaki itu tau betul bahwa untuk masuk ke sekolah ini jauh lebih sulit dibanding tahun kemarin.

            “Nantinya kalian akan dibagi kelompok dengan masing-masing senior yang akan membantu kalian mengenal sekolah ini. Kakak jamin, tidak akan ada kasus bully antara senior dan junior.”

           Lagi-lagi siswa-siswi dibuat terpukau dengan Deka. Bukan hanya wajah tampannya, ia juga begitu tegas membuat banyak siswi kelas sepuluh menyukainya. Lelaki itu juga tak sedingin sebelumnya, ia lebih ramah sejak berpacaran dengan Nadi.

          Jika Azzam tampak sibuk bersandar sembari memperhatikan kegiatan siswa-siswi baru, Shandy sibuk dengan kameranya. Memotret siswa-siswi baru karena beberapa bulan yang lalu ia ikut klub foto dan akan mempublikasikan foto kegiatan beserta artikel ke media sosial.

          Tak hanya Deka yang berubah, Azzam dan Shandy menjadi lebih dingin dan irit bicara sejak Alden dan Ifey yang pergi ke London. Keduanya bahkan hanya berbicara ketika ditanya.

           “Diantara kalian pasti belum tau nama senior-senior di sini, kami akan memperkenalkan diri kami masing-masing.”

            Semua anggota OSIS memperkenalkan diri. Shandy masih sibuk dengan kameranya hingga sesaat saat ia memfokuskan matanya, ia melihat seseorang yang mirip dengan seseorang yang dirindukannya.

          Cowok itu masih tertegun. Hingga giliran ia memperkenalkan dirinya, lelaki itu tak sadar dan tetap diposisinya yang berakhir dengan sikutan Deka yang berdiri di sampingnya.

          “Shandy, sebelas IPA satu,” ujarnya singkat. Teman-teman Shandy berdecak maklum dengan sikap Shandy, akan tetapi tidak dengan siswa-siswi baru yang penasaran dengan sikap dingin Shandy.

           “Frey, Kak Shandy lucu ya, dingin-dingin gimana gitu.” Freya      —siswi yang ditatap Shandy— mengganguk. Ia juga terpana melihat ketampanan seniornya itu.

           “Kak Azzam juga dingin gemesin. Apalagi Kak Deka yang kadang dingin kadang ramah, imut banget. Betah banget pasti gue sekolah di sini,” ujar Dea dengan nada sedikit gemas.

           “Tapi gantengan Kak Azzam sih,” Freya menggeleng tak setuju.

           “Gantengan Kak Shandy,”

            Tak lama setelahnya, mereka diarahkan untuk memasuki kelas yang telah ditentukan senior. Shandy dan Auqi memasuki kelas sepuluh IPA lima yang ditempati kelas kelompok tujuh, kelompok cemara yang berisikan dua puluh orang.

             “Assalamu'alaikum semuanya,” Audi dan Shandy memasuki kelas. Semuanya menjawab salam.

            “Beruntung banget senior kita Kak Shandy,” ujar Dea berbinar-binar tak jauh berbeda dengan siswi lainnya. Freya hanya mengganguk, ia sedikit terkejut.

            Auqi menjelaskan materi di depan kelas sementara Shandy hanya duduk di kursi menunggu gilirannya menjelaskan materinya. Matanya melirik Freya—siswi yang tadi ia tatap di lapangan dan ia asumsikan mirip Ifey—, gadis itu tampak sibuk menulis.

            Rambut Freya yang tergerai membuat kegiatan menulisnya agak terganggu karena beberapa kali ia menyelipkan rambutnya ke telinga. Pemandangan itu tak luput dari mata Shandy.

Cinta atau Drama? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang