“Pagi yang menyebalkan,” gerutu Ifey dalam hati. Terhitung sudah sekitar tigapuluh menit ia berdiri dihadapan tiang bendera sembari memberi hormat kepada sang saka, tapi kenapa rasanya ia telah berdiri selama satu jam? Diliriknya lelaki di sampingnya juga melakukan hal yang sama, bedanya ia tampak tak keberatan dengan hukuman yang diberikan.
Gadis itu merasa canggung. Dari sekian banyak siswa di Ravalen High School. Kenapa harus Shandy yang terlambat dihari yang sama dengannya?
Tak jauh berbeda dengan Ifey, mata Shandy tak dapat menahan untuk tidak melirik Ifey.
“Kenapa telat?” Shandy tak dapat menahan diri untuk bertanya meskipun sadar jika ia dan Ifey masih memiliki sedikit masalah.
“Begadang buat ulangan kimia.”
Mungkin jika Ifey tak terlambat hingga satu jam lamanya, mungkin ia tak akan dihukum seperti ini. Jika saja hari ini tidak ulangan kimua, ia pasti tak akan bangun kesiangan seperti ini. Dan lebih mirisnya lagi, usahanya sia-sia karena pada akhirnya ia tak bisa mengikuti ulangan kimia yang dilaksanakan jam pertama karena hukumannya ini.
“Usaha lo buat belajar kimia mati-matian terbuang sia-sia.”
“Gak perlu lo kasih tau! Gue udah tau," tukas Ifey terlampau jutek.
Bukannya kesal, Shandy malah tersenyum. Ia merasa hukuman kali ini tidak begitu menyiksanya karena Ifey ada di sisinya. Entah kenapa ia bersyukur datang terlambat karena bisa berbicara kembali dengan Ifey, setelah pertengkaran mereka.
“Lo sendiri kenapa bisa telat?” tanya Ifey penasaran.
“Begadang nonton bola,” ucapnya kalem. Ifey memandang takjub dengan manusia disampingnya ini. Bagaimana mungkin ia lebih mementingkan bola dibanding sekolah? Terlebih dengan nada tanpa berdosanya. Shandi benar-benar luar biasa, pikir Ifey.
“Jangan ngeliatin gue segitunya, gue nggak tanggung jawab kalau lo semakin naksir gue," ucap Sandi tanpa menoleh. Mendengar hal itu, Ifey berdecih.
“Gue nggak mau ada cewek yang naksir gue dan akhirnya terluka. Gue cuma sayang sama Sinar.”
Hening. Tak ada satupun diantara mereka yang berniat bersua lagi. Mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ifey yang sibuk menahan rasa sakit hatinya saat Shandy mengatakan kalimat itu dan Sandy yang sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Lo nggak apa-apa Shan? Muka lo pucet banget.”
Ifey mulai panik ketika melihat wajah Sandi yang memucat dengan keringat yang bercucuran.
“Gue nggak apa-apa,"lirihnya pelan, beberapa kali ia memejamkan mata berusaha menahan sakit.
Ia baru ingat, sejak pagi ia belum memasukkan asupan nutrisi apapun ke mulutnya. Tak lama setelah itu, tubuhnya nyaris saja terjatuh ke tanah jika saja Ifey tak menangkapnya dengan sigap.
“SHANDY?!” Kemudian hanya gelap yang menyingkap dan sayup-sayup suara Ifey tentunya.
[.]
Shandy mengerjapkan matanya, matanya yang perlahan-lahan buram mulai fokus dan menyesuaikan cahaya di ruangan. Matanya melihat gadis yang tidur dengan posisi duduk dan melipat kedua tangannya untuk dijadikan bantal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta atau Drama? [COMPLETED]
Teen FictionStart: 20 Oktober 2017 Finish: 4 Februari 2020 "Karena drama bukan hanya di panggung sandiwara" #AuthorImuet Ini hanya sebuah kisah mengenai Shandy yang terjebak kisahnya yang penuh dengan drama.Tentang Shandy yang menjadi pengagum rahasia Sinar da...