Ending

18 2 0
                                    

        Huhuhu... Akhirnya setelah sekian lama novel ini kelar. Terima kasih banyak kepada kalian yang read, vote dan comment cerita ini. Thank you so much. Silahkan yang punya kritik, pertanyaan dan saran ataupun kesannya selama membaca cerita ini bisa di tulis di kolom komentar. See you next time diceritaku selanjutnya dan jangan lupa mampir ke lapak sebelah.
Thank you...
Happy Reading...

[...]

         Sembilan Tahun Kemudian...
      
         “Buat warna dekorasinya temanya yang ini aja ya,” samar-samar terdengar suara Azzam dan Alma tengah berdiri membicarakan warna apa yang cocok untuk acara yang akan dilaksanakan tiga hari ke depan.

           Shandy yang melihat penampilan Azzam saat ini hanya mampu tersenyum tipis. Azzam benar-benar perfectsionist, pikirnya. Tak perlu waktu yang lama untuk menyadari bahwa Azzam selaku ketua panitia bekerja siang dan malam untuk melaksanakan acara reuni tersebut. Rambutnya yang berantakan, lingkaran hitam dibawah matanya berserta wajahnya yang kusam sudah menjadi bukti kerja kerasnya.

          “Gimana persiapannya udah berapa persen?”

          “Ya kira-kira tujuh puluh lima persen, tinggal penyempurnaan aja.” Sandi mengangguk mengerti. Sesampai ia teringat sesuatu, ia celingukan mencari dua sahabatnya yang lain, namun sepertinya mereka sedang tidak ada disini.

           “Alden ada operasi mendadak, kalau Deka katanya sih tadi masih ada urusan,” tutur Azzam menjawab pertanyaan yang ada dibenak Shandy.

            “Gimana kalau kita minum kopi di cafe di seberang jalan? Gue rasa lo perlu istirahat sebentar.”

             “Iya Zam. Mendingan kamu istirahat beberapa jam deh, Dari kemarin sore kamu udah kerja keras banget bahkan sampe malamnya cuma tidur dua jam. Kamu nggak perlu khawatir, aku sama Raka bisa handle kok.” Alma memegang pundak Azzam, gadis itu khawatir dengan kesehatan Azzam.

              Shandy tersenyum tipis. Ia tak dapat menyangkal jika hatinya diliputi rasa iri melihat komunikasi Alma dan Azzam. Ia iri melihat Alma yang begitu mengkhawatirkan Azzam, iri bagaimana melihat Alma yang begitu mencintai Azzam dan bahkan iri karena mereka yang akan menikah karena mereka yang saling mencintai. Lantas bagaimana dengan kisah cintanya dengan Ifey? Bahkan hingga sekarang ia tak tau keberadaan Ifey.

              “Kamu yakin bisa handle ?” Alma dan Shandy kompak memutar bola matanya jengah. Azzam benar-benar ambisius, pikir mereka . Pekerjaannya sebagai model dan aktor terkenal telah mengubah pola pikir Azzam menjadi ambisius. Azzam benar-benar sulit mempercayai orang lain dalam urusan pekerjaan. Tanpa menjawab pertanyaan Azzam, Shandy menarik lengan cowok itu mengajaknya istirahat di sebuah cafe.

              “Lo masih belum tau keberadaan Ifey?” tanya Azzam setelah mereka berada di cafe.

               Shandy menggeleng lesu. “Percuma gue kuliah di Universitas Korea yang sama kaya dia kalau gue nggak tau dia dimana. Gue udah cari ke manapun, tapi hasilnya sia-sia, Zam.”

             Azzam tau Shandy benar-benar frustasi. Lelaki itu telah mengorbankan cita-cita dan kuliah S2 di Korea karena tak diijinkan kuliah S1 di Thailand. Lelaki itu mengambil jurusan biologi molekuler dan sekarang berprofesi menjadi dosen.

              “Lo udah siapin mental buat hari- H?” tanya Azzam.

               Shandy mengerutkan dahinya. “Ifey bakal dateng reuni. Lo harus berterima kasih sama Alden yang terus-menerus mohon-mohon sama Ifey buat datang acara reuni.”

              Shandy mematung. “Alden tau keberadaan Ifey?”

              Azzam mengganguk. Sementara Shandy hanya diam dan memandang ke jendela.

Cinta atau Drama? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang